Setelah 136 Tahun, Identitas Pembunuh Berantai Jack The Ripper Akhirnya Terkuak Lewat DNA
Seorang peneliti akhirnya membuat gambaran wajah sang pembunuh berantai terkenal itu dengan bantuan tes DNA.
Jack the Ripper pembunuh berantai yang terkenal di London, Inggris selama ini ternyata imigran keturunan Yahudi dari Polandia yang melarikan diri ke kota itu.
-
Bagaimana ilmuwan mengungkap identitas korban? Dilansir dari laman the Guardian, dalam jurnal Current Biology, para ilmuwan Italia, Jerman dan Amerika melakukan ekstraksi DNA nuklir dan mitokondria purba dari sampel fragmen tulang yang dicampur dengan plester saat sedang menjalani restorasi.
-
Apa yang ditemukan dalam penelitian DNA? Museum melaporkan, para peneliti berhasil mengumpulkan informasi yang memadai tentang delapan tengkorak ini, sehingga membenarkan upaya khusus untuk menemukan keturunan mereka yang khusus. Dalam pemeriksaan tengkorak tersebut, salah satu tengkorak yang menarik perhatian adalah yang bertuliskan 'Akida.' Hal ini mengindikasikan bahwa tengkorak ini pernah dimiliki oleh penasihat terkemuka Mangi Meli, seorang pemimpin yang kuat dari kelompok etnis Chagga pada akhir abad ke-19. Museum mengonfirmasi sampel DNA yang diperoleh dari tengkorak ini secara langsung sesuai dengan keturunan Akida.
-
Apa yang ditemukan di DNA manusia? Virus kuno yang tertanam dalam genom manusia mungkin meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi, bipolar, dan skizofrenia.
-
Apa temuan yang diungkap oleh DNA kuno? Temuan DNA Kuno Ungkap Proses Kawin Silang Antar Manusia Purba
-
Bagaimana DNA membantu melacak keturunan tengkorak? Museum Sejarah Prasejarah dan Zaman Kuno Berlin telah dengan tekun melakukan penelitian sejak tahun 2017 terhadap sekitar 1.100 tengkorak yang diambil dari wilayah yang pada masa itu dikenal sebagai Jerman Timur Afrika. Dalam pengumuman terbaru, museum tersebut mengungkapkan, analisis DNA telah menghasilkan temuan yang sangat berarti, yaitu adanya hubungan langsung dengan keturunan hidup di Tanzania.
-
Apa yang ditemukan di TKP yang dapat menghubungkan pelaku dengan tempat atau individu terkait? Dalam studi yang dimuat di jurnal Forensic Science International: Genetics ini, Patterson dan timnya menemukan bahwa sehelai bulu kucing yang ditemukan di lokasi kejadian dapat menghubungkan pelaku kejahatan dengan tempat atau individu terkait.
Peneliti Russell Edwards berhasil mendeteksi wajah Jack the Ripper setelah menggunakan teknologi perombakan wajah baru untuk menciptakan gambar hitam putih CGI penampilan si pembunuh sadis pada saat itu.
Edwards menggunakan bukti DNA pada selendang salah satu korbannya untuk membuktikan Jack the Ripper sebenarnya adalah Aaron Kosminski, seorang imigran Yahudi dari Polandia yang merupakan salah satu tersangka utama pada saat pembunuhan mengerikan di Whitechapel, London.
Dalam buku kedua yang diterbitkan, Russell tidak hanya mengidentifikasi si Pembantai tetapi juga alasannya mengapa ia memutilasi korbannya sedemikian rupa dan bagaimana ia bisa lolos dari kejahatan ini.
Jack the Ripper membantai dan membunuh sedikitnya lima wanita di Kawasan Whitechapel, London hanya dalam kurun waktu empat bulan dari Agustus-November 1888.
Tiga di antaranya diambil organ dalamnya yang mengarah pada teori bahwa pembunuhnya tentu memiliki beberapa keterampilan anatomi.
