40 Kali Lipat Lebih Mahal dari Emas, Sehelai Bulu Burung Ini Terjual dengan Harga Fantastis
Bulu ini berasal dari burung yang sangat istimewa.
Bulu ini berasal dari burung yang sangat istimewa.
-
Kenapa ular sanca hijau berwarna biru berharga mahal? Hal ini karena jenis ular sanca hijau dengan warna biru termasuk dalam jenis ular yang sangat langka.
-
Mengapa bisa kalajengking sangat mahal? Alasan dibalik mahalnya cairan ini adalah karena kalajengking perlu diperah dengan tangan dan satu persatu sehingga perlu kehati-hatian dan ketelitian.
-
Kenapa harga sarang burung walet mahal? Burung walet membuat sarang burungnya dengan cara unik. Selain itu, sarang burung walet juga susah dijangkau, seperti pada tebing curam atau gedung tinggi. Hal ini menambah harga jual sarang walet.
-
Apa yang membuat bulu bebek laut Eiderdown mahal? Serat pada bulu Eiderdown menjadi salah satu serat alami terhangat yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
-
Apa benda termahal di dunia per gram? Hal termahal yang bisa Anda beli bukanlah istana, logam, atau bahkan permata. Sebaliknya, ini adalah bedak yang sebagian besar dari kita belum pernah mendengarnya. Bahan ini dapat dijual dengan harga £110 juta per gram atau Rp 2,2 triliun. Jadi, hal luar biasa apa ini? Dan mengapa ini merupakan benda paling berharga kedua di planet ini?
-
Apa logam mulia termahal? Rhodium, merupakan logam mulia termahal yang pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris, William Hyde Wollaston pada tahun 1803.
40 Kali Lipat Lebih Mahal dari Emas, Sehelai Bulu Burung Ini Terjual dengan Harga Fantastis
Bulu langka dan sangat berharga dari burung huia yang telah punah di Selandia Baru terjual seharga hampir setengah miliar. Ini menjadikannya bulu termahal di dunia yang pernah dilelang.
Sehelai bulu burung ini terjual seharga USD28.365 atau sekitar Rp454 juta, jauh melebihi perkiraan awal antara USD2.000-USD3.000 atau sekitar Rp32-Rp48 juta dan mengalahkan rekor sebelumnya.
Rekor penjualan bulu huia yang terjual pada tahun 2010 hingga hari Senin kemarin, seharga USD8.400 atau sekitar Rp134 juta.
Bulu tersebut memiliki berat sekitar 9 gram, membuatnya jauh lebih berharga daripada ema. Per gram bulu burung ini dipatok seharga USD5.169 atau sekitar Rp82 juta, sedangkan harga emas hanya USD127 atau sekitar Rp2 juta per gram, menurut laporan terbaru.
Huia adalah spesies burung terbesar di Selandia Baru, dikenal dengan kicauannya yang indah, bulunya yang berwarna hitam mengkilap, dan bulu ekornya yang panjang dengan ujung putih. Penampakan terakhir huia dikonfirmasi terjadi pada tahun 1907, meskipun diyakini mereka masih ada hingga tahun 1920-an.
Burung huia disakralkan oleh Māori dan ditampilkan dalam nyanyian dan ucapan, sementara pemakaian bulunya hanya diperuntukkan bagi rangatira (kepala suku) dan orang-orang yang memiliki mana (prestise). Perburuan bulu huia oleh orang Eropa menyebabkan kepunahan mereka.
Leah Morris, kepala seni dekoratif di rumah lelang Webb yang berbasis di Auckland, tempat bulu tersebut dijual pada hari Senin, meyakini kondisi bulu tunggal tersebut sangat baik, berkat upaya melindungi bulu tersebut dengan kertas arsip dan kaca UV, serta cerita tentang huia yang meningkatkan penawaran.
“Huia adalah burung yang sangat ikonik dan banyak orang yang sangat menyukainya,” katanya kepada Guardian.
Spesimen tersebut adalah salah satu bulu huia terbaik yang pernah dijual di pasaran.
“Bulunya sangat terjaga, Anda juga akan melihat bahwa ia mempertahankan banyak warnanya—warna coklat dan berwarna-warni yang kaya dan tidak ada tanda-tanda kerusakan akibat serangga,” kata Morris.
Bulu tersebut terdaftar sebagai taonga tūturu (harta asli) di Kementerian Kebudayaan dan Warisan, yang berarti hanya kolektor "taonga tūturu" terdaftar yang dapat membeli bulu tersebut, dan bulu tersebut tidak boleh meninggalkan Selandia Baru tanpa izin.
Hanya ada sedikit rincian mengenai asal usul bulu tersebut dan Morris tidak dapat membocorkan informasi tentang penjual atau pembelinya karena perjanjian kerahasiaan. Namun, dia mengatakan bahwa kedua pihak adalah kolektor terdaftar dan berbasis di Selandia Baru. Tidak ada penawaran internasional.
Sekitar 30 orang hadir dalam lelang tersebut, namun semua penawaran dilakukan melalui telepon atau online. Morris mengatakan bahwa masyarakat menyaksikan harga naik “dengan napas tertahan”.
“Ketika penawaran akhirnya dihentikan dan palu dijatuhkan, ada tepuk tangan meriah di ruangan—Anda tidak sering mendapatkan tepuk tangan seperti itu di lelang,” katanya.