Gara-Gara Kuda Nil, Firaun Mesir Tewas Dalam Pertempuran 3.500 Tahun Lalu
Gara-Gara Kuda Nil, Firaun Mesir Tewas Dalam Pertempuran 3.500 Tahun Lalu
Mumi dari Firaun Seqenenre Taa II yang ditemukan pada 1880 belum lama ini diperiksa kembali.
-
Siapa Firaun terkaya di Mesir Kuno? Amenhotep III dianggap sebagai salah satu firaun paling hebat di Mesir Kuno. Ia juga dianggap oleh arkeolog sebagai 'salah satu orang terkaya yang pernah hidup'.
-
Siapa yang menghancurkan kota kuno Nimrud? Pada Juni 2014, ISIS merebut kota Mosul dan membangun pengaruhnya di daerah sekitar. Sebagai bagian upaya mereka menyingkirkan kebudayaan non-Islami, ISIS menghancurkan dengan sistematis situs arkeologi Nimrud, menghancurkan puing-puing dengan palu godam, bom, dan eksavator.
-
Siapa yang mengalahkan Mesir dalam perang? Pujian itu diberikan setelah tentara Mesir dikalahkan Israel dalam perang Arab-Israel Pertama dan Kedua.
-
Kenapa tentara kuno itu dikorbankan? Namun setelah meninggal, tubuh mereka mungkin telah menjadi piala dan dikorbankan bagi dewa-dewa musuh mereka.
-
Apa ciri khas dari topeng kematian Firaun? Topeng kematian dibuat untuk menghormati orang yang meninggal dan membantu jiwa mereka kembali ke tubuh untuk dihakimi oleh dewa Mesir, Anubis. Topeng firaun biasanya terbuat dari emas atau perak, sedangkan milik rakyat biasa dibuat dari kayu atau tanah liat.
-
Siapa yang gugur dalam pertempuran? Kabar pasti baru diterimanya dari Kapten Djajoesman, seorang anggota intel tentara di Jawa Timur yang merupakan sahabat baik Oetari. Menurut sang kapten, Soewanda memang telah gugur dalam suatu pertempuran seru yang terjadi di Klakah pada Juni 1949.
Gara-Gara Kuda Nil, Firaun Mesir Tewas Dalam Pertempuran 3.500 Tahun Lalu
Saat ditemukan, luka parah di wajahnya menarik perhatian para ahli arkeologi.
Firaun Seqenenre Taa II mengalami kematian tragis di medan perang. Dikutip dari laporan yang dipublikasikan di Live Science, firaun itu meninggal ketika berusaha melindungi negaranya.
Egyptolog terkenal Zahi Hawass bersama rekan kerjanya, Sahar Saleem, menemukan Seqenenre Taa II mengalami lebih banyak patah tulang.
"Ini menunjukkan Seqenenre benar-benar berada di garis depan bersama pasukannya, mengorbankan nyawanya untuk membebaskan Mesir" kata penulis utama penelitian, Sahar Saleem, seorang profesor radiologi di Universitas Kairo, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Arkeonews.
Hal ini didasarkan pada penelitian terbaru menggunakan tomografi terkomputasi (CT) pada mumi yang rusak tersebut.
Studi ini mengungkapkan adanya luka wajah baru yang disamarkan oleh para pembalsem kuno. Firaun ini mengalami sayatan besar di dahi, luka di sekitar mata dan pipi, serta luka tusukan di bagian dasar tengkorak yang mungkin mencapai batang otak. Para penyerangnya sepertinya mengepung dia dari segala penjuru.
Seqenenre Taa II merupakan penguasa di bagian selatan Mesir antara tahun 1558 SM dan 1553 SM. Sementara itu, Hyksos menguasai wilayah utara Mesir dan meminta upeti dari wilayah selatan kerajaan.
Sebuah papirus yang rusak menjelaskan, Seqenenre Taa II memberontak terhadap penjajah setelah menerima keluhan dari Raja Hyksos bahwa kebisingan dari seekor kuda nil di kolam suci Thebes mengganggu tidurnya.
Raja Hyksos tinggal di ibu kota Avaris yang berjarak 644 kilometer. Dia kemudian meminta dan menuntut penghancuran kolam suci tersebut. Hal ini merupakan penghinaan besar bagi firaun. Kemungkinan, penghinaan inilah yang menjadi awal peperangan.
Teks pada prasasti batu yang diukir di Thebes, menceritakan kematian Kamose, putra Seqenenre Taa II dan pewarisnya, dalam perang melawan Hyksos.
Penelitian terbaru ini menggunakan sinar-X dari berbagai sudut untuk membuat gambar 3D dari mumi firaun tersebut. Tubuh firaun dalam keadaan sangat buruk, dengan tulang-tulang terpisah dan kepala terlepas dari tubuhnya.
Para peneliti menyatakan, Firaun tersebut mengalami luka fatal sepanjang 7 sentimeter di dahi, yang bisa jadi diakibatkan oleh serangan kapak atau pedang dari atas. Sayatan lain yang berpotensi fatal di atas mata kanan sepanjang 3,2 sentimeter, kemungkinan dibuat oleh sebilah kapak.
Lebih banyak sayatan di hidung, mata kanan, dan pipi kanan datang dari arah kanan dan atas, mungkin dilakukan dengan gagang kapak atau tongkat tumpul.
Sementara itu, seseorang di depan firaun mengayunkan pedang atau kapak ke pipi kiri, meninggalkan sayatan dalam.
Dari sebelah kiri, senjata seperti tombak telah menembus dasar tengkoraknya, meninggalkan luka sepanjang 3,5 sentimeter.
Sebelumnya, para arkeolog awal telah melaporkan banyak dari luka-luka ini, namun Saleem dan rekan kerjanya, Egyptolog Zahi Hawass, menemukan serangkaian bagian tengkorak retak yang baru tersembunyi oleh bahan yang ditutupi balsam.
Terfokus di sisi kanan tengkorak, kerusakan ini diduga disebabkan oleh belati dan objek tumpul yang berat, mungkin gagang kapak.
Tangan mumi tersebut dalam posisi tertekuk dan terkepal, tetapi tidak ada tanda-tanda cedera pertahanan di lengan bawahnya. Para peneliti menduga Seqenenre Taa II dalam kondisi terikat saat meninggal.
Saleem menyatakan dalam pernyataannya kemungkinan Firaun tersebut ditangkap di medan perang dan dieksekusi oleh beberapa penyerang.
Fakta bahwa para pemberi balsem berusaha memperbaiki luka pada tengkorak Seqenenre Taa II menunjukkan proses balsem tidak dilakukan dengan tergesa-gesa, seperti yang ditulis oleh para peneliti dalam studi terbaru mereka di jurnal Frontiers in Medicine.
Otak yang telah mengering dari firaun tersebut juga melekat di sisi kiri tengkoraknya, mengindikasikan seseorang meletakkan tubuhnya di sisi setelah kematiannya, entah di tempat Firaun tersebut jatuh atau saat tubuhnya diangkut untuk proses balsem.
Meskipun Seqenenre Taa II mungkin kehilangan nyawanya dalam pertempuran, keturunannya akhirnya berhasil memenangkan perang.