Jejak Naga Suryakencana
Kawasan Suryakencana di Kota Bogor ini kaya akan multikultural


Jejak Naga Suryakencana

Jalan Suryakencana di Kota Bogor punya kisah menarik tentang multikultural.
Sejak ratusan tahun lalu warga Tionghoa hidup berdampingan dengan kaum pribumi.
Di sepanjang kawasan inilah pusat perekonomian Kota Bogor berkembang.

Di era kolonial, jalan ini bernama Handelstraat atau Jalan Perniagaan.
Naga dalam filosofi Tionghoa adalah simbol dari kekuatan, kemakmuran dan kebaikan. Leluhur mereka percaya kalau orang China adalah keturunan naga.


Dulu Belanda tak mau etnis pribumi, Tionghoa dan Arab bersatu. Awalnya mereka membuat sistem Wijkenstelsel, atau pemisahan pemukiman berdasarkan ras.

Di Suryakencana, toleransi mengalahkan segregasi

Pemandangan seperti ini lazim terjadi di Suryakencana.
Pengurus Hok Tek Bio mengadakan buka puasa untuk saudara-saudara mereka yang Muslim.
'Pulau' ini berada di tengah Sungai Ciliwung, masih di kawasan Suryakencana.

Menyeberanglah ke Pulo Geulis

Pulo Geulis dipercaya sebagai tempat para puteri Pajajaran bermain air.
Di wilayah ini komunitas Tionghoa dan Sunda sudah hidup bersama lebih dari 500 tahun lalu.
Uniknya ada mushala di bagian belakang kelenteng ini.

Di Pulo Geulis berdiri Kelenteng tertua di Kota Bogor. Pan Kho Bio.

Masyarakat hidup rukun. Tak jarang pertemuan warga digelar di Pan Kho Bio.
Perbedaan bukan alasan untuk terpecah belah.

Keanekaragaman menjadi kekayaan budaya di kawasan ini.
Salah satu perayaan paling meriah di tanah air.

Festival Cap Go Meh menjadi tradisi tahunan yang melibatkan seluruh masyarakat
