Tenggelam Jutaan Tahun, Pulau Misterius Muncul Dari Bawah Laut dan Negara Ini Ingin Akui Sebagai Wilayahnya
Penyelidikan di wilayah tersebut, termasuk pemeriksaan komposisi mineral tanah liat merah, menunjukkan massa di bawah laut dulunya adalah pulau tropis.

Salah satu misteri terungkap setelah penelitian yang menghabisi waktu hingga satu dasawarsa oleh para ilmuwan Universitas Sao Paulo (USP), Brasil. Mereka mengidentifikasi massa bawah laut di lepas pantai dikenal sebagai Rio Grande Rise (RGR).
Wilayah ini telah lama dianggap sebagai perairan internasional, dan diungkap sebagai sisa-sisa pulau tropis yang tenggelam di bawah laut. Brasil kini meminta perluasan perairan teritorialnya untuk mencakup pulau yang tenggelam ini. Tujuan dari permintaan Brasil adalah karena pulau tersebut memiliki sumber daya dan potensi yang signifikan untuk membangun ekonomi. Demikian dilansir Daily Galaxy, Rabu (19/3).
Rio Grande Rise diperkirakan berjarak sekitar 1.200 kilometer dari Brasil. Awalnya, wilayah ini terlihat sebagai rangkaian gunung laut atau basalt dataran tinggi benua yang terbentuk dari lava.
Kemunculan pulau ini pertama kali ditemukan pada 2018 ketika tim gabungan peneliti Inggris dan Brasil menjelajahi dasar laut.
Penyelidikan mereka mengungkap lapisan tanah liat merah lebih dari 640 meter di bawah permukaan laut, yang memunculkan kemungkinan area tersebut dulunya berada di atas permukaan laut dan memiliki tanah tropis.
Bramley Murton, ahli geologi kelautan yang terlibat dalam ekspedisi tersebut, menuliskan “Anda tidak akan menemukan tanah liat merah di dasar laut.” Tanah liat yang ditemukan dalam beberapa lapisan ini tampak sangat mirip dengan tanah tropis.
Bukti Bekas Pulau
Penyelidikan lebih lanjut di wilayah tersebut, termasuk pemeriksaan komposisi mineral tanah liat merah, menunjukkan massa di bawah laut dulunya adalah pulau tropis. Studi tanah liat pada 2023 mengungkap mineral-mineral tersebut telah mengalami pelapukan dalam kondisi tropis. Hal ini menunjukkan daerah tersebut pernah terpapar udara terbuka dan memiliki cuaca tropis yang lembab.
Murton menggambarkan penemuan tersebut sebagai “Bayangan sebuah pulau tropis yang subur dan tenggelam di bawah ombak dan membeku dalam waktu.”
Sampel tanah tersebut memiliki kandungan mineral-mineral yang merupakan ciri khas dari perubahan batuan vulkanik, seperti goetit, hematit, kaolinit, dan magnetit teroksidasi. Ciri tersebut menjadi pendukung teori bahwa wilayah ini dulunya adalah daratan.
Penanggalan geologi menunjukkan tanah liat merah yang ditemukan di situs itu terbentuk setelah aktivitas vulkanik terakhir yang terjadi sekitar 45 juta tahun lalu.
Pembentukan daerah itu diperkirakan terjadi antara 30 juta dan 40 tahun lalu. Jovane mengklarifikasi lebih lanjut dalam pernyataan resminya, bahwa tanah liat merah itu merupakan hasil pelapukan tropis dari batuan vulkanik.
“Secara geologis, kami menemukan bahwa tanah liat itu terbentuk setelah aktivitas vulkanik terakhir terjadi 45 juta tahun yang lalu. Oleh karena itu, pembentukannya terjadi antara 30 juta dan 40 juta tahun yang lalu.”
Brasil secara resmi meminta agar wilayah tersebut diakui sebagai bagian dari landas kontinennya. Keinginan ini dapat memberikan Brasil kedaulatan atas wilayah tersebut, termasuk hak untuk mengekstraksi mineral berharga yang ditemukan di sana. Namun, keinginan ini sulit dicapai.
Wilayah tersebut saat ini berada di perairan internasional, yang berarti bahwa wilayah tersebut diatur oleh Otoritas Dasar Laut Internasional.
Reporter magang: Devina Faliza Rey