Netflix Tuai Kecaman Setelah Hapus Puluhan Film Tentang Palestina
Kelompok pelobi Israel diduga berperan dalam penghapusan film-film ini.
Netflix, saluran streaming film terpopuler di dunia menuai kecaman setelah menghapus film-film berlatar belakang Palestina. Sebelumnya ada 32 film Palestina yang ada di dalam koleksi Netflix yang menceritakan tentang keluarga, kegigihan, dan kehidupan di bawah penjajahan Israel.
Namun, pada 13-14 Oktober, hampir seluruh film dari bagian berjudul “Kisah Palestina” telah dihapus, sehingga hanya menyisakan dua film saja. Hal ini lantas memicu reaksi keras dari para pembela hak asasi manusia dan pengguna media sosial.
Salah satu film yang dihapus yaitu Children of Shatila karya Mai Masri, menceritakan kehidupan di kamp pengungsi melalui sudut pandang dua bocah Palestina.
Ada dugaan film-film yang berhubungan dengan Palestina dihapus di bawah tekanan kelompok lobi Zionis di tengah perang genosida Israel di Gaza.
Aktivis telah meluncurkan petisi yang mendesak Netflix untuk mengembalikan koleksi tersebut, mempertanyakan penyebab dan motif di balik penghapusan mendadak film-film itu.
"Bagaimana bisa Netflix membenarkan penghapusan begitu banyak film oleh dan tentang orang Palestina, salah satu komunitas paling terpinggirkan secara politis di dunia, khususnya ketika orang-orang Palestina menghadapi genosida di Gaza?" jelas kelompok HAM, Freedom Forward dalam sebuah surat, dikutip dari TRT World, Sabtu (26/10).
Freedom Forward juga mempertanyakan potensi peran “organisasi lobi atau advokasi pro-Israel” dalam mendorong Netflix melakukan tindakan kontroversialnya.
Lobi Zionis
Faktanya, lobi Zionis telah meluncurkan kampanye menentang koleksi tersebut pada Oktober 2021, ketika Netflix menambahkan film-film tersebut. Times of Israel melaporkan. Im Tirtzu, seorang pengawas sayap kanan Israel, mengkritik koleksi “Palestinian Stories” Netflix, menuduh 16 dari 19 sutradara utama mendukung gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) terhadap Israel.
Netflix menyatakan memasukkan film-film Palestina merupakan bentuk dukungan terhadap “kebebasan dan penceritaan otentik dari seluruh dunia” yang bersifat artistik, dan menyatakan koleksi tersebut bertujuan untuk “menampilkan kedalaman” pengalaman Palestina, “mengeksplorasi kehidupan, impian, keluarga, persahabatan, dan kehidupan orang-orang Palestina. dan cinta.”
Namun, tiga tahun setelah pernyataan tersebut, Netflix mengubah kebijakannya dengan menghapus 30 film Palestina.
Kecaman juga datang dari CODEPINK, organisasi pro-Palestina. Mereka menyebut langkah Netflix itu merupakan "penghapusan kisah-kisah dan perspektif orang Palestina dari budaya populer".
“Penghapusan suara-suara Palestina secara sistemik menghalangi khalayak yang lebih luas untuk memahami realitas pendudukan brutal Israel, apartheid, pembersihan etnis, dan sekarang, genosida terhadap warga Palestina,” tegasnya.