Setitik Harapan Muncul dalam Perang Melawan Virus Corona
Merdeka.com - Harapan kini muncul dalam memerangi wabah virus corona yang sudah menewaskan lebih dari 400 orang di China dan menginfeksi ribuan lainnya di sejumlah negara.
Sejumlah ahli medis mengatakan ada tanda-tanda pemulihan pada pasien virus corona yang diobati dengan kombinasi beberapa obat, seperti yang terjadi di Bangkok hingga Zhejiang.
Beberapa perusahaan China kini memusatkan semua perhatian untuk meneliti dan memproduksi obat antivirus serta obat-obatan lain yang diyakini efektif melawan virus corona baru, meskipun uji klinis masih diperlukan sebelum kemanjuran dapat dibuktikan secara ilmiah.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa yang dibuat ilmuwan China? Albert Einstein pernah berbicara tentang penggunaan mesin udara untuk menciptakan kendaraan yang lebih besar dan lebih cepat. Hal itu ternyata menjadi pemicu ilmuwan China untuk membuatnya. Namun dimodifikasi sedemikian rupa. Malah secara tidak langsung negara itu 'berani' mematahkan pendapat Einstein.
-
Kenapa Pertempuran Wuhan jadi penting? Pertempuran ini menandai salah satu upaya terbesar Jepang untuk menghancurkan perlawanan Tiongkok dan memperluas kendali mereka di daratan Tiongkok.
-
Apa yang dicapai oleh ilmuwan China? Dilaporkan seorang ilmuwan Cina telah berhasil menciptakan magnet resistif terkuat di dunia, yang menghasilkan medan magnet stabil sebesar 42,02 Tesla.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan China? Ilmuwan dari China telah menciptakan desain baterai berbasis air terbaru yang lebih aman dan lebih efisien dalam menyimpan energi dibandingkan dengan baterai ion litium (Li-ion) yang saat ini banyak digunakan oleh manusia.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
Berdasarkan laporan Somkiat Lalitwongsa, Direktur Rumah Sakit Rajavithi di Bangkok, kombinasi obat anti influenza Oseltamivir dengan obat HIV Lopinavir dan Ritonavir telah digunakan pada tiga pasien dengan gejala berat. Ajaibnya salah satu pasien, yang merupakan seorang wanita berusia 71 tahun, 48 jam setelah diberi obat bius dia menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Dari Pengobatan Tradisional China hingga Bawang Putih Rebus
Demikian pula di China, berdasarkan keterangan komisi kesehatan Provinsi Henan, tiga pasien yang didiagnosis terinfeksi virus corona baru pulih setelah menggunakan Lopinavir dan Ritonavir. Ascletis, produsen obat hepatitis yang terdaftar di Hong Kong, mengatakan telah menerima permintaan dari lembaga medis dan peneliti medis yang tidak disebutkan namanya untuk menggunakan obat antivirus ASC09 yang dikombinasikan dengan Ritonavir dalam uji klinis untuk mengobati pasien virus corona.
Virus Corona baru, adalah wabah virus kedua yang muncul di China setelah wabah SARS pada 2003. Virus ini telah menginfeksi lebih dari 20.000 orang, 99 persen di antaranya dapat ditemukan di semua provinsi di China. Korban tewas mencapai 427 kasus, atau hanya sekitar 2 persen dari mereka yang terinfeksi, dengan dua kematian di luar China sementara kematian lainnya berada di China.
Beberapa minggu setelah wabah virus pertama kali dilaporkan, vaksin atau pengobatan yang manjur masih belum ditemukan. Pencarian obat untuk penyembuhan telah menghasilkan berbagai resep, dari pengobatan tradisional China hingga bawang putih rebus yang ditanam sendiri namun belum ada yang benar-benar ampuh membasmi virus itu.
Obat Paling Potensial
Dari campuran ini, kombinasi obat antivirus dan obat untuk mengobati flu sepertinya adalah yang paling potensial. Terapi kombinasi bukanlah konsep baru, karena sudah banyak digunakan dalam pengobatan kanker.
Karena belum ada obat yang terbukti manjur untuk virus corona baru, obat antivirus yang ada seperti Oseltamivir telah digunakan untuk mengobati pasien yang mengidap virus corona selain influenza, kata analis senior perawatan kesehatan UOB Kay Hian, Carol Dou.
