Bantu Kemandirian Petani, Seorang Perempuan di Garut Dirikan Pesantren Ekologi
Merdeka.com - Pesantren umumnya merupakan tempat untuk mempelajari dan mendalami hal-hal yang sifatnya agama. Namun apa jadinya jika sebuah pondok pesantren mengajarkan kepada santrinya tentang hal-hal yang bersifat lingkungan dan tumbuhan.
Setidaknya itulah gambaran yang terjadi disebuah pondok pesantren bernama Ath-Thaariq di tahun 2009. Lokasinya sendiri berada di Kampung Cimurugul, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pesantren yang berdiri di atas tanah seluas 8.500 meter persegi tersebut dikelola oleh aktivis lingkungan perempuan asal Garut bernama Nissa Wargadipurra.
-
Apa yang dipelajari santri di Pondok Pesantren Al Fatah Temboro? Secara umum, Pondok Pesantren Al Fatah tidak terlalu berbeda dengan pondok pesantren NU dalam tradisi keagamaan. Pondok Pesantren Temboro mengikuti Syafi'iyah dalam fikih, Asy'ariyah dalam akidah, serta Naqsyabandiyah dalam tarekat.Pembeda utama Al Fatah dengan pondok pesantren lain yakni pada ikatan kuatnya dengan Jemaah Tabligh. Kitab-kitab karangan Maulana Muhammad Zakaria al-Kandhlawi dan Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi menjadi bahan ajar selain kitab-kitab kuning yang umum dipelajari di pondok.
-
Siapa yang pernah belajar di pondok pesantren? Anak sulungnya, Laura Meizani Nasseru Asry, memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren setelah menyelesaikan Sekolah Dasar.
-
Siapa yang membangun Pesantren Bumi Tanah Jawi? Cak Diqin mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Qur’an Bumi Tanah Jawi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
-
Dimana pondok pesantren Langitan berada? Jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1852, Kiai Muhammad Nur mendirikan pondok pesantren di Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban.
-
Apa nama asli daerah tempat pondok pesantren Langitan berdiri? Nama Pesantren Langitan berasal dari nama lama daerah tempat pesantren itu berdiri, Plang Wetan atau Plangitan yang kemudian dibaca Langitan.
-
Bagaimana metode pembelajaran di Pesantren Sam'an? Metode Sam’an yang diambil dari bahasa Arab yang artinya 'mendengar'. Nama ini juga selaras dengan nama ponpes yang merepresentasikan para santri.
Mendirikan Pondok Pesantren
kemenkopmk.go.id ©2020 Merdeka.com
Pondok pesantren yang mengkaji berbagai persoalan agraria dan kelingkungan ini didirikan oleh Nissa atas keresahannya akan alih guna lahan oleh Perhutani.
Dilansir dari Mongabay Indonesia, wanita 45 tahun ini mengungkapkan jika alasan utamanya mendirikan pesantren adalah karena Ia merasa prihatin terhadap kondisi sekitar. Lahan pertanian di wilayahnya selalu diambil hak gunanya oleh perhutani atas dasar ekonomi sehingga mengurangi stabilitas ekonomi dari para petani sendiri.
Dari situ, ibu tiga orang anak ini mencoba mengedukasi para petani khususnya perempuan untuk bisa mengelola lahan pertanian secara mandiri. Hal tersebut agar para petani bisa lebih produktif dan variatif.
Menginisiasi Bertani Organik
Dalam situs Kemenkopmk.go.id, Nissa menceritakan pengalaman awal saat mendirikan pesantren. Ia mendampingi para petani dalam menggerakan penanaman pertanian organik di wilayahnya.
Para petani pun menjadi lebih sejahtera setelah Ia mengalihkan sistem pertanian semula dengan obyek padi maupun palawija.
Gerakan tersebut dianggap berhasil, dan mayoritas para petani di Bayongbong mulai banyak yang beralih dari menggunakan bahan kimia ke pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.
Kurikulum Mendirikan Pesantren
Ibang dan Nissa mengajarkan ilmu pertanian kepada santri/©2020 Merdeka.com
Setelah berjuang bersama petani di wilayahnya, lantas Ia memilih fokus bersama suaminya untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan berbasis lingkungan. Sejak saat itu diakhir 2009 Pesantren Ath-Thaariq lahir.
Di pesantren tersebut para santri tidak hanya diajarkan ilmu agama, namun juga dengan konsep ekologi yang dibangun. Nissa bersama suami, Ibang mengarahkan para santri untuk diajarkan cara bertani dan berwira usaha.
Ibang menjelaskan bahwa dalam kesehariannya, para santri melakukan aktivitas seperti biasa, ada yang sekolah, kuliah, lalu mengaji.
Namun yang menjadi tambahannya para santri selalu diajarkan untuk bertani. Mulai dari menyiram tanaman, memanen, hingga mengolah tanaman pasca panen menjadi aneka ragam produk pertanian.
"Yang kita olah di sini adalah produk pertanian organik. Yang pasca panen kita buat menjadi teh, atau gula semut, dan juga banyak yang lainnya. Banyak yang kita oleh dari tanaman yang kita tanam sendiri di lahan milik pesantren yang luasnya kurang lebih 1 hektare ini. Kita juga ajarkan santri membuat pupuk organik," kata Ibang dilansir dari Merdeka.com.
Mengarahkan Kesukaan Santri
Lebih lanjut disebutkan jika dalam pesantren tersebut Nissa membebaskan para santri untuk menentukan sendiri minatnya lewat kegiatan pembelajaran yang bebas dan aktif.
Lewat pembelajaran tersebut Nissa berharap para santri bisa bebas mengeksplorasi kemampuan bertani mereka. Dari mulai pembenihan, penanaman sampai tahap panen mereka melakukan sendiri. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penanaman melon dilakukan oleh para santri yang notabene berasal dari keluarga petani.
Baca SelengkapnyaPesantren ini terkenal dengan program pemberdayaan masyarakat sekitar.
Baca SelengkapnyaPesantren ini punya bank sampah yang dikelola secara profesional
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al Fatah di Desa Temboro Kabupaten Magetan ini jadi pusat Jemaah Tabligh terbesar di Asia Tenggara. Santrinya bisa naik kuda hingga unta.
Baca SelengkapnyaKementan menyerahkan pengelolaan pengembangan dua Agroeduwisata di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kepada Kelompok Tani (Poktan) setempat
Baca SelengkapnyaProgam ini dirancang untuk memberdayakan keterlibatan perempuan dalam aktivitas pertanian, baik dalam aspek on-farm maupun off-farm.
Baca SelengkapnyaBeberapa program yang disiapkan yakni Santri Inovator dan beasiswa para santri, terutama bagi penghafal Alquran.
Baca SelengkapnyaSandjoko menjadi pegawai BUMN selama 33 tahun. Setelah pensiun, ia memutuskan untuk jadi petani di kampungnya.
Baca SelengkapnyaBagi Hafidz, tidak terlalu sulit mengatur waktu antara rutinitasnya sebagai bupati maupun mengajar di pondok pesantren.
Baca SelengkapnyaGanjar bicara upaya mengembangkan pondok pesantren, baik dari santri maupun fasilitasnya.
Baca SelengkapnyaGanjar mengungkapkan masukan dari para ulama akan dijadikan catatan baginya.
Baca SelengkapnyaGanjar pun menilai sudah ada chemistry antara dirinya dengan para ulama dan pimpinan Ponpes se-Bekasi Raya.
Baca Selengkapnya