Selanjutnya sejak April 1888 hingga Februari 1891 telah terjadi pembunuhan brutal di daerah yang sama Whitechapel terhadap 11 wanita yang sebagian besar pelacur.
Mary Ann Nichols, Annie Chapman, Elizabeth Stride, Catherine Eddowes, dan Mary Jane Kelly dibunuh dari Agustus hingga November 1888. Mereka semua mengalami nasib yang sama yaitu luka pada bagian tenggorokan dan vagina, tiga diantaranya dimutilasi dan beberapa bagian tubuhnya dibawa oleh pembunuh berantai Ripper.
Selendang jadi barang bukti
Hampir 120 tahun kemudian pada tahun 2007, Edwards menemukan selendang yang diduga milik salah satu korban Jack the Ripper, Chatherine Eddowes saat dilelang di Bury St Edmunds, Suffolk.
Untuk memastikan kebenarannya, Edwards melakukan serangkaian tes DNA yang panjang pada bercak darah dan air mani yang diduga tertinggal di selendang itu dengan bantuan kerabat jauh korban dan tersangka.
Ajaibnya, ada kecocokan antara bercak darah dengan keturunan langsung Eddowes yang tidak ingin disebutkan namanya.
Sementara itu, penggalian jasad milik Kosminski yang diduga sosok Jack the Ripper ditolak. Namun, noda air mani juga cocok dengan salah satu keturunan saudara perempuan Kosminski.
Kosminski lahir pada 11 September 1865 yang berarti saat terjadi pembunuhan saat itu ia berusia 22 atau 23 tahun. Ia tumbuh di Klodawa, Polandia sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya meninggal saat masih muda, ibunya menikah lagi tapi dengan catatan ia mungkin telah dilecehkan secara seksual oleh ayah tirinya.
Pada tahun 1882, 6 tahun sebelum pembunuhan, Kosminski dan keluarganya melarikan diri ke East End, London untuk menghindari anti-Semitisme yang saat itu menyebar di Eropa timur. Selama penyelidikan pembunuhan berantai Whitechapel, Kosminski ditetapkan sebagai tersangka.
Menurut catatan yang dirahasiakan pada tahun 1894, Kosminski diduga memiliki kebencian terhadap wanita terutama dari kelas pelacur dan memiliki kecenderungan untuk membunuh. Namun, ia tidak diadili karena pihak berwenang enggan menuduh seorang Yahudi karena potensi dampak anti-Semitisme.
Freemansory
Edwards mengungkap bagaimana Kosminski dapat terhindar dari perkara pembunuhan berantai ini karena diduga ia memiliki kakak laki-laki seorang freemasonry dan memiliki hubungan saudara dengan Masonik.
Pada Februari 2023, Edwards menerima beberapa foto, termasuk foto 15 pria yang semuanya berkumis mancung dan mengenakan setelan jas. Mereka diketahui sebagai anggota Lodge of Israel, sebuah ordo Freemasonry yang dibentuk untuk imigran Yahudi di Inggris.
Salah satu dari mereka adalah kakak tertua Kosminski, Isaac, yang merupakan seorang penjahit kaya yang pindah ke London pada tahun 1870 dan mengubah nama belakangnya menjadi Abrahams. Menariknya, dalam Kode Masonik kuno, "Master Mason" yang disebut Hiram Abiff dibunuh oleh tiga pembunuh, yang dikenal sebagai "The Juwes", karena menolak untuk mengungkapkan rahasianya.
Jack the Ripper ternyata meninggalkan petunjuk lain di lokasi pembunuhan Eddowes dengan meninggalkan kalimat misterius yang ditulis dengan kapur:
“Orang Yahudi adalah orang yang tidak akan disalahkan atas apa pun."
Kata Juwes dieja dengan ucapan Masonik.
Kosminski tidak pernah ditangkap dan diadili karena diduga mengalami gangguan skizofrenia di mana ia mengancam saudara perempuannya dengan pisau, ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa Colney Hatch di London Utara.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti