Persekongkolan Jahat, Para Pemimpin Negara Arab Terungkap Minta Israel Kalahkan Hamas
Para pemimpin Arab ini mengungkapkan keinginannya saat bertemu Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
Dalam buku terbarunya berjudul "War", jurnalis investigasi Amerika Serikat (AS), Bob Woodward mengungkap sejumlah pemimpin Arab meminta AS menghancurkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, karena secara historis terkait dengan Ikhwanul Muslimin. Permintaan ini disampaikan setelah Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang kemudian dibalas Israel dengan perang genosida yang telah berlangsung lebih dari setahun.
Woodward mengklaim dalam bukunya memiliku bukti detail pertemuan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken dengan sejumlah pemimpin Arab tidak lama setelah 7 Oktober, seperti dikutip dari The Cradle, Selasa (29/10).
Dalam buku tersebut, Woodward mengklaim ketika Blinken bertemu Raja Abdullah II dari Yordania pada 13 Oktober 2023 di Amman, Raja Abdullah mengatakan: "Kami mengatakan ke Israel jangan lakukan ini, kami bilang ke mereka jangan percaya Hamas, Hamas adalah Ikhwanul Muslimin, Israel harus mengalahkan Hamas. Kami tidak akan menyampaikan ini secara publik, tapi kami mendukung kekalahan Hamas."
Permintaan yang sama juga disampaikan Presiden Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed ketika bertemu Blinken pada 14 Oktober 2023.
"Hamas harus disingkirkan. Kami telah berulang kali memperingatkan Israel bahwa Hamas adalah Ikhwanul Muslimin. Kami bisa memberi Israel waktu untuk menyingkirkan Hamas, tapi pertama-tama, ia (Israel) harus membantu kami untuk menenangkan rakyat kami dari citra kekerasan dan penghancuran di Gaza dengan membawa bantuan, membangun zona aman, dan mengendalikan kekerasan pemukim di Tepi Barat. Biarkan ia membantu kami dengan rakyat kami. dan kami akan memberikan (Israel) ruang untuk menyingkirkan Hamas," kata bin Zayed.
Pemimpin Arab Saudi
"Israel seharusnya jangan mempercayai Hamas, dan Netanyahu telah memperingatkan kami terkait hal itu berulang kali, karena Hamas adalah Ikhwanul Muslimin," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud saat bertemu Blinken yang berkunjung ke Saudi pada 14 Oktober 2023.
"Kelompok teroris itu (Hamas) tidak hanya berusaha menyingkirkan Israel, tapi mereka juga ingin menggulingkan para pemimpin Arab lainnya. Kami khawatir mengenai dampak operasi Israel terhadap seluruh keamanan kami, dan apa yang terjadi setelah Hamas mungkin akan lebih buruk lagi," lanjut Pangeran Faisal.
"Kami tidak akan mengeluarkan uang satu lembar dolar pun untuk membangun kembali Gaza setelah kekacauan yang diciptakan Netanyahu," tambahnya.
Hari berikutnya pada 15 Oktober 2023, Blinken bertemu Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman. Menurut klaim Woodward dalam bukunya, hal ini disampaikan MBS kepada Blinken: "Saya ingin masalah yang disebabkan 7 Oktober hilang. Negara Palestina harus berdiri sebelum normalisasi dengan Israel. Saya tidak menginginhkan hal itu, tapi saya memerlukannya untuk menjustifikasi normalisasi. Saya ingin kembali ke Visi 2030 dengan normalisasi dengan Israel. Gaza harus tenang dulu bagi kami untuk normalisasi dengan Israel."
Informasi dari Mesir
Sebelum ke Israel, Blinken berkunjung ke Kairo dan bertemu Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi. Sisi meminta delegasi AS keluar dan bertemu empat mata dengan Blinken. Menurut Woodward, dalam pertemuan empat mata itu, Sisi mengatakan ke Blinken dia "hanya ingin menjaga perdamaian dengan Israel."
Kepala Badan Intelijen Mesir, Abbas Kamel kemudian memberikan delegasi AS informasi penting terkait jaringan terowongan di bawah Gaza. Kamel mengatakan, Hamas telah mengakar di Gaza dan sulit untuk disingkirkan.
"Israel tidak boleh memasuki Gaza sekaligus, melainkan melakukannya secara bertahap. Ia (Israel) harus memastikan para pemimpin Hamas keluar dari terowongan sebelum memenggal kepala mereka sekaligus," cetusnya.
Negosiasi Senyap
Woodward juga menulis, Senator AS, Lindsey Graham dan PM Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan melakukan negosiasi diam-diam dengan seorang duta besar Arab Saudi di Tel Aviv pada November 2023.
"Semua wawancara untuk buku ini dilakukan berdasarkan aturan dasar jurnalis yaitu ‘latar belakang yang dalam’. Ini berarti bahwa semua informasi dapat digunakan, namun saya tidak akan mengatakan siapa yang memberikannya," kata Woodward terkait narasumber dalam bukunya.
Woodward menjadi reporter pada tahun 1970-an setelah bekerja dengan intelijen angkatan laut AS. Pada saat itu, ratusan reporter AS bekerja sama dengan CIA, dan puluhan lainnya dipekerjakan oleh badan tersebut. Woodward adalah mantan perwira intelijen Angkatan Laut dan reporter Washington Post yang dikenal karena melaporkan skandal Watergate yang menggulingkan Presiden AS Richard Nixon pada tahun 1970-an.