Menguat dugaan pejabat AS berperan dalam kudeta militer Turki
Merdeka.com - Di Turki sedang ramai dibahas teori spekulasi disepakati baik oleh kalangan Islamis maupun sekuler. Yakni keterlibatan pemerintah Amerika Serikat di balik upaya kudeta militer gagal 15 Juli lalu.
Mantan Kepala Badan Intelijen Angkatan Darat Turki, Ismail Hakki Pekin, termasuk yang meyakini adanya campur tangan AS dalam pergerakan tentara yang bersimpati pada agenda politik ulama karismatik Fethullah Gulen.
Pekin menyatakan upaya kudeta Turki tidak direstui sepenuhnya oleh Presiden Barack Obama. Dia menduga percobaan makar tempo hari hanya didalangi oleh Gulen yang berusaha mengawinkan demokrasi dan Islamisme, didukung beberapa pejabat Washington D.C.
-
Siapa yang membantu Washington? Dia menunjuk John Jay sebagai Ketua Mahkamah Agung, yang membantu membangun landasan hukum yang kuat untuk negara.
-
Siapa yang memimpin penculikan para jenderal? Doel Arif mendapat tugas menculik para Jenderal Angkatan Darat di malam kelam itu. Doel Arif menjadi Komandan Pasukan Pasopati dalam Gerakan 30 September.
-
Siapa pemimpin kelompok yang dicurigai? Peristiwa Talangsari 1989 berawal dari kecurigaan masyarakat dan aparat desa terhadap kelompok keagamaan yang dipimpin oleh Warsidi.
-
Siapa yang mengklaim alien bantu Amerika? Mantan astronot NASA, Edgar Mitchell, mengungkapkan orang dalam militer mengetahui kehadiran pesawat tidak biasa yang melayang-layang di atas fasilitas rudal dan situs White Sands yang terkenal di New Mexico.
-
Siapa yang 'mengolok-olok' perwira tersebut? “Izin, nama ***, pangkat Letnan Kolonel,“ katanya. “Ulangi, suara yang keras, ulangi,“ ujar para penghuni tahanan. “Pangkatnya digondol kucing,“ teriak penghuni tahanan yang lain.
-
Siapa yang memimpin pasukan Amerika? Pasukan Amerika sendiri dipimpin oleh Mayor Jenderal William F. Dean, seorang veteran Perang Dunia II.
"Tujuan utama kudeta ini bukanlah menggulingkan Presiden Erdogan, bukan sekadar itu. Yang dikejar adalah memaksa Turki menjalankan kebijakan luar negeri sesuai keinginan Amerika Serikat," kata Pekin seperti dilansir Daily Sabah, Senin (1/8).
Sejak 1990-an, banyak posisi penting di tubuh militer Turki disusupi oleh perwira yang bersimpati pada gerakan Gulen. Pekin menuding AS sudah tahu sejak lama adanya perpecahan antar faksi pro-Islamisme maupun pro-sekularisme di tubuh militer.
Ketika terdapat momentum, Pekin menuding faksi ini kemudian digerakkan untuk menjajal upaya kudeta. Dia menyodorkan fakta lain yakni laporan lembaga swadaya International Crisis Group pada 8 April 2016. Laporan ini sudah menyitir adanya desakan beberapa pejabat negara Barat, agar Turki tidak bertindak sendiri merespon isu-isu regional.
Rakyat Turki tangkap militer pro kudeta (c) 2016 Merdeka.com/twitter
AS, dari laporan tersebut, tidak senang melihat peperangan skala massif yang dilakukan Ankara melawan pemberontak Kurdi dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), manuver Erdogan dalam Konflik Suriah, serta cara Turki menghadapi Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). "Turki diharapkan taat pada garis kebijakan AS di Laut Hitam hingga Laut Caspia. Tak heran jika sekarang angkatan bersenjata Turki dilemahkan," kata Pekin.
Akademisi dari Harvard Kennedy School, Dani Rodrik, kurang yakin operasi makar simpatisan Gulen di tubuh militer direstui oleh Amerika Serikat. Dia lebih percaya hanya ada segelintir pejabat di Washington yang tahu, kemudian mendukung alakadarnya upaya penggulingan Erdogan karena sesuai dengan agenda pribadi masing-masing.
Dalam analisis di situs pribadinya, Rodrik menyatakan Gulen harus diakui tampak dilindungi oleh pemerintah AS. Selain tak segera mengiyakan permintaan Ankara untuk mengekstradisi sang ulama, Rodrik menyoroti masa lalu Gulen yang begitu mudah memperoleh Green Card - izin tinggal permanen di Negeri Paman Sam.
Data dari Rodrik menyatakan Gulen memperoleh rekomendasi green card dari George Fidas dan Graham Fuller, keduanya adalah agen resmi CIA. Surat rekomendasi juga datang dari Morton Abramowitz, mantan Duta Besar AS untuk Turki. Gulen sehari-hari tinggal di Kota Saylorsburg, Pennsylvania, Amerika Serikat sejak 1999.
Keterkaitan antara Gulen, dengan setidaknya beberapa pejabat intelijen AS, juga nampak dari bocoran Wikileaks. Diplomat-diplomat AS di Ankara sejak lama mencatat gerakan sosial Gulen yang disebut Hizmat. Aktivitas organisasi nonprofit itu di bidang pendidikan dan sosial berhasil menggaet banyak pengikut, baik kalangan Islamis, sekuler, hingga dari sipil dan militer. Para diplomat AS ditengarai (mdk/ard)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Juli lalu perlemen Turki mengajukan rancangan undang-undang untuk mencabut kewarganegaraan Turki bagi mereka yang ikut berperang membantu Israel di Gaza.
Baca SelengkapnyaLedakan terjadi beberapa jam sebelum parlemen dijadwalkan bersidang kembali setelah liburan musim panas.
Baca SelengkapnyaBegini detik-detik intelijen Turki gerebek persembunyian agen Mossad Israel yang hendak bunuh petinggi Hamas.
Baca SelengkapnyaAparat Turki memantau kedatangan seorang penyandang dana bagi agen Mossad di lapangan sejak 25 Agustus lalu.
Baca SelengkapnyaLaporan darurat ini, yang disusun 3.300 pengacara, diterbitkan setelah AS menggunakan hak veto-nya untuk menggagalkan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Baca SelengkapnyaDugaan bahwa ISIS dibentuk Israel karena organisasi ini tidak pernah gencar menyerang negara Zionis tersebut.
Baca SelengkapnyaOrganisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki berhasil tangkap agen Mossad yang ditugaskan jadi mata-mata.
Baca SelengkapnyaPentagon Perintahkan Ribuan Tentara Amerika Bersiap Perang di Gaza
Baca SelengkapnyaKonten pro Palestina tersebut diunggah di akun Facebook pejabat bersangkutan.
Baca SelengkapnyaErdogan menyampaikan kecamannya saat menghadiri demo bela Palestina di Istanbul.
Baca SelengkapnyaSebelumnya FBI menuding ancaman bom di TPS saat pemilu presiden berasal dari Rusia.
Baca SelengkapnyaPasukan penjajah Israel mulai menyerang Jalur Gaza, Palestina pada 7 Oktober. Lebih dari 11.000 warga sipil terbunuh sejak saat itu.
Baca Selengkapnya