5 Fakta Buruknya Kualitas Udara di Tangsel, Warga Diimbau Pakai Masker
Tingkat polusinya bahkan melampaui standar aman dari WHO.
Tingkat polusinya bahkan melampaui standar aman dari WHO.
5 Fakta Buruknya Kualitas Udara di Tangsel, Warga Diimbau Pakai Masker
Dalam beberapa hari terakhir, Kota Tangerang Selatan mendapat sorotan karena tingkat polusi udara yang tinggi. Bahkan menurut IQair, daerah tersebut menduduki peringkat pertama sebagai daerah dengan kualitas udara paling buruk se-Indonesia.
-
Mengapa polusi udara di Jakarta berbahaya? Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif yakni dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
-
Apa yang menyebabkan polusi udara Jakarta? Pasalnya, buruknya kualitas udara di Jakarta juga merupakan hasil tingginya emisi pembuangan dari industri, selain tingginya mobilitas kendaraan di Jakarta.
-
Apa polutan utama yang menyebabkan kualitas udara Jakarta tidak sehat? Ukuran polutan utamanya PM2.5 dengan konsentrasi 59.4µg/m³. Data ini tercatat per pukul 08.00 WIB.
-
Apa yang menyebabkan Jakarta menjadi kota paling berpolusi? Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 184 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 103 mikrogram per meter kubik.
-
Di mana Jakarta berada dalam daftar kota paling berpolusi? DKI Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota besar paling berpolusi di dunia pada Jumat (24/5) pagi.
-
Mengapa kualitas udara Jakarta memburuk? Memang, belakangan kualitas udara Jakarta jadi sorotan. Sebelumnya, Koalisi Inisiatif Bersihkan Udara Kota dan Semesta (Ibukota) juga mencatat dalam dua bulan terakhir kualitas udara di Jakarta memburuk.
Kondisi ini membuat kualitas udara tidak sehat, terutama jika terus menerus terhirup oleh masyarakat. Saking parahnya, kualitas udara yang buruk di Tangerang Selatan disebut lebih tinggi dari Jakarta. Untuk saat ini, masyarakat diimbau agar mengenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan agar tetap aman. Berikut 5 fakta kualitas udara di Tangsel yang dinilai parah.
Transportasi dan rumah tangga berperan sumbang polusi
Berdasarkan informasi, buruknya kualitas udara di wilayah Kota Tangerang Selatan dipincu oleh tingginya mobilitas transportasi di sana. Belum lagi, masih banyak masyarakat yang membakar sampah rumah tangga sehingga memperburuk kualitas udara. Dikatakan Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, pihaknya telah memfokuskan pemasangan alat pemantau kualitas udara di 12 titik pantau sebagai upaya pengawasan polusi.
“Ini akan difokuskan pada titik pantau seperti di sektor transportasi, sektor industri, permukiman atau perkantoran, ini ditekankan pada pemeriksaan emisi, terutama gas buang dari kendaraan,”
kata Benyamin, mengutip YouTube SCTV Banten, Senin (14/8).
Lampaui standar WHO
Seperti dikutip dari situs IQair, kondisi udara di Kota Tangerang Selatan masih cukup parah, walau saat ini sudah berada di angka 83µg/m³ dari sebelumnya 149,5 µg/m³. Jumlah ini diketahui sebesar 16 kali dari ambang batas yang ditetapkan badan kesehatan dunia atau WHO.
Menurut situs itu, kondisi udara di wilayah Kota Tangerang Selatan, masih terbilang tidak sehat. “Tingkat polusi udara tidak sehat,” tulis situs IQair, seperti dilansir Merdeka.
Lakukan upaya penanaman pohon
DItambahkan Benyamin bahwa pihaknya terus berupaya menekan tingkat polusi dan pencemaran udara di wilayah Tangerang Selatan, termasuk dengan menanam pohon untuk menyerap udara kotor. Masyarakat lantas diminta untuk ikut berkontribusi menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih, untuk mengembalikan kualitas udara. “Kemudian kita juga melakukan penanaman pohon-pohon, sebagai pelindung (polusi) di Kota Tangerang Selatan,” kata Benyamin
Minta warga gunakan masker
Sementara itu, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Tangerang Selatan meminta kepada masyarakat agar menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.
“Kami juga mengimbau agar ada pembatasan kendaraan pribadi, serta melakukan pemasangan purifier indoor, dalam mengatasi polusi udara di Tangsel, kemudian dilakukan car free day secara intens,” kata Ketua IAKMI Tangsel, Mustakim, mengutip ANTARA.
Selain itu, agar kondisi udara di Tangsel membaik, pihaknya juga meminta kepada pemkot agar mengintegrasikan sistem transportasi publik. Ini karena kendaraan bermotor masih menjadi penyumbang utama polusi, setelah datanya menyebut ada peningkatan tren mobil pribadi sampai 2000 unit per tahun.
Jakarta juga terparah
Selain Tangerang Selatan, wilayah Jakarta belakangan juga menjadi perhatian karena kualitas udaranya yang parah. Bahkan kondisi awan di ibu kota itu menjadi sorotan hingga viral di media sosial. Terlihat awan di atas Jakarta berwarna pekat ke abuan, dan sulit terlihat dari atas pesawat. Hal ini dinilai berbahaya, sehingga pemerintah pusat menyarankan warga untuk bekerja secara hybrid. Menurut kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, pihaknya menyebut jika kondisi ini turut dipengaruhi oleh musim kemarau.
"Memang di bulan Juli hingga September biasanya itu musim kemarau sedang mencapai tinggi-tingginya sehingga memang berakibat pada kondisi udara kualitas udara yang kurang baik," katanya. Sebelumnya IQair juga menyebut jika Jakarta menjadi kota berpolusi paling tinggi di Indonesia, dengan indeks kualitas udara yang berada pada level 124 AQI US dengan polutan utama udara PM 2.5 dan konsentrasi 45 ug/m3. Posisi ini menempati Jakarta sebagai kota paling parah nomor 9 dari standar WHO.