Benarkah Assad serang rakyatnya sendiri pakai gas kimia?
Merdeka.com - Serangan gas kimia yang jatuh di tengah permukiman mengejutkan publik di seluruh dunia. Zat kimia yang membunuh dan mencekik ratusan warga sipil itu menuai banyak kecaman, tidak sedikit yang menuding Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai sosok yang paling bertanggung jawab.
Kejadian itu dibalas dengan serangan rudal, di bawah perintah langsung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 59 Rudal Tomahawk diluncurkan dari Laut Mediterania dan tepat mengenai pangkalan udara al-Shayrat, dekat kota Homs.
Dukungan dunia mengalir setelah AS melancarkan serangan balasan. Namun Rusia, Iran dan Korea Utara bertindak sebaliknya, mereka mengecam tindakan Trump dan menyebutnya sebagai agresi militer.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas serangan? Seorang juru bicara Qualcomm menyatakan bahwa patch telah dikirimkan, namun kini tanggung jawab ada di tangan pengguna.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas serangan ini? SOPHOS menyebut serangan ini sebagai 'SEO poisoning,' sebuah teknik di mana peretas memanipulasi hasil pencarian untuk menempatkan situs mereka di posisi teratas.
-
Apa senjata kimia paling mematikan di bumi? Roket Terakhir Berisi Senjata Kimia Paling Mematikan di Bumi Disebut telah Dihancurkan Di dunia tinggal 1 senjata kimia paling mematikan. AS mengklaim memiliki 30.000 ton senjata kimia yang mampu menghancurkan siapa saja yang menjadi targetnya.
-
Apa yang menyebabkan keracunan massal? Keracunan sendiri ditengarai akibat santapan nasi kotak yang dibagikan pada acara reses anggota DPRD Kota Cimahi, pada Sabtu (22/7) lalu.
-
Dimana semburan gas terjadi? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
Benarkah Assad mencekik dan membunuh rakyatnya sendiri?
Sebagian besar media di AS secara terang-terangan menyebut Assad sangat bertanggung jawab atas pembunuhan massal yang terjadi di kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib. Senjata kimia itu sendiri diterbangkan oleh Jenderal Ali Abdullah Ayyoub, yang akhirnya menerima pujian dan penghargaan dari sang presiden.
Bahkan Pentagon sempat merilis peta yang memperlihatkan jejak penerbangan dari jet tempur Suriah, yang diduga menjatuhkan senjata mematikan terhadap warga sipilnya sendiri. Peta ini diterbitkan beberapa jam setelah Trump memerintahkan serangan rudal bagi pasukan Assad.
Juru bicara pasukan pemberontak Suriah, Letnan Mahmoud menyebut, pasukan Assad kesulitan untuk mengalahkan mereka yang menentang pemerintahan sang presiden itu. Balatentara Assad kelelahan, dan para komandan menuding milisi-milisi Suriah tak punya niat untuk berperang.
Alih-alih mencari kemenangan, lanjut Mahmoud, Assad ingin menghentikan pergerakan pasukan pemberontak yang mengalami banyak kemajuan. Sayangnya, apa yang dilakukan dalam serangan gas beracun di Khan Sheikhoun merupakan 'pembalasan atas warga sipil' karena membantu keberhasilan musuhnya.
"Rezim ini mencoba menekan pemberontak untuk menghentikan kemajuan militer di Hama utara. Dia pikir moral para pemberontak akan hancur atas serangan di Khan Sheikhoun dan tempat lainnya. Namun, kami jauh lebih bersemangat dan akan melanjutkan pertempuran kami," katanya, seperti dilansir laman thedailybeast.com, Rabu (12/4).
Sementara itu, laman the USnews menyebutkan, ayah sang presiden Hafez al-Assad, juga memerintah negerinya dengan tangan besi. Pada 1982, dia menggunakan artileri dan kekuatan udara untuk menghancurkan kota Hama, yang menjadi benteng militan Islam sekaligus penentang pemerintahan.
Ribuan rakyatnya tewas di tengah runtuhan bangunan. Cara ini mungkin menjadi inspirasi bagi putranya yang sedang melanjutkan kekuasaan tersebut, bedanya Assad tidak memiliki kekuatan yang sama dengan sang ayah.
Banyak anggota pasukannya melakukan desersi, terluka hingga kelelahan. Sedangkan milisi lokal dan asing tidak bisa dikontrolnya, sedangkan kekuatan udara Rusia hanya bertahan sepanjang dia memberikan tempat terhadap kepentingan Moskow. Hal itu membuatnya terlihat lemah di depan konstituennya sendiri.
Assad memang tidak punya balatentara yang besar, tetapi dia memiliki senjata kimia yang bisa dipakainya untuk memperlihatkan kekuatannya.
Brian Michael Jenkins, dalam tulisan yang diterbitkan laman tersebut, menyebut Assad dalam keadaan depresi melihat serangan dan upaya untuk merebut kembali kota-kota yang direbut ISIS dan pasukan pemberontak tidak mengalami kemajuan yang berarti.
