Melihat Konsep Makan Gratis Ala Soeharto
Program memberi makan gratis sebagai upaya menekan angka stunting di Indonesia sudah dilakukan sejak era Orde Baru.
Presiden terpilih Prabowo Subianto punya program ambisius yakni memberi makan jutaan anak Indonesia secara gratis. Program tersebut diberinama makan bergizi gratis.
Bahkan, pemerintah telah mengalokasikan dana Rp70 triliun untuk memberi makan semua anak-anak demi menciptakan SDM yang unggul. Bukan cuma itu, makan bergizi gratis diyakini mampu menuntaskan masalah stunting atau anak kerdil di Indonesia.
-
Siapa yang memberikan makan gratis? Wapres Gibran hadir untuk menyaksikan langsung program uji coba Makan Bergizi Gratis (MGB).
-
Apa yang Soeharto makan saat makan bersama menteri? Betapa terkejutnya dia ketika pegawai dapur datang membawa dua cup mie instan.Pegawai itu lalu membuka plastik mie cup tersebut dan menuangkan air panas. 'Setelah menunggu sekitar tiga menit, baru mie instan itu diaduk.Kami pun menyeruput kuahnya dan makan bersama,' kenang Profesor ekonomi itu.
-
Makanan kesukaan Soeharto? Wader atau ikan teri memang makanan kesukaan Soeharto.
-
Bagaimana Prabowo mengatakan agar program makan bergizi gratis berhasil? Tetapi, semua itu bisa diusahakan jika dipersiapkan matang sejak jauh hari.'Saya tidak katakan bahwa ini bisa selesai dalam 1 minggu 2 minggu atau 3 bulan, tidak ada di antara kita yang punya tongkat Nabi Sulaiman,' ujar Prabowo.
-
Kenapa makan bergizi gratis diragukan? Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menggelar rapat kabinet perdana bersama seluruh menteri di Istana Negara, Rabu (23/10). Prabowo menyinggung soal makan bergizi gratis diragukan banyak pihak.
-
Siapa yang terkejut dengan makanan Soeharto? Seorang menteri yang datang ke Jalan Cendana pun terkejut disuguhi makanan ala anak kos.
Sebenarnya, program memberi makan gratis sebagai upaya menekan angka stunting di Indonesia sudah dilakukan sejak era Orde Baru (Orba) di bawah kepemimpinan Soeharto.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah saat itu meluncurkan beberapa program kesehatan, salah satunya adalah pemberian makan siang gratis.
Program tersebut dikenal sebagai Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS), yang ditujukan kepada anak-anak sekolah dari tingkat TK hingga SD.
Program ini bertujuan untuk memberikan makanan tambahan bergizi kepada anak-anak sekolah. Makanan yang diberikan adalah susu dan bubur kacang hijau.
“Kecerdasan itu tergantung pada makanan maka lantas makan itu daripada anak-anak SD itu perlu kita perhatikan. Pemerintah telah mengambil keputusan agar supaya anak-anak SD diberikan makan dengan gizi yang baik satu minggu tiga kali, kalau tidak salah. Dan pelaksanaannya dilakukan oleh guru, kepala sekolah, dan PKK maupun LKD," ujar Soeharto dalam sebuah video yang viral di media sosial.
Harus Dibeli dari Desa Setempat
Soeharto juga menekankan bahwa bahan makanan yang disalurkan dalam program tersebut harus dibeli dari daerah atau desa tempat sekolah berada, dengan tujuan agar perekonomian lokal turut berkembang, selain untuk memenuhi kebutuhan gizi dan meningkatkan kecerdasan anak-anak.
Sayangnya, program ini tidak berjalan mulus karena adanya oknum-oknum yang memanfaatkan pendanaan sebagai lapak korupsi. Selain program pemberian makanan gratis untuk anak-anak, pada masa Orde Baru juga ada program makan gratis yang sasaran utamanya adalah rakyat yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Program ini muncul sebagai respons terhadap krisis moneter yang menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk mengatasi masalah ini, Menteri Sosial saat itu, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut, yang juga anak Soeharto, merancang kebijakan makan gratis melalui sistem kupon.
Berapa Anggaran Nasi dan Lauknya?
Program yang dibuat pada 20 Maret 1998 ini hanya sebagai program jangka pendek. Tutut menjelaskan, bahwa program jangka pendeknya adalah penyediaan makan siang gratis di warung-warung tertentu dengan menggunakan kupon.
Sementara itu, langkah jangka panjangnya mencakup pencarian pekerjaan bagi korban PHK, agar mereka bisa menjadi masyarakat yang mandiri.
Pembagian kupon makan gratis dibagikan kepada para korban PHK melalui kelurahan dan RT/RW itu dapat ditukarkan dengan sebungkus nasi beserta sayur dan lauk yang berharga Rp1.500.
Dalam pelaksanaannya, makan gratis ini melibatkan warung sederhana. Pelaksanaan program ini hanya baru mencakup di wilayah Jakarta, dan belum merambah ke luar daerah sampai akhirnya program ini menghilang bersamaan dengan runtuhnya Orde Baru.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti