Duterte mau tempatkan pasukan & bangun benteng di Laut China Selatan
Merdeka.com - Meski memilih bekerja sama dengan China, bukan berarti membuat Presiden Rodrigo Duterte diam saja begitu wilayah negaranya diganggu. Dia mulai memerintahkan personel militernya untuk mengambil alih seluruh kepulauan yang diklaim Filipina di Laut China Selatan.
"Kami mencoba menjadi kawan bagi siapapun tetapi kami harus memperkuat wilayah kami sekarang, setidaknya area di bawah kontrol kami. Dan saya sudah memerintahkan angkatan bersenjata mengambil alih semua," ujarnya saat mengunjungi kamp militer di Pulau Palawan, Filipina.
Duterte menyebutkan, dia akan menaikkan bendera Filipina di Pulau Pagasa, dikenal pula sebagai Pulau Thitu , saat hari kemerdekaan pada 12 Juni. Thitu berada di lingkar Kepulauan Spratly, yang juga diklaim China, Taiwan, Brunei dan Vietnam.
-
Siapa yang mendukung kedaulatan laut Filipina? Meski visi kedaulatan kelautan mereka didukung oleh kebijakan seperti The National Security Policy dan National Security Strategy untuk menjamin 24/7 Maritime Domain Awareness, namun pada implementasinya sungguh cukup berbeda (Batongbacal, 2021).
-
Kenapa tembok besar china dibangun? Tujuannya, kata para peneliti, melindungi negara bagian Xiongnu dan Xianbei utara.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Dimana roket China akan diluncurkan? Mengutip LiveScience & Space.com, Jumat (8/3), roket-roket yang belum diungkapkan namanya oleh CASC termasuk roket berdiameter 13 kaki (4 meter) dan roket berdiameter 16 kaki (5 meter).
-
Siapa yang prihatin tentang konflik Laut China Selatan? Para menteri luar negeri di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) pada Sabtu, 30 Desember 2023 menyatakan keprihatinan mereka atas meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
-
Kenapa Jokowi membahas Laut China Selatan? Jokowi mengatakan dirinya akan membahas upaya meredakan ketegangan di Laut China Selatan.
Filipina merupakan negara yang satu-satunya berjuang keras untuk membuktikan kedaulatan mereka atas kepulauan tersebut di Laut China Selatan. Bahkan, pendahulu Durtete, Benigno Aquino, negaranya berhasil memenangi pengadilan internasional di mana menyebutkan China tidak memiliki dasar legal untuk mengklaim wilayah itu.
Sejak terpilih, pemerintahan Duterte lebih bersahabat dengan Beijing dan menarik diri dari persengketaan atas wilayah itu. Dalam kunjungannya ke ibu kota China itu, Diterte bahkan sempat menjelek-jelekkan AS yang dulu merupakan sekutu dekat.
"Amerika sudah kalah sekarang. Saya akan menyesuaikannya dengan ideologi anda."
Dalam kunjungan itu, Beijing sepakat untuk mengizinkan kapal nelayan Filipina memasuki wilayah yang dikontrol China.
Akan tetapi, tindakan yang dilakukannya kini berbanding terbalik dengan kebijakan Duterte sebelumnya, menunjukkan keinginan untuk mengejar ketertinggalan militerisasi Beijing telah mengambil alih wilayah tersebut.
"Tanah (pulau) kosong itu diperuntukkan bagi kita, ayo tinggal di sana. Ini seperti kita semua berkompetisi untuk mengambil pulau-pulau itu. Dan apa yang kita miliki akhirnya, ayo ambil itu dan bangun titik terkuat bahwa di sana memang punya kita."
Bahkan, dia berangan-angan Filipina harus membangun benteng di wilayah tersebut.
"(Kita) harus bangun bunker atau rumah di sana dan membuat ketentuan untuk tempat tinggal."
Belum diketahui sikap China mendapati perubahan Duterte tersebut.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi Manila ini sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai China.
Baca SelengkapnyaMiliter Filipina dan China kembali memanas di Laut China Selatan.
Baca SelengkapnyaKonflik Laut China Selatan kembali memanas. Kapal China Coast Guard menembakkan meriam air dan memblokade kapal Filipina.
Baca SelengkapnyaChina benar-benar nekat membangun pangkalan udara di sana.
Baca SelengkapnyaIrvansyah juga mengusulkan Kota Ranai di Natuna dibuat seperti stasiun atau pangkalan untuk titik kumpul anggota.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Filipina.
Baca SelengkapnyaPenampakan pasukan militer China kepung wilayah perairan dekat Taiwan.
Baca SelengkapnyaKasal menilai Presiden Prabowo berupaya mencegah segala bentuk pertikaian di kawasan, dengan tetap menjunjung tinggi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
Baca SelengkapnyaLuhut menyadari, luasnya batas negara Indonesia membutuhkan angkatan laut yang tangguh.
Baca SelengkapnyaKetegangan ini membuat Korsel memerintahkan seluruh warganya di dua pulau terpencil untuk mengungsi ke tempat perlindungan bom.
Baca SelengkapnyaTema debat berkaitan dengan pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik.
Baca SelengkapnyaPeristiwa pengusiran ini terjadi di Laut Natuna Utara, pada Senin (21/10).
Baca Selengkapnya