Hamas: Perpecahan selama ini tidak menolong kami
Merdeka.com - Tanpa campur tangan Mesir selama ini setia menjadi penengah, Hamas dan Fatah akhirnya bersepakat mengakhiri perpecahan sejak pertengahan 2007. Komitmen bersejarah itu tercipta Rabu pekan lalu di Kota Gaza.
Menurut komitmen diteken kedua pihak, pemerintahan sementara Hamas dan Fatah bakal dibentuk dalam lima pekan. Rezim transisional ini bertugas menyiapkan pemilihan umum parlemen dan presiden dalam setengah tahun berikutnya.
Pemerintahan bersama ini pernah terbentuk lewat kesepakatan Makkah, Maret 2007. Namun Amerika Serikat dan Israel menolak mengakui rezim itu dengan alasan Hamas adalah organisasi teroris. pemerintahan koalisi hanya bertahan tiga bulan. Bentrokan pecah antara Hamas dan Fatah berakibat pada terbelahnya Jalur Gaza dan Tepi Barat.
-
Apa masalah utama antara Israel dan Palestina? Konflik Palestina dan Israel, hingga kini masih menjadi isu kemanusiaan yang belum berakhir.
-
Apa itu Hamas? Hamas merupakan sebuah organisasi yang kerap menjadi perhatian dalam konflik antara Israel dan Palestina. Gerakan yang berlandaskan nasionalisme dan agama ini memadukan dakwah Islam dengan metode perjuangan bersenjata.
-
Bagaimana cara militer Israel melemahkan Hamas? 'Yang bisa dilakukan adalah mengembangkan sesuatu yang lain untuk menggantikannya. Sesuatu yang akan membuat penduduk menyadari ada orang lain yang mendistribusikan makanan, ada orang lain yang mengurus layanan publik. Untuk benar-benar melemahkan Hamas, inilah caranya,' kata Hagari.
-
Siapa yang mengusir warga Palestina? Peristiwa Nakba dimulai dengan serangan militer dari pasukan Zionis terhadap desa-desa dan kota-kota Palestina.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Israel dan Palestina? Pada akhir perang pada Juli 1949, Israel menguasai lebih dari dua pertiga bekas Mandat Inggris, sementara Yordania menguasai Tepi Barat dan Mesir menguasai Jalur Gaza.
-
Bagaimana konflik Israel dan Palestina dimulai? Konflik yang bermula sejak tahun 1947 ini bahkan masih sering memanas.
Amerika bersama sekutu istimewa mereka, Israel, menolak perjan rekonsiliasi itu. Kedua negara menyatakan tidak akan menyokong pemerintahan bersama Hamas dan Fatah. Amerika dan Israel sama-sama mengancam memutuskan bantuan bagi Palestina.
Di tengah gangguan komunikasi, Ahmad Yusuf, penasihat Perdana Menteri Ismail Haniyah, memberi penjelasan seputar kesepakatan damai Hamas dan Fatah itu. Kadang pertanyaan mesti diulang karena dia tidak bisa mendengar dengan jelas.
Berikut penuturan Ahmad Yusuf saat dihubungi Faisal Assegaf dari merdeka.com melalui telepon selulernya Selasa lalu.
Bagaimana Hamas dan Fatah bisa mencapai kesepakatan damai?
Sebenarnya apa yang disebut perjanjian rekonsiliasi ini belum tercapai. Dalam lima pekan insya Allah akan terbentuk pemerintahan transisi bekerja selama setengah tahun. Setelah itu kami bisa menggelar pemilihan umum parlemen dan presiden.
Anda yakin kesepakatan ini bisa dilaksanakan?
Saya pikir kami saat ini ada kebulatan tekad untuk maju terus dan melaksanakan kesepakatan rekonsiliasi. Kami tahu Israel mengancam menyabotase perjanjian ini. Namun ada kemauan dari rakyat agar kami tetap melaksanakan komitmen rekonsiliasi tanpa mempedulikan ancaman dan tipu daya Israel.
Ganjalan utama dalam pelaksanaan komitmen rekonsiliasi ini adalah soal pembagian kekuasaan. Bagaimana Hamas dan Fatah berkompromi mengenai hal ini?
Berdasarkan suara rakyat, Hamas dan Fatah sama-sama memperoleh dukungan lebih dari 25 persen. Sehingga Hamas dan Fatah bisa bekerja sama membentuk pemerintahan bersatu untuk membebaskan bangsa Palestina.
Kenapa Hamas masih percaya kepada Fatah?
Karena banyak hal mesti dikerjakan kedua pihak. Dalam politik Anda harus melihat kondisi di lapangan dan kami perlu memperkuat persatuan nasional. Kami tidak bisa bertindak sendiri dalam perjuangan membebaskan bangsa Palestina.
Kami perlu memastikan semua pihak bisa masuk dalam pemerintahan gabungan ini karena masih dalam penjajahan. Kami harus melawan penjajahan Israel. Kami tidak bisa sendirian menghadapi Israel.
Apakah rekonsiliasi ini merupakan manuver politik Abbas terpojok lantaran perundingan dengan Israel mandek?
