7 Fakta Tanjakan Emen Subang yang Rawan Kecelakaan, Diambil dari Nama Korban
Banyak yang meyakini asal usul tanjakan Emen berasal dari nama korban kecelakaan yang meninggal di sana.
Tanjakan Emen di wilayah Ciater, Subang, kerap mendapat sorotan sebagai jalur yang ditakuti. Curamnya jalur penghubung dengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat itu, menjadi faktor utamanya.
Selain itu, di kawasan tersebut juga kerap terjadi kecelakaan sehingga menambah rasa takut dari para pengguna. Usut punya usut, penamaan Emen diambil dari nama korban kecelakaan yang meninggal dunia. Saat itu kecelakaan terjadi cukup tragis di sana hingga beritanya cukup menggemparkan kala itu.
-
Apa yang membuat tanjakan Cinomati berbahaya? Tanjakan yang curam dan membahayakan pun menambah kesan 'horor' bagi para pengguna jalan.
-
Siapa yang meninggal di tanjakan Cinomati? Mengutip dari berbagai sumber, nama Jalan Cinomati diberikan karena sebelumnya ada pengendara beretnis Tionghoa yang kecelakaan dan meninggal dunia di jalan ini.
-
Kenapa jalur Swiss van Java rawan kecelakaan? Dilansir dari kanal YouTube Cerita Desa Indonesia, jalur Swiss van Java merupakan jalur yang rawan kecelakaan. Di samping kendaraan yang tidak kuat menanjak, saat turun kendaraan juga rawan mengalami rem blong karena curamnya jalan.
-
Dimana zona bahaya bencana di Sumut? Identifikasi dan penentuan zona-zona bahaya bencana seperti gempa bumi, banjir, atau letusan gunung berapi. Ini membantu dalam perencanaan perkotaan dan pengembangan yang meminimalkan risiko terhadap bencana.
-
Kenapa tanjakan Cinomati disebut horor? Jalan yang terkenal ekstrem ini menyimpan kisah misteri karena banyak memakan korban.
-
Dimana kecelakaan terjadi? Kecelakaan terjadi saat Oriza pergi ke Puncak untuk menghadiri acara kampus bersama teman-temannya.
Namun tidak hanya itu, ada versi lain penamaan tanjakan yang seluruhnya berasal dari pengendara yang sama-sama meninggal usai melintas di sana. Berikut 7 fakta Tanjakan Emen yang dikenal ekstrem sejak tahun 1950-an.
Curam Sepanjang 3 Kilometer
Tingginya angka kecelakaan di sana, membuat siapapun yang melintas merasa bergidik. Ketakutan ini bukan semata karena curamnya jalur, namun karena tingginya angka kecelakaan yang rata-rata berakhir tragis.
Bisa dibayangkan, keadaan jalan yang menanjak dan berkelok hingga sepanjang 3 kilometer mulai dari Tugu Nanas sampai kawasan wisata Ciater yang berlanjut sampai masuk Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Untuk melintas di sana, diperlukan kesiapan prima dari mesin kendaraan dan fisik dari pengemudinya.
Banyak Kecelakaan Tragis
Tanjakan Emen diketahui sering menyebabkan kecelakaan yang cukup parah dalam 10 tahun terakhir. Tak sedikit dari para korban yang kemudian meninggal dunia.
Mengutip subang.go.id, pada 2014 silam terjadi sebuah peristiwa kecelakaan dari bus pariwisata yang mengangkut siswa sekolah SMA Al-Huda Cengkareng.
Menurut seorang siswa yang selamat kala itu, bus yang ditumpanginya terasa seperti mengalami rem blong. Laju bus tidak terkendali, hingga akhirnya terguling di Cicenang yang masih masuk kawasan Tanjakan Emen.
Ketika terguling, rupanya bus menghantam kendaraan minibus lain hingga menimbulkan korban meninggal dunia sebanyak 8 orang.
Kebanyakan Kecelakaan Karena Rem Blong
Tingginya angka kecelakaan diduga karena banyak kendaraan yang tidak siap melintasi jalur tersebut. Hal ini dibuktikan dari seringnya kecelakaan di Tanjakan Emen yang rata-rata karena mengalami rem blong.
Pada peristiwa di tanggal 10 Februari 2018 lalu misalnya. Kembali terjadi kecelakaan yang menimpa sebuah bus pariwasata dengan nomor polisi F7958AA, hingga menyebabkan 27 orang meninggal dunia. Angka korban ini terbilang banyak, karena bus mengalami terguling usai mengalami rem blong saat melalui jalur tersebut.
