Arkeolog Harus Bicara Lantang Lawan Agresi Israel di Gaza, Ini Alasannya
Israel dilaporkan menjarah berbagai artefak kuno dari Jalur Gaza.
Israel dilaporkan menjarah berbagai artefak kuno dari Jalur Gaza.
Sumber: Al Jazeera
Ada juga laporan yang menyebutkan tentara Israel menjarah artefak bersejarah dari Jalur Gaza dan bahkan memamerkannya di kantor parlemen yang dikenal dengan nama Knesset.
Penghancuran warisan budaya Gaza mempunyai konsekuensi sosial, politik, dan emosional yang luas. Ini adalah serangan bersama terhadap keberadaan Palestina dan rakyatnya, demikian tulis antropolog dari Universitas Exeter Inggris, Hilary Morgan Leathem dalam opininya di Al Jazeera.
Menurut Leathem, penghapusan memori akan warisan kebudayaan ini disengaja oleh Israel.
"Ini strategi genosida, menurut definisi yang dikemukakan pengacara Polandia-Yahudi Raphael Lemkin, yang menciptakan istilah "genosida" pada tahun 1944," jelasnya.
"Upaya untuk menghancurkan kaitan fisik antara rakyat Palestina dan warisan mereka bertujuan untuk menghapuskan kehadiran rakyat Palestina dan melegitimasi kolonialisme pemukim Israel."
"Penghancuran situs-situs arkeologi oleh Israel dan penjarahan artefak di Gaza juga menimbulkan pertanyaan terkait netralitas arkeologi di dunia kita. Kenyataannya adalah bahwa arkeologi bisa bersifat sangat politis."
Leathem menjelaskan, kemampuan untuk membuat klaim di masa kini berdasarkan catatan material masa lalu memberikan arkeologi kekuatan yang besar.
"Secara harfiah, para arkeolog memberikan bukti fisik yang diperlukan untuk pembuatan narasi sejarah. Oleh karena itu, para arkeolog mempunyai kewajiban moral untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang sifat politisnya," paparnya.
Bungkamnya asosiasi arkeologi di seluruh dunia terkait apa yang terjadi di Gaza sangat memekakkan telinga, tulis Leathem. Di Eropa, pakar warisan budaya yang berbasis di Irlandia dan Irlandia memberikan tekanan pada Asosiasi Arkeolog Eropa (EAA) untuk angkat bicara. Pada awal Maret, EAA akhirnya mengeluarkan pernyataan.
"Namun teks tersebut mengecewakan karena tidak berkomitmen dan tidak memberikan komitmen apa pun dalam menghadapi kekejaman. Mereka menyebut genosida di Gaza sebagai “krisis Israel/Gaza” dan menggunakan bahasa yang diambil dari Konvensi Warisan Dunia UNESCO tahun 1972," tulisnya.
Menurut Leathem, kegagalan EAA untuk merefleksikan bagaimana arkeologi dan konstruksi warisan budaya, terkait dengan kekuasaan dan sejarah adalah hal yang berbahaya, karena hal ini salah menggambarkan disiplin ilmu tersebut sebagai sesuatu yang murni objektif.
"Arkeologi menjalin hubungan antara tanah dan masyarakatnya melalui kepemilikan masa lalu. Jika digunakan dengan benar, ini memiliki kekuatan untuk menjelaskan bagaimana manusia pernah hidup dan berhubungan dengan dunia kita. Jika digunakan secara tidak tepat, teknologi ini akan menjadi teknologi penindasan, yang dikooptasi oleh rezim penguasa yang ingin memanfaatkan satu versi atau “visi” masa lalu untuk merampas dan menggusur versi atau “visi” lain."
Antropolog Palestina-Amerika Nadia Abu El-Haj juga menulis Israel terkenal karena menggunakan arkeologi secara strategis untuk melegitimasi statusnya sebagai bangsa yang berhak tinggal di tanah Palestina dan melakukan pendudukan.
"Arkeologi bisa menjadi mekanisme untuk mempertahankan kekuasaan dan kasus ini tidak hanya terjadi di Israel-Palestina," tulis Leathem.
"Para arkeolog adalah cendekiawan dan pakar masa lalu yang sadar akan cara bukti arkeologis digunakan tidak hanya untuk membentuk sejarah, namun juga mengendalikan dan mempersenjatainya. Itu sebabnya para arkeolog harus angkat bicara tentang Gaza."
Ketika warisan kebudayaan Gaza, perpustakaan, dan universitas lenyap, keberadaan mereka juga dianggap lenyap dan terhapuskan dari memori manusia dan catatan arkeologi.
Artefak ini ditemukan di permukiman kuno di Yerusalem yang diduduki, Palestina.
Baca SelengkapnyaGua ini ditemukan dengan tidak sengaja oleh arkeolog di Israel.
Baca SelengkapnyaMata panah terbuat dari kuarsit asli dan masih utuh.
Baca SelengkapnyaUsulan ini bikin syok anggota Dewan Menteri Luar Negeri Uni Eropa saat mendengarnya langsung dari Menlu Israel.
Baca SelengkapnyaHal ini dilakukan Israel dalam upaya untuk mengumpulkan bukti yang cukup untuk memperkuat klaim mereka terhadap Hamas.
Baca SelengkapnyaPeneliti Israel menemukan jejak-jejak dari artefak keramik bekas narkotika jenis opium abad ke-14 sebelum Masehi.
Baca SelengkapnyaBadan Pertahanan Sipil Palestina pada Selasa (30/4/2024) kemarin mengungkap fakta terbaru.
Baca SelengkapnyaPernyataan berbahaya ini disampaikan saat bertemu petinggi militer Israel di Gaza.
Baca SelengkapnyaPangkalan ini ditemukan di jalur perdagangan penting zaman kuno.
Baca Selengkapnya