Saat penyandang disabilitas bandingkan pengalaman hidup di AS dan RI
Merdeka.com - Amerika Serikat mengadakan program pertukaran kebudayaan bagi para penyandang disabilitas AS dan Indonesia. Di Negeri Paman Sam, mereka dibiarkan merasakan bagaimana seorang penyandang disabilitas menjalankan kehidupan sehari-hari.
Ditemui di pusat kebudayaan AS, @america, para penyandang disabilitas yang beruntung ikut pertukaran budaya ini menceritakan mengenai pengalaman mereka di sana.
Dari cerita mereka, perbedaan mencolok terhadap para penderita disabilitas Indonesia dan AS ada di masalah transportasi. Di AS, menurut mereka negara yang sangat ramah pada para penyandang disabilitas.
-
Siapa yang mengalaminya di Indonesia? Riskesdas 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
-
Apa yang terjadi pada pria disabilitas itu? Dia baru saja dibebaskan oleh militer Israel
-
Bagaimana cara warga disabilitas menunjukkan dukungannya? Dukungan kepada Prabowo-Gibran ini disebutkan sebagai balasan atas kontribusi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap kelompok disabilitas.
-
Bagaimana Kemensos tangani disabilitas anak? 'Saya melihat beberapa kasus di sentra atau balai. Menurut saya masih kurang bagaimana menangani dan membimbing anak disabilitas. Salah jika kita memvonis tuna netra hanya bisa diberikan pelatihan musik.'
-
Bagaimana Kedai Kopi Berbagi berdayakan disabilitas? 'Kopi Berbagi itu mempunyai misi yaitu untuk berbagi kepada sesama. Salah satunya dengan kawan-kawan disabilitas yang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Kami ajak bergabung untuk terlibat dalam pembuatan kopi, memasak, dan lainnya,' kata Dike.
-
Bagaimana aplikasi iAccessLife membantu penyandang disabilitas? Sebuah aplikasi saluler yang memungkinkan penggunanya untuk menilai, mengulas, dan meneliti lokasi berdasarkan aksesibilitas.
Untuk para disabilitas tuli, mereka jauh lebih mudah menjalani sehari-hari. Adhi Kusuma Bhatorres, salah satu peserta pertukaran budaya ini menyebutkan, para disabilitas tuli mengandalkan visual untuk menjalankan hidup, dan di AS, hampir semua hal di Negeri Paman Sam memiliki itu.
"Para tuli mengandalkan konsep visual untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Indonesia masih harus banyak memperhatikan para penyandang disabilitas, salah satunya agar kita bisa mendapat informasi," ujar Adhi yang merupakan penyandang bisu dan tuli, di Pasific Place, Rabu (16/11).
Peserta program pertukaran budaya lainnya adalah Surya Putra Sahetapy, memberi pesan bagi para penyandang disabilitas di Indonesia untuk terus maju dan tidak boleh malu dalam bermasyarakat.
"Kita harus terbuka, jangan ragu untuk bersosialisasi, jangan berhenti untuk mengadvokasi," ujarnya.
Surya yang lahir dari pasangan selebritis Ray Sahetapy dan Dewi Yul, menyebutkan jika dirinya mulai mengadvokasi informasi dalam bentuk tulisan. Sebab, menurut dia sangat membuang waktu untuk bertanya pada mereka yang kurang paham mengenai disabilitas.
Program pertukaran kebudayaan ini diselenggarakan organisasi nirlaba Dr. Mason Global Inc dan disponsori Kedutaan AS di Jakarta.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain kesetaraan fasilitas, kesetaraan kesempatan kerja juga menjadi penting
Baca SelengkapnyaKemensos telah menelurkan tiga inovasi alat bantu disabilitas dengan fitur teknologi tinggi.
Baca SelengkapnyaHasil penjualan buku itu nantinya akan diperuntukkan sebagai beasiswa pelatihan vokasional bagi penyandang disabilitas.
Baca SelengkapnyaPenanganan terhadap Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial perlu kolaborasi antara pemerintah dan sumber daya yang ada di masyarakat.
Baca SelengkapnyaMensos Tri Rismaharini mendapatkan pujian dari HE Sara Minkara, Penasihat Khusus bidang Hak Disabilitas Internasional Presiden Amerika, Joe Biden
Baca SelengkapnyaMensos Risma menyoroti pentingnya pendekatan yang lebih inklusif dan holistik dalam penanganan disabilitas.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita orang Indonesia yang pindah ke negara lain saling berbagi pengalaman.
Baca SelengkapnyaRekrutmen disabilitas bintara Polri untuk yang menamatkan pendidikan di tingkat SMU dan SMK.
Baca SelengkapnyaDengan kaki palsu ini, para penerima manfaat diharapkan dapat kembali menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri dan produktif.
Baca SelengkapnyaPuluhan penyandang disabilitas mengikuti berbagai perlombaan sebagai bentuk solidaritas dan memupuk rasa cinta Tanah Air.
Baca SelengkapnyaDiaspora, orang yang tinggal di negara lain dengan penuh tantangan.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kota Pasuruan melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pasuruan meresmikan Rumah Hebat Disabilitas.
Baca Selengkapnya