Menurut Kapolres Subang yang saat itu bertugas, Muhammad Joni, rem blong dari bus ini terbukti dari lajunya yang tak terkendari saat melewati turunan. Kemudian bus akhirnya terguling dengan sangat keras, sehingga membuat penumpang di dalamnya meninggal dunia.
Nama Emen Diambil dari Para Korban Kecelakaan
Mengutip RRI, penamaan Emen pada jalur tanjakan itu disebut berasal dari korban yang meninggal puluhan tahun silam saat melintasi jalur tersebut. Dari penuturan warga setempat, setidaknya terdapat 4 versi asal usul penamaan Emen yang legendaris.
Pertama, nama Emen disebut berasal dari seorang tukang sayur yang pada dekade 1950-1960 an melintas di sana dan menjadi korban kecelakaan. Ketika itu dirinya meninggal dunia dengan cukup mengerikan.
Kedua, nama emen diambil dari seorang kernet bus antar kota dalam provinsi yang ditabrak busnya sendiri saat mengalami kondisi darurat. Saat itu, Emen tengah mengganjal roda bus agar tidak berjalan mundur.
Nahasnya, bus justru melaju tiba-tiba dan tubuh Emen yang tengah berada di bawah terseret bus hingga tewas. Nama Emen juga dikabarkan diambil dari seorang korban tabrak lari yang tubuhnya justru dibuang ke semak-semak hingga disebut ingin menuntut balas.
Terakhir, ada juga yang menyebut bahwa nama Emen diambil dari seorang sopir oplet jurusan Subang-Bandung yang mengalami kecelakaan fatal di sana. Mang Emen (sapaan sopir) diketahui tidak meninggal di lokasi, melainkan di rumah sakit setelah opletnya terbakar.
Pengguna Jalan yang Melintas Harus Membuang Rokok dan Membunyikan Klakson
Dalam sebuah unggahan di Instagram Napak Jagat Pasundan, banyaknya kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa di sana turut membawa dampak terutama bagi warga sekitar.
Tak sedikit yang menganggap bahwa kecelakaan yang terjadi karena adanya unsur mistis yang menyelimuti di sana. Bahkan ada kepercayaan di kalangan pengguna jalan bahwa siapapun yang melintas harus melemparkan sebatang rokok ke pinggir jalan, sembari membunyikan klakson.
Cara ini konon dilakukan agar pengguna jalan diberi keselamatan, dan dijauhkan dari teror korban kecelakaan yang meninggal dunia di sana.
Kecelakaan Bukan Karena Mitos
Menanggapi banyaknya kecelakaan di tanjakan Emen, instruktur pengemudi yang aman dari lembaga Defensive Indonesia, Adi Sarjito, menyebut tidak ada kaitan sama sekali antara kecelakaan di tanjakan Emen dengan mitos yang berkembang di masyarakat.
Menurutnya, kecelakaan murni dari faktor kendaraan maupun human eror pengemudinya. Jadi, saat kendaraan yang melintas kemudian tidak kuat menanjak atau terlampau melaju saat turunan faktor utamanya karena bermasalah di rem.
Dia pun mengimbau agar para pengguna kendaraan menyiapkan kondisi mesin dan rem agar kondisi kendaraan tetap terawat, dan mampu melintasi jalur-jalur curam seperti Tanjakan Emen.
Jalanan Curam dan Berliku
Sampai saat ini, jalur Tanjakan Emen masih jadi favorit wisatawan dari Jakarta saat hendak berlibur ke kawasan Tangkuban Parahu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jalur juga cukup padat, yang sebagian mengarah ke Ciater.
Sebagai langkah antisipasi, belakangan pihak kepolisian telah memasang banyak rambu peringatan termasuk satu unit bangkai mobil yang mengalami ringsek. Dalam kanal Youtube AdrasaID, rambu serta bangkai mobil setidaknya bisa menjad pengingat agar lebih meningkatkan kewaspadaannya saat melintas.
Karena mulai memasuki musim penghujan, pengguna jalan juga mesti berhati-hati karena kabut biasa menebal dan menjadi penghalang pandangan. Saat ini juga, kondisi jalur tanjakan Emen cukup mulus dan nyaman untuk dilintasi.