"Lebih dari 20 kasus pasien virus corona yang dikonfirmasi sudah berubah status menjadi negatif setelah memakai Lopinavir dan Ritonavir," kata Ascletis.
"Campuran yang terdiri dari Ritonavir dan obat antivirus AS09 menunjukkan penurunan jumlah partikel virus sebesar 62 kali lipat pada pasien virus corona setelah 14 hari pengobatan," tambahnya.
Perusahaan yang berbasis di Hangzhou, Ascletis mengatakan,"Kami tidak dapat menjamin bahwa dapat memperoleh persetujuan untuk memasarkan kombinasi Ritonavir dan ASC09, berhasil". Meskipun telah secara aktif membantu para peneliti medis untuk memulai uji klinis pada pasien virus corona.
Lopinavir dan Ritonavir dikembangkan oleh Abbvie yang berbasis di Chicago untuk mengobati penyakit imunologis termasuk HIV.
Ritonavir tidak dijual di China, dan setidaknya dua perusahaan mengklaim membuat versi generik di negara itu. Ascletis mengklaim telah mengembangkan Ritonavir versi generik pertama di China dan telah diterapkan Agustus lalu ke Administrasi Produk Medis Nasional untuk izin memproduksi dan memasarkannya.
China Health Group, sebuah perusahaan farmasi berbasis di Beijing yang terdaftar di GEM Hong Kong, mengklaim bahwa afiliasi Wanquan Wante Xiamen Pharmaceutical adalah satu-satunya perusahaan China yang telah menghasilkan bahan baku untuk Lopinavir dan Ritonavir. Seorang pejabat di Wante mengatakan kepada South China Morning Post, bahwa pihaknya tidak memiliki hubungan lisensi dengan Abbvie.
Meski begitu, Wante telah meminta izin kepada pemerintah untuk melanjutkan produksi bahan-bahan tersebut. China Health juga akan berinvestasi dalam penelitian klinis tentang memproduksi dan memasarkan obat di China. Saham Wante melonjak 14 kali lipat sejak pengumuman tentang peluang bisnis virus corona.
Sementara itu, Yichang HEC Changjiang Pharmaceutical yang terdaftar di Hong Kong, dilisensikan oleh raksasa farmasi Swiss Roche untuk memproduksi obat flu Oseltamivir di Cina.
Distributor tunggal obat ini, Jointown Pharmaceutical Group yang terdaftar di Shanghai mengatakan bahwa mereka telah menjual 1 miliar yuan obat pada Januari saja, dengan akumulasi penjualan sejak September 2019 mencapai 1,5 miliar yuan (setara dengan Rp 4 triliun).
Obat antivirus bukan satu-satunya obat yang dicoba pada pasien yang terinfeksi oleh virus corona.
Tongfang Kontafarma Holdings, produsen klinker semen yang terdaftar di Hong Kong, mengatakan kloroquin fosfatnya(yang digunakan untuk mengobati malaria) telah diuji dan terbukti memiliki efek penyembuhan dalam memerangi virus corona, seperti dilansir dalam pernyataan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) China dan pemerintah kota Chongqing.
Tongfang mengatakan diberitahu oleh pihak berwenang untuk segera melanjutkan produksi bahan farmasi, bahkan ketika perusahaan lain dilarang kembali beroperasi setidaknya sampai 10 Februari, di tengah pembatasan fasilitas untuk mengamati karantina yang dipesan oleh pemerintah di daerah yang terkena dampak. Produksinya telah dilanjutkan di anak perusahaan Tongfang, Chongqing Kangle Pharmaceutical tanpa memberikan rincian volume dan finansial.
Reporter Magang : Roy Ridho
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AS Makin Dibayang-bayangi Kecanggihan Teknologi China yang Dianggap Bisa Mendominasi
Baca SelengkapnyaKanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaChina kini tengah mengembangkan senjata eksperimental yang bisa menggabungkan beberapa gelombang mikro menjadi sinar energi yang sangat kuat
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaTerobosan Baru Dunia Medis, Obat China Ampuh Sembuhkan Kanker Paru-Paru
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia tengah melonjak di China sejak pertama kali dilaporkan pada 13 November 2023.
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca SelengkapnyaKasus pneumonia misterius baru-baru ini menghebohkan China.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca Selengkapnya