Jurnalis Perang dalam Revolusi Indonesia
Merdeka.com - Sebagai salah satu pusat konflik kala itu, Indonesia banyak didatangi para pemburu berita dari seluruh dunia.
Penulis: Hendi Jo
Tulisan panjang itu bisa jadi merupakan salah satu laporan terbaik sepanjang zaman dari majalah National Geographic (NG). Adalah jurnalis Ronald Stuart Kain yang sejak awal 1948 meliput gejolak perang di tanah Jawa.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Apa contoh kalimat fakta tentang Indonesia? Contoh dari kalimat fakta khusus adalah 'Jakarta adalah ibu kota Indonesia.' Meskipun ini adalah fakta saat ini, bisa saja berubah di masa depan jika ada keputusan resmi yang memindahkan ibu kota.
-
Siapa yang mengalaminya di Indonesia? Riskesdas 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Apa yang paling terkenal di Indonesia? Rendang adalah masakan khas Indonesia yang diakui sebagai masakan terlezat di dunia, setidaknya berdasarkan survei yang dilakukan CNN International pada 2011.
Dalam coretan penanya di majalah NG edisi 93 (Mei 1948), dia memaparkan detil-detil perang antara pejuang Indonesia melawan para serdadu Belanda. Begitu memukau. Dengan deskriptis, Kain menuliskan juga latar belakang situasi sosial politik yang terjadi.
Suasana revolusioner dan kecamuk perang pun tak dilewatkannya: para pengungsi yang berdesakan di kereta api, para anggota lasykar berambut gondrong yang hilir mudik di stasiun - stasiun kereta api, serta keluhan para serdadu muda yang muak akan perang dan rindu kampung halaman.
Rosihan Anwar pernah memuji Kain sebagai jurnalis yang rajin memunguti serpihan-serpihan kisah di balik Perang Kemerdekaan (1945-1949). Namun menurut wartawan legendaris tersebut, pada era itu bukan hanya Kain yang berkiprah di Indonesia. Dia menyebut nama Alfren van Sprang sebagai salah satunya.
"Fred (panggilan akrab Alfred van Sprang), jurnalis berkebangsaan Belanda yang sangat pro pemerintah Belanda. Tak aneh jika saya pernah berpolemik dengannya," ungkap Rosihan.
Alfred van Sprang merupakan jurnalis perang terkemuka yang pernah bertugas di Indonesia (1946-1949). Dia tercatat sebagai jurnalis yang bekerja untuk kantor berita Amerika Serikat, United Pers. Sebagai warga negara Belanda, Sprang memiliki akses istimewa dalam setiap gerakan militer Belanda di Indonesia. Rekaman reportasenya selama melekat pada Divisi 7 Desember di Jawa, dia catat dalam sebuah buku berjudul Wij Werden Geroepen (Kami yang Dipanggil).
Pada saat Aksi Polisional I (pihak Indonesia menyebutnya Agresi Pertama), Sprang mengikuti pergerakan pasukan Belanda dari Klender menuju Karawang. Dia melaporkan jalannya pertempuran antara pejuang Indonesia dengan tentara Belanda nyaris dari front ke front. Salah satu laporannya yang paling impresif adalah saat dia menjadi saksi mata keuletan pasukan HMOT (milisi bumiputera yang direkrut dari kalangan penjahat dan eks pejuang Indonesia) saat bertempur melawan sebuah batalyon TNI bernama Beruang Merah.
Ada tiga nama jurnalis lain dari Belanda yang juga turun meliput revolusi Indonesia. Mereka merupakan fotografer perang yang termasyhur, yakni Hasselman, Hugo Wilmar dan Charles Brejer. Berbeda dengan Hasselman dan Wilmar yang bisa disebut sebagai fotografer yang selalu melekat dalam gerakan tentara Belanda, Brejer memilih 'jalan netral'. Karya-karya-nya bahkan bisa dikatakan lebih condong berpihak ke Republik.
"Brejer banyak menghasilkan foto-foto human interest mengenai situasi-situasi perang di Jawa, termasuk penderitaan para penduduk sipil," ujar Rosihan.
Fotografer asal Prancis Henri Cartier Bresson juga termasuk ciamik merekam situasi-situasi Indonesia pasca proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan salah satu essai foto-nya di Majalah LIFE berjudul ‘Young Men Are Both The Peril and The Hope’ termasuk salah satu laporan paling bagus mengenai Indonesia era revolusi. Akses Bresson ke kubu Republik juga termasuk kuat. Dia termasuk dekat dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mochamad Hatta, Haji Agus Salim dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Liputan revolusi Indonesia tentu saja juga dilakukan oleh jurnalis-jurnalis lokal. Para jurnalis Indonesia selalu hadir untuk mengabarkan setiap kejadian dari medan perang. Selain Rosihan Anwar, ada Mochtar Lubis serta para fotografer IPPHOS: Frans Mendoer, Alex Mendoer, J.K. Oembas, Alex Mamoesoeng, F.F. Oembas, Abdul Rachman dan M.Jacob.
Tulisan Rosihan dan Mochtar mewakili suara para pejuang Indonesia. Mereka menghantam habis setiap sepakterjang Belanda yang brutal dan tidak mau tahu jika Indonesia ingin menjadi bangsa yang merdeka. Selain Rosihan dan Mochtar, Alex Mendoer dan kawan-kawan juga sangat aktif melaporkan (lewat foto) situasi perang yang terjadi di Jakarta, Surabaya, Tangerang, Batavia, Karawang, Bekasi dan Yogyakarta.
"Mendoer bersaudara bahkan merupakan jurnalis-jurnalis yang berhasil mengabadikan acara pembacaan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur," ungkap sejarawan Rushdy Hoesein. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Putra Sumatera Utara ini dulunya sempat berkarier di dunia jurnalistik serta memimpin beberapa media pers semenjak masa kolonial hingga kemerdekaan RI.
Baca SelengkapnyaSelain penyalur informasi terkini, kantor ini juga menjadi sarana penghubung antara pers Belanda dan pers yang ada di Hindia Belanda.
Baca SelengkapnyaKonflik bermula ketika seorang penghuni hotel merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerkat kontribusinya di dunia pers, nama Dja Endar Moeda selalu dikenang dan menjadi sosok penting dalam profesi jurnalistik Indonesia.
Baca SelengkapnyaWalaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
Baca Selengkapnya