Lebih Dekat ke Matahari Tapi Cuaca di Luar Angkasa Sangat Dingin, Begini Penjelasan Ahli
Pengetahuan tentang suhu luar angkasa membantu dalam pengembangan pakaian ruang angkasa.
Dalam penelitian mengenai luar angkasa, suhu merupakan faktor krusial yang perlu diperhatikan oleh para ahli astronomi. Suhu yang ekstrem di luar angkasa berpengaruh terhadap desain dan material yang digunakan dalam pembuatan pesawat luar angkasa.
Pemahaman tentang suhu luar angkasa juga sangat penting dalam pengembangan pakaian ruang angkasa yang dapat menjaga suhu tubuh dan melindungi dari radiasi.
-
Kenapa luar angkasa dingin meskipun matahari panas? Namun, radiasi hanya memanaskan molekul yang dilaluinya. Sedangkan, molekul yang lain akan tetap dingin.
-
Apa yang membuat luar angkasa dingin? Itulah alasan luar angkasa tetap memiliki suhu yang sangat dingin.
-
Dimana tempat terdingin di Bumi? Tempat Terdingin di Muka Bumi Secara umum, suhu rata-rata Bumi bervariasi mulai dari minus 25 derajat Celcius sampai 45 derajat Celcius. Sebagai perbandingan, suhu di siang hari di Merkurius bisa mencapai 430 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari merosot menjadi minus 180 derajat Celcius.
-
Kenapa planet ini lebih panas dari Matahari? Planet yang mengorbit dekat bintangnya disinari dengan sinar ultraviolet dalam jumlah besar. Hal ini dapat menyebabkan atmosfernya menguap, dan molekul-molekul di dalamnya terkoyak. Proses ini dikenal sebagai disosiasi termal.
-
Dimana letak planet yang lebih panas dari Matahari? Sebuah objek yang mengorbit bintang berjarak 1.400 tahun cahaya secara serius menentang gagasan tentang apa yang mungkin terjadi di alam semesta.
-
Mengapa jarak Matahari dan Bumi semakin menjauh? Ada dua faktor menjauhnya Bumi dari matahari. Pertama kehilangan massa. Matahari terus menghasilkan energi, sehingga massa matahari akan terus berkurang. Kemudian, pengaruh pasang surut di Bumi, seperti tarikan gravitasi bulan yang mengakibatkan pasang surut di Bumi, begitu pula gravitasi Bumi bisa menarik matahari.
Lalu, seberapa dingin suhu di luar angkasa? Dilansir laman Space, suhu di luar angkasa tidak dapat diukur dengan cara yang sama seperti di Bumi, karena ruang angkasa adalah ruang hampa yang tidak memiliki atmosfer untuk menyimpan panas.
Namun, para peneliti menemukan suhu rata-rata di luar angkasa, jauh dari bintang, berkisar sekitar -270 derajat Celsius (sekitar 3 Kelvin). Suhu ini mendekati nol mutlak, yaitu titik terendah yang dapat dicapai, di mana partikel-partikel bergerak dengan sangat lambat.
Bagi para fisikawan, mengetahui suhu di ruang angkasa berkaitan erat dengan kecepatan dan gerakan. Menurut Jim Sowell, seorang astronom di Institut Teknologi Georgia, istilah 'panas' digunakan untuk menggambarkan kecepatan partikel dalam volume tertentu. Sebagian besar, atau bahkan seluruh, panas yang ada di alam semesta berasal dari bintang-bintang seperti matahari. Di dalam Matahari, di mana fusi nuklir terjadi, suhu dapat meningkat hingga 15 juta Kelvin.
Panas yang dilepaskan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya bergerak melalui ruang angkasa sebagai gelombang energi inframerah yang dikenal sebagai radiasi matahari. Sinar matahari ini hanya memanaskan partikel-partikel yang dilaluinya, sehingga objek yang tidak terkena sinar matahari secara langsung akan tetap dingin.
Pada malam hari, suhu permukaan planet terdekat dengan matahari, Merkurius, dapat turun hingga sekitar -178 derajat Celcius. Sementara itu, suhu permukaan Pluto mencapai sekitar -233 derajat Celcius.
Pada tahun 2009, peneliti mengukur kedalaman kawah gelap di permukaan bulan dan menemukan bahwa suhu turun hingga sekitar -240 derajat Celcius. Di galaksi dekat dan jauh, jalinan debu dan awan yang terjalin di antara bintang-bintang teramati pada suhu antara -263 derajat Celcius dan -253 derajat Celcius. Sementara itu, area-area di ruang angkasa yang jarang mengandung sedikit radiasi latar kosmik, yaitu sisa energi dari pembentukan alam semesta, memiliki suhu sekitar -270 derajat Celcius.
Tetap Dingin Walaupun Ada Matahari
Dikutip dari IFL Science, matahari terdiri dari gas dan api dengan suhu inti mencapai sekitar 15 juta derajat Celsius, sementara permukaannya memiliki suhu sekitar 5.500 derajat Celsius. Suhu yang ekstrem ini cukup untuk menghangatkan bumi yang berjarak 150 juta kilometer dari matahari.
Namun, meskipun luar angkasa seharusnya lebih dekat dengan matahari, suhu di sana tetap rendah, mencapai -270 derajat Celsius. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk keberadaan molekul dan atmosfer. Energi panas berpindah melalui kosmos dalam bentuk radiasi, di mana gelombang energi inframerah bergerak dari objek yang lebih panas ke objek yang lebih dingin.
Gelombang radiasi tersebut akan merangsang molekul yang bersentuhan dengannya, sehingga menghasilkan panas. Ketika radiasi dari matahari mengenai dan memanaskan molekul-molekul di atmosfer, energi tersebut akan diteruskan ke molekul-molekul di sekitarnya. Molekul-molekul tersebut kemudian saling bertabrakan dan meningkatkan suhu di sekitarnya.
Proses perpindahan panas antar molekul ini dikenal sebagai konduksi, yang menciptakan reaksi berantai untuk menghangatkan area di luar jalur sinar matahari. Namun, ruang angkasa adalah ruang hampa, yang berarti hampir tidak ada materi di dalamnya. Molekul gas di luar angkasa sangat jarang dan terpisah jauh sehingga tidak dapat saling bertabrakan.
Meskipun matahari memancarkan gelombang inframerah yang dapat memanaskan luar angkasa, perpindahan panas melalui konduksi tidak dapat terjadi. Selain itu, konveksi, yang merupakan bentuk perpindahan panas yang bergantung pada adanya gravitasi, juga tidak dapat terjadi di ruang angkasa yang tidak memiliki gravitasi. Gravitasi berperan penting dalam distribusi panas di bumi, tetapi tidak ada di luar angkasa.