Ilmuwan Temukan Hewan Purba Raksasa Ini Hidup Bersama Manusia 3.500 Tahun Lalu, Padahal Sempat Dinyatakan Punah Ribuan Tahun Sebelumnya
Sejumlah hewan purba dinyatakan punah pada zaman Holosen, sekitar 11.700 tahun lalu.

Sejak lama ada konsensus umum yang menyatakan mamalia megafauna atau mamalia raksasa yang pernah hidup di bumi pada masa lalu, termasuk spesies seperti mamut, sloth raksasa, dan harimau bertaring tajam – punah pada awal Holosen, sekitar 11.700 tahun yang lalu.
Menurut hasil penelitian terbaru, mamut berbulu masih hidup 4.000 tahun. Para peneliti menemukan spesimen megafauna lainnya, termasuk sloth raksasa dan hewan mirip unta, yang bertahan di Amerika Selatan hingga sekitar 3.500 tahun lalu.
Bukti ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya menyebabkan kepunahan hewan besar terbaru di planet ini, dan juga menunjukkan bahwa hal tersebut bukanlah peristiwa yang homogen.
Penelitian ini dilakukan Fábio Henrique Cortes Faria, ahli geologi di Universitas Federal Rio de Janeiro, Brasil, dan rekannya. Tim melakukan penanggalan karbon pada fragmen gigi dari spesies megafauna berbeda yang ditemukan di dua lokasi fosil di Brasil (satu dari lokasi di Itapipoca dan satu lagi dari lembah Rio Miranda).
Dari delapan spesimen yang mereka ketahui tanggalnya, dua gigi – satu milik genus llama Amerika yang telah punah bernama Palaeolama mayor sementara yang lainnya berasal dari makhluk mirip unta yang berhidung tapir, disebut Xenorhinotherium bahiense – ditemukan jauh lebih muda dari perkiraan.
“Usia yang diperoleh menunjukkan bahwa usia terkini kemunculan megafauna di Brasil berhubungan dengan Holosen tengah dan akhir,” tulis para peneliti, dikutip dari IFL Science, Selasa (25/2).
Jika hewan-hewan ini hidup di Brasil pada masa itu, maka mereka hidup berdampingan dengan manusia yang tiba di Amerika Selatan antara 20.000 dan 17.000 tahun yang lalu. Hal ini menunjukkan adanya periode hidup berdampingan yang jauh lebih lama, yang menantang penafsiran yang ada mengenai penyebab kepunahan hewan purba tersebut.
“Di Amerika Selatan, kepunahan megafauna ada banyak penyebabnya, perubahan iklim/lingkungan atau bahkan sinergi antara hipotesis-hipotesis ini.”
Teori Overkill dan Blitzkrieg
Salah satu penjelasan khusus, yang dikenal sebagai teori Overkill dan Blitzkrieg, menyatakan bahwa megafauna di Amerika Selatan terkena dampak langsung dari perburuan manusia dan kemungkinan modifikasi lanskap; namun, semakin banyak bukti yang menunjukkan sebaliknya.
“Umur yang diperoleh dalam analisis ini, bersama dengan bukti arkeologis, menunjukkan bahwa teori Overkill dan Blitzkieg bukanlah penjelasan yang masuk akal atas kepunahan megafauna di Amerika Selatan,” papar para peneliti.
Sebaliknya, ada kemungkinan bahwa peristiwa kepunahan merupakan proses yang lebih berlarut-larut, dan tidak terjadi pada waktu yang sama di semua tempat. Ada kemungkinan wilayah Brazil ini menjadi semacam tempat perlindungan bagi beberapa spesies megafauna yang hidup lebih lama dibandingkan spesies lainnya.
“Studi ini dengan jelas menunjukkan bahwa kepunahan Pleistosen-Holosen yang terkenal adalah proses jangka panjang hilangnya keanekaragaman mamalia Pleistosen,” jelas Ismar de Souza Carvalho, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini.
Studi ini dipublikasikan dalam Journal of South American Earth Sciences.