Siapa Firaun Terakhir yang Berkuasa di Zaman Mesir Kuno? Begini Kata Sejarawan
Raja terakhir Mesir Kuno bisa merujuk pada beberapa tokoh, termasuk Ramses III, Nectanebo II, dan Cleopatra VII.

Pertanyaan mengenai siapa raja terakhir Mesir Kuno sering kali menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Beberapa nama muncul dalam diskusi ini, masing-masing dengan klaim yang kuat tergantung pada perspektif yang digunakan. Dalam konteks ini, kita akan mengupas beberapa kandidat utama yang dianggap sebagai raja terakhir Mesir Kuno.
Salah satu kandidat yang sering disebut sebagai raja terakhir Mesir Kuno adalah Ramses III. Ia dikenal sebagai firaun yang menandai akhir dari periode kemakmuran dan stabilitas di Mesir. Ramses III memerintah sekitar 1186-1155 SM dan merupakan salah satu firaun terbesar dari Dinasti ke-20.
Pada masa pemerintahannya, Mesir menghadapi banyak tantangan, termasuk invasi dari Laut Aegea dan konflik internal yang mengancam stabilitas negara. Ramses III juga dikenal karena proyek-proyek bangunan besar dan keberhasilannya dalam mempertahankan Mesir dari serangan musuh.
Namun, meskipun ia menandai akhir dari suatu era keemasan, pemerintahannya tidak menandakan akhir Mesir secara keseluruhan. Oleh karena itu, meskipun Ramses III adalah firaun agung, ia bukanlah yang terakhir dalam konteks sejarah Mesir Kuno.
Nectanebo II
Selanjutnya, Nectanebo II sering dianggap sebagai raja terakhir dari keturunan pribumi Mesir. Ia memerintah dari 360 hingga 343 SM dan merupakan firaun terakhir yang berasal dari dinasti Mesir asli.
Pemerintahannya ditandai oleh upaya mempertahankan kemerdekaan Mesir dari penakluk asing. Namun, pada akhirnya, Mesir jatuh ke tangan Persia, yang menandai akhir dari kekuasaan pribumi di Mesir.
Nectanebo II memiliki peran penting dalam sejarah Mesir, karena ia adalah firaun terakhir yang berusaha mempertahankan identitas dan kedaulatan Mesir sebelum negara itu terpapar pada pengaruh asing yang semakin kuat. Dengan demikian, ia dapat dianggap sebagai raja terakhir dalam konteks dinasti dan budaya Mesir asli.
Cleopatra VII
Cleopatra VII adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Mesir Kuno dan sering kali disebut sebagai penguasa aktif terakhir dari Kerajaan Ptolemaic. Meskipun bukan berasal dari keturunan Mesir asli, Cleopatra sangat terlibat dalam politik dan budaya Mesir pada masanya. Ia memerintah dari 51 hingga 30 SM dan dikenal karena hubungan politiknya dengan Julius Caesar dan Mark Antony.
Kematian Cleopatra menandai berakhirnya pemerintahan Ptolemaic di Mesir dan penaklukan negara tersebut oleh Romawi. Dalam konteks ini, Cleopatra dapat dianggap sebagai raja terakhir yang memiliki pengaruh langsung terhadap pemerintahan dan budaya Mesir, meskipun ia bukan bagian dari dinasti asli.
Seperti yang dikatakan oleh sejarawan, "Kematian Cleopatra adalah akhir dari sebuah era, dan Mesir memasuki babak baru di bawah kekuasaan Romawi."
Kaisar Daza
Kaisar Daza juga disebut sebagai firaun resmi terakhir di Mesir. Namun, informasi mengenai pemerintahannya masih terbatas dan memerlukan konteks lebih lanjut untuk memahami perannya dalam sejarah Mesir.
Daza muncul dalam catatan sejarah sebagai pemimpin yang memerintah pada periode yang sangat terlambat dalam sejarah Mesir Kuno, ketika pengaruh budaya dan politik Mesir sudah sangat tereduksi.
Oleh karena itu, meskipun Daza disebut sebagai firaun terakhir, banyak sejarawan meragukan pengaruh dan kekuasaan yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam penentuan siapa sebenarnya yang layak menyandang gelar 'raja terakhir Mesir Kuno'.
Kesimpulannya, tidak ada satu jawaban yang pasti untuk pertanyaan siapa raja terakhir Mesir Kuno. Gelar ini bergantung pada definisi 'raja' dan 'akhir' yang digunakan. Ramses III menandai akhir suatu era keemasan, Nectanebo II adalah raja terakhir dari dinasti Mesir asli, Cleopatra adalah penguasa aktif terakhir sebelum penaklukan Romawi, dan Kaisar Daza disebut sebagai firaun resmi terakhir.
Masing-masing memiliki klaim yang valid tergantung pada perspektif yang digunakan. Sejarah Mesir Kuno adalah sebuah mosaik yang kompleks, di mana setiap tokoh memiliki perannya masing-masing dalam membentuk narasi besar peradaban ini.