Kami saat ini cukup yakin pemerintahan bersama bisa menjalankan program-program bagi bangsa Palestina sedang dalam penjajahan. Semua pihak mesti sadar bukan hanya Fatah atau Abbas berhak berunding dengan Israel.
Kelompok islamis dan nasionalis nantinya sama-sama berkepentingan menentukan masa depan pembicaraan damai dengan Israel. Semua pihak dalam pemerintahan koalisi nantinya bakal memutuskan strategi apa akan dijalankan menghadapi Israel. Apakah perlu perundingan dihentikan lantaran Israel tidak serius mencari upaya penyelesaian damai.
Jadi menurut Anda, sekarang saat tepat membangun pemerintahan persatuan nasional?
Kini merupakan saat tepat karena kedua pihak sama-sama kalah. Israel adalah satu-satunya pemenang setelah Israel berhasil membelah Gaza dan Tepi Barat serta ada dua pemerintahan Hamas dan Fatah. Ini memperlemah persatuan bangsa Palestina. Perpecahan ini tidak menolong sama sekali.
Jadi kami sangat yakin pemerintahan bersama bentukan Hamas dan Fatah bisa memperkuat persatuan rakyat Palestina. Pemerintahan gabungan ini nantinya bakal mengurus masalah-masalah timbul akibat pendudukan Israel. Pemerintahan bersama ini bakal merumuskan kebijakan politik dan militer bersama buat menghadapi penjahan Israel. Kami tidak bisa membiarkan Abbas terus berbicara atas nama rakyat Palestina.
Dengan komitmen rekonsiliasi, berarti Hamas siap mengakui Israel?
Kami tahu Israel menetapkan syarat dan berusaha menekan Presiden Abbas agar menyatakan Hamas sebagai organisasi teroris. Israel mengancam akan memutuskan bantuan jika pemerintahan bersama Hamas dan Fatah terbentuk. Kami sadar sokongan dari negara-negara Arab dan muslim serta dukungan komunitas-komunitas pro-Palestina bakal mengalahkan semua tipu daya Israel itu.
Amerika Serikat dan Israel telah menyatakan menentang kesepakatan rekonsiliasi ini. Lantas bagaimana pemerintahan persatuan itu bisa bekerja?
Kami sangat yakin Israel selama ini terus mengupayakan agar perpecahan di antara kami kian tajam. Namun kami sadar terus berlanjutnya perpecahan di antara kami tidak disukai rakyat Palestina. Jadi kami harus mengakhiri perpecahan ini, kami harus bekerja sama untuk proyek nasional, kami harus bergandengan tangan.
Dengan sokongan negara-negara Arab dan muslim serta komunitas-komunitas lainnya membuat kami kian yakin perlunya memperkuat persatuan nasional.
Dengan terciptanya persatuan antara penduduk Gaza dan Tepi Barat, berarti bangsa Palestina siap melancarkan intifadah ketiga?
Kami ingin memperkuat perjuangan kami. Kami akan terus melanjutkan perjuangan dengan cara kekerasan dan non-kekerasan menghadapi Israel.
Lewat kesepakatan rekonsiliasi ini, Anda melihat ada isyarat bangsa Palestina siap memulai intifadah?
Kami ingin memobilisasi semua pihak untuk memperkuat perjuangan kami menghadapi Isreal di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah semakin brutalnya agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, banyak pihak mengkritik kebungkaman para pemimpin negara-negara Arab.
Baca SelengkapnyaAS merupakan pendukung utama Israel dalam perang genosidanya di Jalur Gaza.
Baca SelengkapnyaPerundingan gencatan senjata berlangsung di Kairo, Mesir. Namun tidak dihadiri perwakilan Israel.
Baca SelengkapnyaBerikut reaksi Israel saat tahu Hamas-Fatah berdamai demi Palestina bersatu.
Baca Selengkapnya62 persen publik Israel tak yakin militer mereka bisa kalahkan Hamas.
Baca SelengkapnyaMiliter Israel Akhirnya Akui Hamas Tak Bisa Dikalahkan, Alasannya Bukan Soal Kemampuan Perang
Baca SelengkapnyaSementara itu, warga Israel dianggap sebagai teroris oleh sebagian besar dunia.
Baca SelengkapnyaKelompok Yahudi anti-zionis sindir pemimpin negara Islam yang seolah membela Israel dan mengutuk perbuatan Hamas.
Baca SelengkapnyaArab Saudi menjadi salah satu negara yang dicemooh karena memilih sikap tidak acuh atas penderitaan warga Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaMantan Bos Mossad: Kami Tidak Bisa Kalahkah Hamas dan Jihad Islam
Baca SelengkapnyaPerang antara Israel dan Palestina kembali Pecah. Usai para pejuang Palestina menyerang, Israel membombardir Gaza dengan sadis.
Baca SelengkapnyaJK mengatakan, upaya yang dapat dilakukan sejumlah negara yang mendukung penghentian perang Israel saat ini dengan membuka ruang dialog.
Baca Selengkapnya