Lima fakta tenggelamnya kapal Korsel di Rusia
Merdeka.com - Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri kembali menjadi korban dan kali ini penyebabnya lantaran kapal tenggelam di wilayah dengan suhu berbanding terbalik dari negeri ini, Rusia. Sekitar 35 WNI bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) di kapal pukat Oryong 501 milik Korea Selatan tenggelam ditelan arus laut dahsyat di Semenanjung Chutkotka, Laut Bering.
Peristiwa ini tentu saja menjadi perhatian serius Indonesia sebab menyangkut nyawa warganya. Dengan berkoordinasi pihak kementerian luar negeri bekerja sama dengan otoritas Ibu Kota Seoul dan Moskow mencoba mencari korban masih hilang. Seluruh dunia berharap mereka baik-baik saja.
Ada lima fakta penting tenggelamnya pukat Oryong 501 di Laut Bering. Apa saja? Berikut ulasannya.
-
Siapa korban tenggelamnya kapal di Korsel? Tujuh pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi korban atas tenggelamnya kapal di Korea Selatan.
-
Bagaimana tim SAR menemukan korban? Seorang pendaki belum ditemukan. pencariannya akan dilanjutkan hari ini dengan menurunkan 50 tim gabungan untuk menyisir lokasi yang belum ditelusuri kemarin.
-
Di mana kapal tenggelam itu ditemukan? Pada 2018, Departemen Penelitian Bawah Air Universitas Antalya menemukan bangkai kapal yang diperkirakan berasal dari tahun 1600 SM tersebut di lepas pantai barat Provinsi Antalya.
-
Dimana pencarian korban longsor difokuskan? Pencarian difokuskan di di Kecamatan Koto XI Tarusan dengan laporan mobil terseret arus banjir. Kemudian di Kecamatan Sutera juga terjadi longsor. Selanjutnya di Kecamatan Bayang dengan laporan orang terseret arus banjir.
-
Siapa yang menemukan korban? Penemuan berawal saat dua saksi hendak mengantar cabe ke pasar dengan mengendarai mobil.
Pukat Oryong 501 sudah tua
Kapal pukat Oryong 501 merupakan kapal pengekspor makanan olahan hasil laut terutama ikan tuna dan makarel dalam kemasan kaleng yang dioperasikan oleh Sajo Industries di Seoul. Kapal ini memasuki Rusia lewat jalur Laut Pasifik hingga perairan paling timur, Bering.Pukat Oryong 501 memiliki berat yakni 1.753 ton namun sudah berusia hampir empat dekade. Menurut pihak Sajo kapal itu masih layak digunakan meski asosiasi transportasi perairan internasional mengatakan sekurang-kurangnya harus diganti atau diperbaiki setelah 30 tahun.
Laut Bering, salah satu perairan angker sejagat
Perairan yang menjadi rute kapal pukat Oryong 501 bukan lautan sembarangan. Wilayah ini punya kondisi geografis dan gelombang dahsyat lantaran ada cekungan air dalam lalu naik melalui lereng sempit ke air dangkal. Kondisi cuaca di sana juga tak pernah menentu, tergantung dari Kutub Utara dan perubahannya.Saat peristiwa tenggelamnya Oryong 501 cuaca di Bering tengah badai besar dan ombak perairan itu mencapai enam meter. Kapal itu disinyalir terbalik meski demikian pihak perusahaan mengoperasikan Oryong yakni Sajo Industries meyakini seluruh awaknya mengenakan jaket pelampung dan sudah melindungi diri.
Cuaca buruk dan kedinginan tidak masuk akal
Cuaca buruk yakni badai besar dari Laut Pasifik bergerak menuju Laut Bering dan menyebabkan ekstremnya cuaca di sana. Ombak setinggi enam meter tentu amat berbahaya bagi pelayaran.Selai itu kondisi dingin tidak bisa ditoleransi tubuh manusia juga terjadi di Bering. Suhu dalam air mencapai minus 14 derajat celsius sementara di bagian permukaan lebih parah yakni hingga minus 20 derajat celsius.
Tanggap cepat Rusia
Mendengar tenggelamnya kapal Korea Selatan pihak Rusia segera tanggap dan mengirimkan regu penyelamat (SAR). Pencarian mereka awal berbuah, sekitar delapan orang bisa selamat yakni tiga warga Indonesia, tiga warga Filipina, satu warga Rusia, dan satu warga Korea Selatan. Meski salah seorang dari mereka akhirnya meninggal sebab hipotermia (suhu tubuh yang tiba-tiba menurun).Korea Selatan juga mengirimkan tim penyelamatnya tengah dalam perjalanan menuju lokasi. Hingga kini nama-nama korban selamat belum bisa dilansir, demikian juga korban hilang, belum ditemukan.
Kerjasama Rusia-AS
Ada hal menarik dari peristiwa tenggelamnya kapal Oryong 501 milik Korea Selatan di Laut Bering. Semenangjung Chutkotka yang juga menjadi perairan memisahkan Rusia dan Amerika Serikat, namun kejadian ini membuat kedua negara bahu membahu menolong korban.Amerika sendiri menurunkan tim penyelamat mereka dan kini tengah mencari para korban. Sebelah barat Laut Bering yakni Negara Bagian Alaska.
(mdk/din)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, tim gabungan masih mencari tiga korban hilang.
Baca SelengkapnyaTragedi tenggelamnya KRI Nanggala 402 mengungkap berbagai pertanyaan tentang keselamatan dan keandalan kapal selam.
Baca SelengkapnyaKM Lebanon tenggelam akibat dihantam ombak besar. Sebanyak 19 penumpang dilaporkan selamat setelah ditolong nelayan setempat.
Baca SelengkapnyaKedua korban saat ini dibawa ke RS Polri Kramat Jati.
Baca SelengkapnyaPencarian korban dilanjutkan hari ini menggunakan RIB Kamajaya.
Baca SelengkapnyaKapal itu mengalami kecelakaan dan tenggelam saat melewari rute Johor-Indonesia di perairan Selat Melaka.
Baca Selengkapnya10 Korban insiden kapal tugboat Surya 03 dan kapal dagang Setia Baru 05 yang terbakar di Desa Kalanis, Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan (Barsel).
Baca SelengkapnyaKapal selam Titan membawa lima orang menuju titik bangkai kapal Titanic di dasar Samudera Atlantik.
Baca SelengkapnyaKondisi Korban Kecelakaan Maut KM 58: Luka Bakar 90-100 Persen
Baca SelengkapnyaPeristiwa terbakarnya kapal itu, lanjut Budi bisa menjadi pembelajaran bagi pergerakan kapal yang ada di Maluku Utara.
Baca SelengkapnyaPencarian dihentikan karena semua korban telah ditemukan.
Baca SelengkapnyaNamun saat berada di 52 NM dari Pelabuhan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, kapal tersebut dihantam cuaca buruk.
Baca Selengkapnya