Arkeolog Kaget, Badak Unicorn Seberat 3,5 Ton Pernah Hidup Bareng Manusia 39.000 Tahun Lalu
Fosil badak purba asal SIberia itu dianalisis dan ternyata usianya kurang dari 40.000 tahun.
Badak bercula satu seberat sekitar 3,5 ton pernah hidup di padang rumput Eurasia, yang dikenal sebagai Elasmotherium.
Badak unicorn ini dijuluki unicorn Siberia karena tanduknya yang sangat besar di atas kepalanya. Makhluk ini merupakan nenek moyang badak purba.
-
Fosil badak berusia berapa tahun? Peneliti di China menemukan fosil badak yang berusia sekitar 14 juta tahun.
-
Kapan manusia purba ini hidup? Tetapi bentuk keseluruhan rahang bawah mengungkapkan bahwa individu ini tidak memiliki dagu, dan itu adalah karakteristik yang terkait dengan nenek moyang atau kerabat manusia versi yang jauh lebih tua.
-
Kapan hewan purba ini hidup? Hewan ini secara resmi diberi nama Opalios splendens, spesies baru ini mendapat julukan karena kemiripannya dengan platipus dan echidna, yang merupakan satu-satunya mamalia bertelur di dunia saat ini.
-
Bagaimana manusia purba hidup bersama Dinosaurus? Analisis catatan fosil mengungkapkan beberapa mamalia plasental, seperti manusia, anjing, dan kelelawar, ternyata pernah hidup berdampingan dengan dinosaurus, sebelum dinosaurus punah akibatnya jatuhnya asteroid ke bumi.
-
Hewan apa yang paling besar di zaman purba? Pada zaman purba, salah satu hewan terbesar yang pernah hidup di Bumi adalah Argentinosaurus. Argentinosaurus adalah jenis dinosaurus sauropoda yang hidup sekitar 94 hingga 97 juta tahun yang lalu, pada periode Kapur Akhir. Ukuran mereka mencapai tinggi sekitar 70 kaki (21 meter) atau bahkan lebih, dan panjangnya bisa mencapai sekitar 100 kaki (30 meter) atau lebih.
-
Bagaimana fosil badak ditemukan? Fosil ini, secara ilmiah dinamakan Prosantorhinus yei sp. nov., ditemukan di Wilayah Otonom Hui Ningxia.
Yang mengejutkan adalah binatang yang hampir mistis ini mungkin hidup di Bumi pada masa yang sama dengan manusia. Pernah dianggap punah sekitar 200.000 hingga 100.000 tahun lalu, penanggalan bukti fosil terkini memperkirakan kepunahannya terjadi hanya 39.000 tahun lalu.
Dilansir IFL Science, meskipun masih kerabat badak, unicorn Siberia lebih sebanding ukurannya dengan gajah modern dengan panjang sekitar 4,5 meter.
Namun, yang mungkin paling mengesankan adalah tanduknya yang dapat menambah panjang wajahnya hingga 2 meter. Tanduknya kemungkinan besar terbuat dari keratin, seperti tanduk badak yang hidup saat ini, tetapi kita belum menemukan contoh yang terawetkan karena keratin tidak bertahan dalam catatan fosil sebaik tulang.
Salah satu fosil unicorn Siberia yang paling luar biasa hingga saat ini adalah tengkorak lengkap yang sekarang disimpan di Museum Sejarah Alam, London. Ketika penemuan langka ini diberi tanggal, Profesor Adrian Lister dan rekan-rekannya menghadapi kenyataan yang mengejutkan: fosil tersebut berusia kurang dari 40.000 tahun.
Faktor lingkungan
Hasil mengejutkan itu tidak berlangsung lama. Setelah bekerja sama dengan ilmuwan di Rusia dan Belanda, tim itu memastikan ada banyak fosil dengan usia yang hampir sama, sehingga menepis anggapan mereka telah punah 200.000 hingga 100.000 tahun lalu.
Penelitian itu juga dapat membuktikan Elasmotheriinae terpisah dari Rhinocerotinae sejak zaman Eosen. Ini berarti pada saat unicorn Siberia mati, itu menandai kepunahan seluruh subfamili.
Tampaknya hal itu bertahan hingga sekitar 39.000 hingga 35.000 tahun lalu, yang kira-kira sama dengan waktu kepunahan Neanderthal.
Mengenai apa yang memicu kepunahan unicorn Siberia, ada sejumlah argumen yang dapat diajukan. Faktor lingkungan tampaknya menjadi yang paling mungkin.
“Jangkauan geografis Elasmotherium yang terus-menerus terbatas (juga mungkin terkait dengan habitatnya yang terspesialisasi), serta ukuran populasi yang rendah dan tingkat reproduksi yang lambat yang terkait dengan ukuran tubuhnya yang besar, akan membuatnya cenderung punah dalam menghadapi perubahan lingkungan, sementara spesies yang secara ekologis serupa, tetapi jauh lebih kecil (S. tatarica) bertahan hidup,” kata penulis studi.
“Kepunahan E. sibiricum secara teori dapat diperburuk oleh tekanan perburuan manusia, mengingat penggantian Homo neanderthalensis oleh Homo sapiens di Eurasia.
[Namun] saat ini tidak ada catatan mengenai sisa-sisa spesies itu dari situs arkeologi mana pun dan sejumlah gambar dari masa Palaelitikum kurang meyakinkan.”
- Prabowo: Saya sudah Lama Memperjuangkan Hak Buruh
- Kelakuan Bos Perusahaan Animasi Eksploitasi Pegawai: Kerja 7 Hari Tanpa Libur, Uang Lembur Tak Dibayar
- Tanpa Syarat, Seluruh Anggota DPR akan Dapat Penghargaan di Akhir Masa Tugas sebagai Tanda Dedikasi
- Survei LSI: RK Raih Suara Terbanyak di Jakarta karena Dianggap Berpengalaman di Pemerintahan
- Usai Diguncang Gempa, Kereta Cepat Whoosh Kembali Beroperasi dengan Kecepatan Terbatas
Berita Terpopuler
-
Jokowi Tak Mau Buru-Buru Teken Kepres Pemindahan IKN, Ternyata Ini Alasannya
merdeka.com 18 Sep 2024 -
Bahlil Minta Jokowi Naikkan Gaji PNS Kementerian ESDM, Ini Alasannya
merdeka.com 18 Sep 2024 -
Presiden Jokowi Heran Urus Izin PLTP Memakan Waktu 6 Bulan: Saya Sendiri Tidak Kuat Menunggu Selama Itu
merdeka.com 18 Sep 2024 -
Jokowi soal Belum Terbitkan Keppres Pemindahan Ibu Kota ke IKN: Ini Bukan Pindah Rumah
merdeka.com 18 Sep 2024 -
Jokowi: Lamanya Waktu Perizinan Memulai Konstruksi Energi Panas Bumi, Jadi Problem Investor
merdeka.com 18 Sep 2024