Dua bulan usai pertemuan Trump-Kim Jong-un, denuklirisasi Korut dinilai gagal
Merdeka.com - Laporan investigasi oleh situs berita Vox menyebut Korea Utara berulang kali menolak proposal denuklirisasi yang diajukan Amerika Serikat (AS).
Dalam laporan yang dirilis pada Rabu 8 Agustus 2018 itu, disebutkan pula bahwa rentang waktu bagi Pyongyang memangkas persenjataan nuklir sebesar 60-70 persen dalam enam atau delapan bulan ke depan, dan menyerahkan hulu ledaknya ke pihak ketiga.
Sebagai gantinya, Vox melaporkan, AS akan mencabut sanksi ekonomi dan menghapus Korea Utara dari daftar sponsor negara terorisme.
-
Siapa yang diincar oleh senjata nuklir Korea Utara? Analis mengatakan Korea Utara memperlihatkan ancaman nuklir yang semakin beragam ke Amerika Serikat dan Korea Selatan.
-
Siapa yang ditolak masuk Korea? Beberapa pelancong, bahkan setelah menerima persetujuan K-ETA, ditolak masuk setibanya di Korea, sehingga memperburuk masalah ini.
-
Siapa yang memimpin Korea Utara? Pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) saat ini ialah Kim Jong-un. Dia mengambil alih kekuasaan sebagai orang nomor satu pada tahun 2011 setelah kematian ayahnya, Kim Jong Il.
-
Siapa saja yang Kim Jong-un minta jadi revolusioner? Kim Jong-un meminta anak-anak dan yatim piatu di negeri itu mengikuti latihan menembak di militer dan bekerja di lokasi-lokasi konstruksi.
-
Kenapa Amerika Serikat dan Korea Selatan latihan militer bersama? Usai uji coba Hwasong-18, Amerika Serikat dan Korea Selatan mengerahkan angkatan udara mereka untuk menggelar latihan militer bersama.
-
Bagaimana Kemendag meningkatkan kerja sama dengan Korea? Selain itu, dalam meningkatkan kerja sama, Korea menawarkan kerja sama di beberapa sektor, yaitu digitalisasi, ekonomi hijau, dan rantai pasok,“ pungkas Jerry.
Mengutip dua sumber anonim yang akrab dengan isu terkait, Vox melaporkan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah membuat tawaran kepada mitranya dari Korea Utara Kim Yong-chol berkali-kali, namun hampir selalu ditolak.
Sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Kamis (9/8), hampir dua bulan setelah pertemuan bersejarah antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni, negosiasi denuklirisasi antara kedua negara dinilai gagal dalam beberapa hal.
Tak lama setelah pertemuan bersejarah tersebut, Presiden Trump sempat berujar di Twitter bahwa "Tidak ada lagi Ancaman Nuklir dari Korea Utara".
Namun, dalam memberi kesaksian di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS pada akhir Juni, Pompeo mengakui bahwa Korea Utara masih memproduksi bahan nuklir, meskipun telah disepakati janji untuk denuklirisasi.
Badan-badan intelijen AS dikabarkan percaya bahwa Pyongyang telah meningkatkan produksi bahan bakar untuk senjata nuklir di beberapa situs rahasia dalam beberapa bulan terakhir, NBC News melaporkan, mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
"Amerika Serikat telah melakukan hal-hal sesuai dengan deklarasi Singapura. Hanya Korea Utara yang belum mengambil langkah-langkah, yang kami rasa perlu untuk melakukan denuklirisasi," ujar Penasihat Keamanan Nasional John Bolton dalam sebuah wawancara dengan Fox News Channel, Selasa 7 Agustus.
Bolton mengatakan bahwa AS akan terus menerapkan tekanan ekonomi sampai Pyongyang menghasilkan bukti komitmennya. "Rencana bahwa kami akan mengendurkan sanksi tidak lebih dari pernyataan Korea Utara, di mana saya pikir bukanlah hal utama yang dipertimbangkan dalam kondisi seperti sekarang ini," katanya.
Randall Schriver, asisten menteri pertahanan untuk urusan keamanan Asia dan Pasifik di Kementerian Pertahanan AS, mengatakan dalam sebuah agenda pada hari Selasa bahwa Pentagon akan "bertanya ke Menteri Luar Negeri Pompeo dan presiden untuk memberi petunjuk tentang penilaian mereka terhadap bagaimana negosiasi akan berjalan".
Pada akhir Juni, Pentagon tanpa henti menangguhkan latihan militer dengan pasukan Korea Selatan di Semenanjung Korea, dalam upaya yang diinisiasi oleh Trump, guna mendukung negosiasi dengan Korea Utara.
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kegagalan ini sudah yang kedua kalinya. Tetapi Korea Utara akan mencobanya lagi.
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikan Kim Jong-un dalam pidatonya di hadapan majelis rakyat tertinggi.
Baca SelengkapnyaPertemuan Kim-Putin terjadi pada saat kedua negara menghadapi isolasi internasional.
Baca SelengkapnyaKorea Utara mengatakan satelit mata-mata diperlukan untuk menghadapi dugaan ancaman dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaSeorang tentara Amerika Serikat bernama Travis King masuk ke Korea Utara dengan sengaja dan tanpa izin.
Baca SelengkapnyaPertemuan Kim Jong-un dengan Vladimir Putin di Kosmodrom Vostochny melahirkan kesepakatan kerja sama di bidang militer dan teknologi.
Baca SelengkapnyaKedatangan utusan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut untuk memperkuat hubungan bilateral.
Baca SelengkapnyaIni merupakan kunjungan pertama Putin ke Korut dalam 24 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaNATO meminta agar pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia dihentikan, setelah terungkap bahwa 10.000 tentara Korut terlibat dalam konflik di Ukraina.
Baca SelengkapnyaKorea Utara kembali melakukan uji coba peluncuran dua rudal jelajah strategis terbaru yang ditembakan dari kapal selam.
Baca SelengkapnyaDalam kunjungannya, Kim Jong-un memerintahkan peningkatan produksi kendaraan peluncur rudal untuk mempersiapkan "pertempuran militer" dengan musuh.
Baca SelengkapnyaLatihan itu dilakukan di tengah situasi memanas dengan Seoul dan Washington, saat Menlu AS Antony Blinken melakukan kunjungan ke Korea Utara.
Baca Selengkapnya