Ingin Nyawa Dibayar Nyawa, Potret Istri Sandy Permana Ungkap Terduga Pelaku Bersama Istri & Anak Kabur Usai Menikam
Keluarga, terutama istri Sandy Permana, Ade Andriani, merasakan kesedihan yang mendalam setelah kematian tragisnya akibat penusukan.
Ade menyatakan bahwa individu tersebut dikenal sebagai orang yang cenderung tertutup dan tidak pernah berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya. Akibatnya, hubungan pelaku dengan lingkungan sekitar sangat terbatas.
Dalam pandangan Ade, perilaku pelaku yang enggan bergaul ini menciptakan jarak antara dirinya dan warga lainnya. Hal ini berkontribusi pada minimnya interaksi sosial yang terjadi, sehingga pelaku tampak asing di tengah komunitas.
Seperti yang diungkapkan Ade, "pelaku dikenal sebagai sosok tertutup yang tidak pernah berbaur dengan warga sekitar." Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sikap pelaku yang menghindari interaksi sosial mempengaruhi cara pandang orang lain terhadap dirinya.
Ungkap Sosok Terduga Pelaku
Istri Sandy, Ade Andriani, menyampaikan bahwa suaminya adalah sosok yang kurang berinteraksi dengan tetangga.
"Karena dia orangnya nggak berbaur sama warga. Orangnya tertutup, nggak pernah ngomong. Sampai saya udah berapa tahun tinggal di sini, saya nggak pernah dengar suara dia," ungkapnya saat berada di rumah duka yang terletak di kawasan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, pada hari Senin, 13 Januari 2025.
Menurut Ade, meskipun mereka telah tinggal di lingkungan tersebut selama bertahun-tahun, Sandy tetap menjadi pribadi yang pendiam dan jarang bersosialisasi. Hal ini membuatnya sulit untuk mengenal suaminya dengan lebih baik, karena Sandy tidak pernah terlibat dalam kegiatan bersama warga sekitar.
Pelaku Melarikan Diri
Setelah terjadinya insiden penusukan yang mengakibatkan Sandy kehilangan nyawanya, pelaku segera melarikan diri dari tempat kejadian. Ade menjelaskan bahwa pelaku melarikan diri bersama anggota keluarganya dengan menggunakan dua sepeda motor, meninggalkan rumahnya.
"Iya, kabur. Katanya habis dari kejadian, itu dia langsung kabur, iringan dua motor sama istri dan anaknya. Jadi minggat," ungkap Ade.
Ade menjelaskan bahwa setelah insiden tersebut, orang yang dimaksud segera melarikan diri. Dia melarikan diri dengan diiringi dua motor yang membawa istri dan anaknya, sehingga mereka semua pergi dari lokasi kejadian.
Kejadian ini membuat banyak orang bertanya-tanya mengenai alasan di balik pelarian tersebut. Masyarakat berharap agar pihak berwenang dapat segera menemukan mereka dan menjelaskan situasi yang sebenarnya.
Prosesi Pemakaman
Setelah proses otopsi selesai, pemakaman Sandy Permana dilaksanakan pada malam hari. Menurut penjelasan Ade, acara pemakaman tersebut berlangsung di kawasan pemakaman perumahan dan dimulai tepat pada pukul 11 malam.
Jenazahnya dikebumikan di pemakaman yang terletak di perumahan. "Semalam kita makamin sekitar jam 11 malam. Iya, karena selesai dari otopsi langsung dibersihin dari sana, tinggal kita makamin semalam jam 11," ungkap Ade.
Proses pemakaman berlangsung dengan khidmat dan dihadiri oleh keluarga serta kerabat dekat. Mereka semua berdoa agar arwah almarhum diterima di sisi-Nya dan mendapatkan tempat yang terbaik.Waktu pemakaman yang dipilih pada malam hari menunjukkan rasa hormat dan keinginan untuk segera memberikan penghormatan terakhir.
Momen tersebut diwarnai dengan kesedihan, tetapi juga penuh harapan akan kedamaian bagi yang telah pergi. Kehadiran orang-orang terkasih di sekitar Ade menambah kekuatan emosional dalam menghadapi kehilangan ini.
Kehilangan Suami
Kehilangan suami yang sangat dicintainya membuat Ade mengungkapkan harapan agar pelaku mendapatkan hukuman yang layak. Ia sangat mendambakan keadilan, terutama karena dampak besar yang dirasakan oleh keluarganya. Dalam situasi yang penuh kesedihan ini, Ade merasa perlu untuk menyuarakan perasaannya demi mendapatkan keadilan yang seharusnya.
"Saya ingin pelaku dihukum sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan," ujarnya dengan penuh harapan.
Rasa kehilangan yang mendalam ini tidak hanya dirasakan oleh Ade, tetapi juga oleh seluruh anggota keluarganya. Setiap hari, mereka harus menghadapi kenyataan pahit tanpa kehadiran suami dan ayah yang mereka cintai. Oleh karena itu, Ade berjuang untuk memastikan bahwa tindakan kejam tersebut tidak akan terlewat begitu saja tanpa konsekuensi.
Nyawa Dibayar Nyawa
Ade mengungkapkan, "Ya saya sih maunya, hukumnya ya nyawa, dibayar nyawa ya. Karena biar ngerasain ya kehilangan. Sama dia punya anak tiga, saya punya anak tiga. Anak saya masih kecil-kecil."
Dalam pernyataannya, ia menekankan pentingnya merasakan kehilangan sebagai konsekuensi dari tindakan yang diambil. Hal ini menunjukkan bahwa Ade ingin agar setiap tindakan memiliki pertanggungjawaban yang setara, terutama ketika melibatkan nyawa.
Selain itu, Ade juga menyentuh aspek emosional dari situasi tersebut, di mana ia dan orang yang bersangkutan sama-sama memiliki anak yang masih kecil. Dengan kata lain, ia ingin menekankan bahwa kehilangan tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada keluarga yang ditinggalkan.