DR Saharjo, Pejabat Jujur Jualan Kecap Keliling Naik Sepeda Karena Kekurangan Uang
Merdeka.com - Pria sederhana itu bersepeda keliling Kota Solo setiap Minggu pagi. Dia menjual kecap, kadang lilin, atau barang apa saja yang dititipkan istrinya. Hal itu dilakukannya untuk menambah uang belanja keluarga.
Pria itu bernama DR Saharjo. Seorang pejabat di Departemen Kehakiman. Jabatannya saat itu Kepala Bagian Hukum dan Tata Negara. Tapi kehidupannya jauh dari kaya raya. Saharjo dan keluarga hidup kekurangan.
Di masa revolusi, pemerintah Indonesia terpaksa memindahkan pusat pemerintahan ke Yogyakarta. Departemen kehakiman turut pula mengungsi dari Jakarta ke Ibu Kota Perjuangan tersebut.
-
Siapa yang bantu Sertu Sarijo jualan? Demi bisa berjualan, dia dan sang istri rela bekerjasama mempersiapkan segala kebutuhan untuk berjualan keliling.
-
Bagaimana cara Sertu Sarijo jualan? Sejak sepulangnya bertugas, Sarijo diketahui bakal menjajakan dagangannya hingga larut malam.
-
Siapa yang membantu Sarjono dalam berjualan? Sarjono juga sangat terbuka dalam menerima kritik atau saran dari para pelanggan.
-
Bagaimana Serka Sudiyono mendapat sepeda? Di depan Presiden Jokowi, Serka Sudiyono menjelaskan tentang wujud pendampingannya kepada petani. Setelah itu ia menerima tantangan presiden untuk menghafal Pancasila. Pada awalnya ia merasa grogi. Namun nyatanya Serka Sudiyono bisa mengumandangkan Pancasila dengan lancar. Presiden Jokowi bahkan tak kuasa menahan tawa saat melihat Serka Sudiyono berbalik arah dan melangkahkan kaki dengan mantap. Saat itu pula Serka Sudiyono mendapat hadiah sepeda dari Presiden Jokowi.
-
Kenapa Sertu Sarijo jualan sate? Dengan berjualan sate keliling, Sarijo rupanya ingin menjalin persaudaraan sekaligus silaturahmi ke warga setempat.
-
Bagaimana Sertu Sarijo dan istrinya mempersiapkan jualan sate? 'Saya dan istri mempersiapkan bahan-bahannya dari rumah lalu saya keliling,' sambungnya.
Saat itu Saharjo tidak punya uang untuk mengontrak rumah di Yogyakarta. Keluarganya terpaksa ditinggal di Solo. Menumpang gratis di sebuah paviliun milik pedagang batik yang dermawan.
Saharjo pulang seminggu sekali menemui keluarganya di Solo. Setiap Sabtu sepulang kerja, dia mengayuh sepedanya sejauh 65 kilometer dari Yogya ke Solo.
Untuk menambah uang belanja yang serba kurang, Istrinya membuka warung kecil-kecilan di paviliun tersebut. Kadang jika keadaan mendesak, barang-barang berharga milik keluarga itu yang jumlahnya tidak banyak pun terpaksa dijual.
Saharjo pun ikut berjualan keliling Kota Solo dengan sepeda untuk membantu istrinya. Baru pada sore hari dia kembali ke Yogyakarta.
Menteri Kehakiman yang Kekurangan Uang Belanja
Karir DR Saharjo di Departemen Kehakiman terus meningkat. Namun hal ini rupanya tidak dibarengi dengan kekayaannya. Hidupnya masih tetap sederhana, jika tidak ingin dibilang kekurangan.
DR Saharjo diangkat menjadi Menteri Kehakiman dalam Kabinet Kerja I dan II mulai tahun 1959 hingga 1962. Di Kabinet Kerja III, dia dilantik menjadi wakil menteri pertama bidang dalam negeri yang mengkoordinir Departemen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Mahkamah Agung dan Departemen Kehakiman.
Siti Nuraini, istri DR Saharjo menuturkan, suaminya tidak pernah mau menerima uang apa pun di luar gaji bulanannya. Saat itu sulit sekali memenuhi kebutuhan hidup dengan delapan anak. Uang belanja sering tidak cukup hingga membuat istrinya kebingungan setiap bulan.
"Bapak pesan agar uang gaji yang tidak cukup itu digunakan dengan sehemat mungkin," kata Nuraini.
Namun selalu diingatnya pesan sang suami agar hidup sederhana dan bersahaja.
Tak cuma soal uang belanja, keluarga DR Saharjo tidak punya rumah pribadi. Beliau selalu menolak berutang karena takut tidak bisa mencicil dengan gajinya. Baru di akhir hidupnya, sekitar tahun 1963, Pak Saharjo mau menerima tawaran tinggal di rumah dinas dan tidak menumpang di rumah mertuanya lagi. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di balik kegigihan sang prajurit, rupanya terdapat keteguhan hati sang istri.
Baca SelengkapnyaKegigihan terpancar dari kehidupan seorang prajurit bernama Sertu Sarijo. Usai berdinas, dia tak berdiam diri atau sekadar beristirahat.
Baca SelengkapnyaMirisnya, ia hanya mendapat pendapatan tak seberapa dari hasil kerja kerasnya tersebut.
Baca SelengkapnyaKakek ini diketahui berjualan di sekitar GBLA, Bandung.
Baca SelengkapnyaPenjual mainan ketemu Ganjar dan diajak untuk mampir ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaVideo yang diunggah @sayaphati ini pun viral dan membuat warganet ikut sedih.
Baca SelengkapnyaBapak satu anak ini kehabisan uang sehingga tidak bisa pulang naik kendaraan umum.
Baca SelengkapnyaIpda Purnomo menolong seorang ibu dan anaknya yang berjalan dari Lamongan ke Surabaya dan diberi modal usaha.
Baca SelengkapnyaProduksi abon miliknya saat ini mencapai 2 ton per hari.
Baca SelengkapnyaSariyani (62) hidup dengan begitu pilu. Di usianya yang kini telah senja, dia tak lagi hidup bersama sang suami sejak belasan tahun yang lalu.
Baca SelengkapnyaSimak cerita haru seorang kakek 70 tahun yang menderita stroke rela tetap bekerja demi keluarga.
Baca SelengkapnyaBegini kisah pilu seorang kakek pemulung yang hanya mampu beli makan nasi dan air putih sehari.
Baca Selengkapnya