"Ini merupakan pendekatan yang dilakukan para jenderal dari rezim terebut untuk melawan pemberontakan, yang berbeda dari pengertian Barat untuk memenangkan hati dan pikiran. Suriah ingin area di luar kontrol pemerintah tidak ada lagi populasi. Sebagai strategi adalah membuat kehidupan tidak lagi berlangsung di zona pemberontak, angkatan bersenjata Suriah menargetkan warga sipil, pasar, suplai makanan, rumah sakit dan fasilitas kesehatan," tulis Jenkis.
Nah, serangan ini dilakukan di mana Assad sangat percaya diri dengan kemampuan pertahanan udara Rusia untuk melindungi negerinya dari serangan asing. Sayangnya, saat serangan itu terjadi, Rusia sedang tidak atau memilih tak menyalakannya untuk mencegah serangan rudal AS.
"Fakta teraktual, pasukan Suriah mungkin membawa serangan gas akibat depresi," tulis Roy Gutman, pada the Daily Beast, mengutip pernyataan pejabat militer AS dan perwira pasukan pemberontak. "Dan moral di antara pasukan rezim tersebut sudah berada di posisi paling rendah."
Sementara, seorang anggota kongres AS, Senator Thomas Massie dari Partai Republik menolak serangan itu merupakan tanggung jawab Assad. Dia pun menyebut negaranya tengah dilanda 'berita bohong tingkat tinggi'.
"Saya tidak berpikir Assad akan melakukannya - itu tidak berpengaruh atas kepentingannya, itu akan membawa kita masuk ke dalam perang sipil lebih cepat," kata Massie. "Sangat sulit membuat saya percaya bahwa dia akan melakukan itu jika memang benar."
Senada dengan Massie, mantan politikus dari Partai Republik Ron Paul menyebut penggunaan senjata kimia adalah salah alamat jika menuding pemerintah Suriah sebagai pihak yang salah. Baginya sangat kecil kemungkinan sang presiden sampai menggunakannya untuk rakyatnya sendiri.
"Saya membaca The New York Times untuk mendapatkan penjelasan, dan mereka menulis 'Serangan Kimia Terburuk Dalam Tahun Ini di Suriah, AS Menuduh Assad," kata Paul. "Apakah ini semua sudah berakhir? Tetapi tidak mudah, ya kan? Apa yang terjadi empat tahun lalu pada 2013? Anda tahu, semuanya telah melewati Batas Merah. Dan sejak itu neo-kontra telah berteriak dan menjerit - bahkan bagian dari pemerintahan telah berteriak dan menjerit tentang Assad menggunakan gas racun pada orang-orang empat tahun lalu. Tidak sepenuhnya benar. Hal itu tidak pernah terbukti."
Karena peristiwa itu tidak pernah terbukti, Paul beranggapan dia tidak mungkin melakukannya. Kondisi itu tak memungkinkan, sebab perang sipil di Suriah berada dalam pantauan masyarakat dunia.
"Tidak masuk akal untuk Assad pada kondisi ini, tiba-tiba ada penggunaan gas beracun," lanjutnya. "Saya pikir ada kesempatan sangat tidak mungkin dia lakukan, anda tahu, ini sengaja. Tapi kita juga bisa pergi meminta Senator terkenal yang terkenal dengan kebijakan luar negeri. Kita meminta John McCain untuk menjelaskannya. Dan dia akan menemukan seseorang untuk disalahkan. Dan aku tidak tahu mengapa dia bisa memberitahukannya ke presiden."
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Zat kimia ini merupakan bahan yang dapat menyebabkan pengikisan organ tubuh atau peradangan.
Baca SelengkapnyaHizbullah Hujani Israel dengan Roket, Serangan Terbesar Sejak 8 Oktober
Baca SelengkapnyaGas air mata adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan kerumunan atau dalam situasi penegakan hukum sebagai alat non-mematikan.
Baca SelengkapnyaSetelah menggempur Jalur Gaza, Lebanon, dan Yaman, Israel memperluas serangan brutalnya ke Suriah.
Baca SelengkapnyaIsrael membunuh pemimpin Hizbullah tersebut pada Jumat (27/9) malam.
Baca SelengkapnyaIsrael juga mengancam akan membuat warga Gaza utara kelaparan jika mereka tak mau meninggalkan rumah mereka.
Baca SelengkapnyaPasukan zionis Israel terus melancarkan pengeboman di wilayah Gaza Selatan.
Baca SelengkapnyaPara pilot mengatakan kepada media Israel, mereka bergegas ke medan pertempuran tanpa informasi intelijen sama sekali
Baca SelengkapnyaHouthi mengatakan sistem pertahanan Israel gagal mencegat rudal mereka.
Baca SelengkapnyaKorban tewas warga Gaza Palestina kini sudah melebihi 11.000 jiwa. Data menunjukkan korban tewas di Gaza melampaui korban tewas perang Rusia-Ukraina.
Baca SelengkapnyaHasil investigasi mengenai penyerangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Baca SelengkapnyaIsrael menyerang pinggiran Selatan Beirut, Lebanon, dan mengakibatkan puluhan korban jiwa. Jet-jet tempur Israel menjatuhkan sejumlah bom ke beberapa bangunan.
Baca Selengkapnya