Bikin Tercengang, Ilmuwan Temukan 128 Bulan Baru Mengorbit Planet Saturnus
Setelah penemuan baru ini, Saturnus kini memiliki 274 bulan.

Ahli astronomi internasional baru-baru ini mengumumkan penemuan mencengangkan yaitu 128 bulan baru yang mengorbit planet Saturnus. Penemuan ini, yang telah dikonfirmasi oleh Minor Planet Center pada Selasa (11/3) meningkatkan jumlah total bulan Saturnus menjadi 274.
Angka ini jauh melampaui jumlah bulan yang dimiliki oleh planet lain di tata surya kita, menjadikannya sebagai pemegang rekor baru. Sebelumnya, Jupiter memegang rekor dengan 95 bulan, namun kini posisinya tergeser oleh Saturnus yang memiliki jumlah bulan yang luar biasa.
Antara tahun 2019 dan 2021, diidentifikasi 62 objek di sekitar Saturnus. Objek-objek kecil lainnya juga terlihat pada saat itu yang belum dapat diidentifikasi.
"Dengan pengetahuan bahwa ini mungkin bulan, dan bahwa kemungkinan masih ada lebih banyak lagi yang menunggu untuk ditemukan, kami meninjau kembali bidang langit yang sama selama tiga bulan berturut-turut pada tahun 2023," kata astronom Edward Ashton dari Academia Sincia di Taiwan, dikutip dari Science Alert, Kamis (13/3).
"Benar saja, kami menemukan 128 bulan baru. Berdasarkan proyeksi kami, saya rasa Jupiter tidak akan pernah menyusulnya," lanjutnya.
Metode yang digunakan dalam penemuan ini adalah teknik 'shift and stack', yang dilakukan menggunakan teleskop Canada-France-Hawaii Telescope (CFHT) yang terletak di Mauna Kea. Teknik ini menggabungkan beberapa gambar lintasan orbit bulan untuk meningkatkan kecerahan dan memudahkan deteksi.
Gugus Mundilfari
Semua bulan baru yang ditemukan ini diklasifikasikan sebagai bulan tak beraturan (irregular moons). Ciri-ciri utama dari bulan-bulan ini adalah bentuknya yang tidak beraturan, mirip dengan kentang, dan ukuran yang kecil, hanya beberapa kilometer. Selain itu, bulan-bulan ini memiliki orbit elips yang lebar dan kemiringan orbit yang tinggi, berbeda dengan bulan reguler seperti Bulan Bumi yang memiliki orbit hampir melingkar dan sedikit miring.
Keunikan bulan-bulan tak beraturan ini memberikan tantangan tersendiri bagi para astronom. Mereka harus memahami bagaimana bulan-bulan ini terbentuk dan berinteraksi dengan Saturnus.
Salah satu teori menyebutkan, bulan-bulan ini merupakan pecahan dari objek yang lebih besar yang hancur akibat tabrakan di masa lalu, mungkin terjadi sekitar 100 juta tahun yang lalu. Lokasi bulan-bulan ini yang terkonsentrasi di dekat gugus bulan Mundilfari mendukung hipotesis ini.
Gugus Mundilfari sendiri merupakan bagian dari gugus Norse, yang terdiri dari bulan-bulan tak beraturan Saturnus yang memiliki orbit retrograde, yaitu berlawanan arah dengan rotasi Saturnus.
Para ilmuwan meyakini tabrakan itu pasti terjadi sekitar 100 juta tahun lalu, yang merupakan waktu yang sangat singkat bagi sebuah planet. Lokasi bulan-bulan itu juga, dalam kelompok bulan-bulan Saturnus Norse, menunjukkan bahwa di sinilah tabrakan terakhir terjadi.
Kelompok bulan-bulan Norse adalah bulan-bulan yang mengorbit dalam arah mundur, pada sudut miring, dan pada lintasan elips, di luar cincin Saturnus. Seperti bulan-bulan yang baru ditemukan, bulan-bulan itu juga relatif seperti kentang.