Lagu Coup D’Etat G-Dragon Viral, Jadi Simbol Perlawanan di Tengah Darurat Militer Korea Selatan
Ditengah demonstrasi rakyat Korea terkait perlawanan mereka terhadap keputusan Darurat Militer Presiden Yoon Seok Yeol, lagu G-Dragon mendadak viral.
Jagat maya Korea Selatan sedang dihebohkan oleh keputusan kontroversial Presiden Yoon Suk Yeol yang mengumumkan penerapan hukum darurat militer atau martial law. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap dugaan adanya kegiatan anti-negara yang dilakukan lawan politiknya. Presiden Yoon menyatakan, “Langkah ini diambil untuk melindungi konstitusi dari kekuatan pro-Korea Utara.”
Di tengah situasi ini, lagu Coup D’Etat milik G-Dragon, yang dirilis pada 2013, tiba-tiba kembali viral. Lagu ini trending di berbagai platform musik seperti Melon, sementara video musiknya di YouTube mengalami lonjakan jumlah penonton dan komentar. Banyak warganet Korea yang merasa lagu ini relevan dengan kondisi politik terkini. Salah satu komentar menyebut, “Aku ke sini setelah mendengar berita soal hukum darurat. Tolong lakukan kudeta lagi.”
Makna di Balik Lagu Coup D’Etat
Lagu Coup D’Etat menyuarakan tema pemberontakan, perubahan, dan kritik terhadap stagnasi kekuasaan. Dalam konferensi pers peluncuran albumnya pada 2013, G-Dragon menjelaskan konsep di balik lagu ini. Ia mengatakan, “Definisi Coup D’Etat yang saya bayangkan bukanlah kelompok lemah yang menggulingkan kekuasaan besar, tetapi tindakan yang dimulai oleh seseorang yang sudah memiliki kekuatan besar untuk membawa perubahan.”
Dalam wawancara terpisah dengan GQ Magazine, G-Dragon kembali menegaskan makna di balik lagunya. “Makna dari Coup D’Etat adalah pemberontakan, menggulingkan pemerintahan. Saya menulis liriknya dengan pemikiran melihat dunia seperti apa adanya,” ujarnya.
Melalui lirik yang kuat dan konsep visual yang simbolis, lagu ini memberikan ruang bagi pendengar untuk menafsirkan maknanya sendiri. Hal ini membuat lagu Coup D’Etat tetap relevan meskipun telah satu dekade berlalu sejak peluncurannya.
Relevansi dengan Situasi Politik Korea Selatan
Deklarasi martial law oleh Presiden Yoon Suk Yeol pada 3 Desember 2024 dianggap sepihak oleh banyak pihak. Kondisi ini memicu keresahan di masyarakat, yang merasa hak-hak sipil mereka terancam. Dalam konteks ini, lagu Coup D’Etat menjadi simbol perlawanan.
Lirik lagu tersebut mencerminkan keinginan untuk kebangkitan suara rakyat melawan kebijakan yang dinilai tidak adil. G-Dragon melalui karyanya menyuarakan frustrasi terhadap kekuasaan yang sering kali dikuasai oleh elit yang melupakan kepentingan masyarakat luas. Resonansi antara lagu ini dan situasi politik saat ini menunjukkan bagaimana seni, khususnya musik, bisa menjadi alat protes yang efektif.
“Ketika masyarakat merasa tertekan karena kekuasaan yang menindas, lagu Coup D’Etat muncul sebagai suara kolektif untuk mengekspresikan perlawanan,” tulis seorang pengamat budaya di media sosial.
Simbolisme Visual di Video Musik Coup D’Etat
Video musik Coup D’Etat tidak hanya menarik secara estetika, tetapi juga sarat dengan simbolisme. Dalam beberapa adegan, G-Dragon menampilkan visual yang menggambarkan ketidakadilan dan dualitas politik. Misalnya, penggunaan warna hitam dan putih pada wajah-wajah yang muncul dalam video merepresentasikan kontradiksi dalam kekuasaan dan realitas politik.
Pada adegan lain, G-Dragon terlihat menutup matanya, simbolisasi dari bagaimana para pemimpin sering kali mengabaikan kepentingan rakyat. Visual ini memberikan kritik tajam terhadap tindakan politisi yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa peduli pada dampaknya terhadap masyarakat luas.
Musik sebagai Alat Protes Sosial
Viralnya lagu Coup D’Etat menunjukkan bahwa musik bisa menjadi media yang kuat untuk menyalurkan aspirasi dan perlawanan masyarakat. Lagu ini berhasil menciptakan dinamika baru dalam hubungan antara budaya populer dan politik di Korea Selatan.
Dengan meningkatnya pencarian lagu ini di platform streaming dan diskusi yang meluas di media sosial, masyarakat Korea menunjukkan keinginan kuat untuk memengaruhi perubahan melalui budaya. Musik bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat untuk menyuarakan kritik dan harapan.G
Lagu Coup D’Etat membuktikan bahwa seni tidak pernah kehilangan relevansi, bahkan ketika situasi politik berubah. G-Dragon, melalui karya ikonisnya, telah menciptakan lebih dari sekadar musik—ia memberikan suara bagi mereka yang mencari keadilan dan perubahan.