Militer Israel Akhirnya Akui Hamas Tak Bisa Dikalahkan, Alasannya Bukan Soal Kemampuan Perang
Militer Israel Akhirnya Akui Hamas Tak Bisa Dikalahkan, Alasannya Bukan Soal Kemampuan Perang
Kepala juru bicara militer Israel kemarin mengatakan siapa pun yang berpikir Hamas dapat dilenyapkan adalah "salah".
-
Mengapa Israel tidak bisa kalahkan Hamas? “Kami tidak dapat mencapai tujuan perang di utara (Lebanon) dan selatan (Gaza),” ungkap mantan kepala Mossad, Danny Yatom, dalam surat kabar Maariv Israel, yang berjudul 'The Bitter Truth: Hamas and Jihad will not be defeated by military actions’.
-
Siapa yang menyatakan bahwa Israel kalah? Mantan Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Israel atau Mossad, kemarin, mengatakan bahwa Tel Aviv tidak bisa mengalahkan Hamas dan Jihad Islam secara militer.
-
Bagaimana Hamas masih bisa bertahan? 'Terlepas dari serangan militer tentara Israel di seluruh Jalur Gaza, Hamas dan Jihad Islam tidak akan dikalahkan oleh aksi militer, dan para sandera tidak akan kembali di bawah tekanan militer tanpa adanya kesepakatan politik,' ujar Yatom, seperti dilansir MIddle East Monitor, Selasa (4/6).
-
Kenapa Israel gagal mencegah serangan Hamas? Diyakini persepsi yang salah di dalam lembaga keamanan Israel, serta kemungkinan kelalaian para pejabat senior merupakan alasan utama mengapa peringatan Divisi Gaza tidak ditindaklanjuti.
-
Kenapa tentara Israel tidak mau kembali ke Gaza? 'Tempat-tempat itu adalah lokasi mereka kehilangan rekan-rekannya. Daerah itu sudah diamankan dan harus dijaga. Itu membuat mereka frustrasi. Yang membunuh mereka pelan-pelan adalah kondisi dan durasi perang yang tidak tampak tanda-tanda akan berakhir. Kita tidak tahu kapan bisa keluar, ini sudah setahun lebih. Belum lagi banyak yang tewas dan pemandangan mengerikan yang mereka lihat di Gaza.'
-
Apa yang diakui oleh tentara Israel? Sebuah laporan yang diterbitkan harian terkemuka Israel, Haaretz, pada Minggu (31/3) menyatakan tentara dan perwira Israel mengakui sebagian besar korban tewas yang diidentifikasi oleh tentara sebagai 'teroris' selama perang di Jalur Gaza sebenarnya adalah warga sipil.
Militer Israel Akhirnya Akui Hamas Tak Bisa Dikalahkan, Alasannya Bukan Soal Kemampuan Perang
Komentar publiknya ini semakin menyoroti keretakan yang kian besar antara kepemimpinan militer dan politik Israel atas perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Channel 13, Daniel Hagari mengatakan Hamas "adalah sebuah ide, sebuah partai", yang "berakar di dalam hati rakyat Palestina".
"Siapa pun yang berpikir kami dapat melenyapkan Hamas adalah salah," katanya, seraya menambahkan tujuan perang untuk menghancurkan kelompok bersenjata Palestina tersebut ibarat "melempar pasir ke mata rakyat".
Dilansir Middle East Eye, Kamis (20/6), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama ini kerap mengatakan tujuan perang adalah untuk melenyapkan Hamas. Selama delapan bulan perang di Gaza Israel telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina.
Netanyahu kontan membantah komentar Hagari, dengan mengatakan penghancuran Hamas adalah salah satu tujuan perang kabinet dan militer "berkewajiban" untuk melaksanakannya.
Menanggapi Netanyahu, militer Israel merilis sebuah pernyataan
yang menegaskan "tentara berkomitmen untuk mencapai tujuan perang seperti yang telah ditetapkan oleh kabinet."
Selama wawancara, Hagari tampak mengkritik strategi pemerintah Israel secara keseluruhan dalam menghadapi Hamas.
Dia memperingatkan jika pemerintah tidak menemukan alternatif politik bagi kelompok ini di Jalur Gaza, maka kelompok ini akan tetap berada di sana.
"Yang bisa dilakukan adalah mengembangkan sesuatu yang lain untuk menggantikannya. Sesuatu yang akan membuat penduduk menyadari ada orang lain yang mendistribusikan makanan, ada orang lain yang mengurus layanan publik. Untuk benar-benar melemahkan Hamas, inilah caranya," kata Hagari.
Dia menambahkan mengembalikan semua tawanan melalui operasi militer adalah "tidak mungkin" dan hal ini harus dicapai dengan cara lain.
Komentar Hagari muncul di tengah-tengah ketegangan yang terus meningkat antara Netanyahu dan para pejabat militer atas penanganan perdana menteri atas perang di Gaza, seiring dengan berlangsungnya protes anti-pemerintah selama sepekan yang menuntut kesepakatan untuk mengamankan pembebasan para tawanan yang terus berlanjut di seluruh wilayah Israel.
Bulan lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant secara terbuka mengecam Netanyahu karena tidak memiliki rencana yang jelas untuk "pemerintahan pascaperang" di Jalur Gaza.
Dia mengatakan tidak mendukung pemerintahan militer Israel secara terbuka atas wilayah Palestina dan mendesak Netanyahu untuk memberikan alternatif lokal, sebuah opsi yang sejauh ini dihindari oleh Netanyahu.
Minggu lalu, kepala staf militer Israel, Herzi Halevi, dilaporkan berada di balik bocoran media yang mengkritik pemerintah karena kurangnya solusi politik untuk mengakhiri perang.
Netanyahu menentang tekanan dari militer, dan menyindir kebocoran tersebut dengan mengatakan: "Israel adalah sebuah negara dengan tentara, bukan tentara dengan negara".