Negara Ini Geser Afghanistan Sebagai Produsen Opium Terbesar di Dunia
Negara Ini Geser Afghanistan Sebagai Produsen Opium Terbesar di Dunia
Penurunan budidaya opium di Afghanistan mencapai 95% setelah larangan narkoba oleh pemerintah Taliban tahun lalu.
-
Mengapa Konvensi Opium Internasional dibuat? Konteks pembentukan konvensi ini dapat ditemukan dalam meningkatnya penggunaan opium untuk keperluan non-medisinal, yang mengakibatkan dampak kesehatan masyarakat dan sosial yang merugikan.
-
Apa tujuan utama Konvensi Opium Internasional? Konvensi Opium Internasional tahun 1912 bertujuan untuk mengatasi permasalahan peredaran opium dan zat-zat terkait pada tingkat internasional.
-
Bagaimana Konvensi Opium Internasional mencapai tujuannya? Konvensi ini melibatkan kerja sama antarnegara untuk menghentikan produksi opium secara ilegal serta mengontrol ekspor dan impor opium dan derivatifnya.
-
Di mana opium ditemukan di Israel? Artefak ini ditemukan selama penggalian tahun 2012 di Tel Yehud, sebuah kota di Israel yang berjarak 11 kilometer dari Tel Aviv.
-
Kapan Konvensi Opium Internasional ditandatangani? Ditandatangani oleh sejumlah negara pada 23 Januari 1912 di Den Haag, Belanda, Konvensi Opium Internasional bertujuan untuk mengatasi masalah peredaran opium dan zat-zat terkait yang menjadi sumber kekhawatiran internasional pada masa itu.
-
Mengapa Kerto Pengalasan kecanduan opium? Di samping itu ada hal menarik lainnya soal pribadi Kerto Pengalasan. Ia mengonsumsi candu opium dan sudah ketagihan.
Negara Ini Geser Afghanistan Sebagai Produsen Opium Terbesar di Dunia
Produksi opium di Myanmar tahun ini diperkirakan akan meningkat sebanyak 36% menjadi 1.080 ton, jauh melebihi 330 ton yang dilaporkan diproduksi oleh Afghanistan.
Sementara itu, budidaya opium di Myanmar mengalami perkembangan, di mana perang saudara yang brutal telah membuatnya menjadi sumber pendapatan yang menguntungkan.
Dikutip dari laman BBC, menurut Jeremy Douglas, perwakilan regional Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), yang menyusun laporan tersebut, "Gangguan ekonomi, keamanan, dan tata kelola yang terjadi setelah pengambilalihan kekuasaan oleh militer pada Februari 2021 terus mendorong para petani di daerah terpencil beralih ke opium untuk mencari nafkah."
Opium, bahan utama heroin, telah lama dibudidayakan di Myanmar dan digunakan untuk mendanai kelompok pemberontak yang melawan pemerintah.
Namun, dalam satu tahun terakhir, budidaya opium meningkat sekitar 18% seiring berlanjutnya perang saudara yang dipicu oleh kudeta 2021.
Laporan itu menyebut budidaya opium telah menjadi "semakin canggih" dan lebih produktif karena penggunaan lahan yang terorganisir rapat, sistem irigasi, dan terkadang pupuk.
Meningkatnya harga tanaman juga telah menarik lebih banyak orang untuk menanamnya. Pandemi dan kondisi perekonomian Myanmar yang buruk juga menjadikan budidaya opium sebagai bentuk pekerjaan yang lebih dapat diandalkan dan menarik.
Sebuah laporan baru yang suram dari Bank Dunia mengatakan mereka memperkirakan “pertumbuhan kecil” di negara ini.
Negara Bagian Shan, yang menjadi pusat pertempuran antara aliansi tiga kelompok bersenjata etnis bersenjata dan militer, selalu menjadi produsen opium terbesar di Myanmar.
Meningkatnya konflik di Shan telah menjatuhkan keluarga mafia yang kaya raya dari perjudian, pusat penipuan, dan narkoba, tetapi kelompok pemberontak masih mengandalkan penjualan opium untuk mendanai operasi mereka.
Jeremy Douglas menyatakan intensifikasi konflik di Shan dan daerah perbatasan lainnya hanya akan meningkatkan produksi opium.
Laporan tersebut juga menyebutkan area budidaya opium paling luas berada di Negara Bagian Shan bagian utara, diikuti oleh negara-negara Chin dan Kachin, di mana kelompok pemberontak berkonflik dengan tentara.
Banyak penduduk setempat yang kehilangan pekerjaan di wilayah lain di Myanmar juga telah kembali ke Shan, tempat mereka mendapatkan pekerjaan di bidang budidaya opium.
Produksi dan perdagangan heroin adalah kegiatan yang paling menguntungkan dalam perekonomian opium. Laporan tersebut memperkirakan hingga 154 ton heroin telah diekspor tahun ini dari Myanmar, dengan nilai USD 2,2 miliar atau sekitar Rp 34,3 triliun.
Wilayah di mana perbatasan Myanmar, Thailand, dan Laos bertemu, yang disebut sebagai Segitiga Emas, secara historis merupakan pusat produksi opium dan heroin. Myanmar dan Afghanistan dikenal sebagai sumber utama heroin yang dijual di seluruh dunia.