Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Berguru Lewat Gunung, Begini Cara Orang Sunda Merawat Alam

Berguru Lewat Gunung, Begini Cara Orang Sunda Merawat Alam Gunung Salak. ©2014 Merdeka.com/Wikimapia.org/Okhara

Merdeka.com - Menjaga lingkungan menjadi prinsip hidup masyarakat Sunda sejak lama. Hal ini mengacu pada hasil bumi yang selalu dibutuhkan sebagai sumber pokok kehidupan sehari-hari. Berangkat dari situ, konsep balas budi menjadi hal yang wajib diterapkan untuk merawat alam dengan mengacu kepada gunung.

Bagi masyarakat Sunda kuna, gunung memiliki kedudukan yang tinggi. Semua yang dibutuhkan oleh manusia banyak yang berasal dari sana seperti makanan, air sampai keterampilan bertahan hidup. Mereka memiliki kesadaran jika sumber kehidupan mereka tidak dirawat maka suatu saat akan menimbulkan berbagai dampak bencana.

Untuk melestarikan keberadaannya, warga Sunda memiliki sejumlah kearifan lokal yang harus dipatuhi seperti pamali hingga ngabagi leuweung (membagi gunung/hutan).

Pamali sebagai upaya Menjaga Gunung

heboh video gunung salak terbelah

Gunung Salak bnpb.go.id ©2020 Merdeka.com

Mengutip Instagram @budaya.kuring, Rabu (15/3), salah satu upaya menjaga lingkungan atau dalam hal ini gunung, masyarakat Sunda memiliki sistem pengetahuan lokal yang tetap dipatuhi bernama pamali. Pamali merupakan hal yang tabu untuk dilakukan. Jika dilanggar akan mendapat malapetaka.

Kearifan lokal ini terus dirawat, bahkan diwariskan turun temurun agar alam tempat mereka bernaung tidak rusak atau bahkan habis.

Salah satu pamali yang masih ditemukan di masyarakat Sunda terkait hutan adalah kepercayaan akan adanya kehidupan lain. Dari situ, jika terdapat seseorang yang memiliki niat untuk mengeksploitasi, membabat hutan dan menambang seenaknya akan diganjar bencana alam.

Konsep ini terbukti berhasil diterapkan, salah satunya di hutan larangan milik kampung adat Kuta di Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Menurut sesepuh di sana bernama Ki Warja, penerapan pamali membuat masyarakat lokal dan luar daerah tidak berani menebang pohon sembarangan.

Menjaga Konsep Ngabagi Leuweung

Tak hanya pamali, ngabagi leuweung (membagi gunung/hutan) menjadi kearifan lokal selanjutnya yang terus dipertahankan. Konsep ini masih bisa dilihat di kawasan adat Baduy, Kabupaten Lebak, Banten.

Menariknya, ngabagi leweung menjadi begitu bermanfaat bagi manusia karena warga setempat diajarkan untuk memanfaatkan hutan secara efisien di daerah pegunungan. Nenek moyang mereka memahami jika gunung tidak dibagi penggunaannya, sumber air akan habis, pepohonan penghasil oksigen akan berkurang dan berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi (banjir sampai tanah longsor).

Setidaknya terdapat tiga bagian gunung yang dijadikan patokan untuk menggunakannya yakni leuweung larangan (hutan/gunung larangan), leuweung tutupan (hutan/gunung dengan fungsi reboisasi) dan leuweung baladahan (tanah pertanian).

Lekat dengan kepercayaan magis, leuweung larangan ditetapkan oleh nenek moyang sebagai hutan yang tidak boleh dijamah atau dimanfaatkan seenaknya. Kemudian leuweung tutupan memiliki peran untuk proses penghijauan agar ekosistem flora, fauna dan biota yang ada di sungai-sungai bisa terjaga kelestariannya.

Terakhir leuweung baladahan adalah salah satu bagian dari gunung atau hutan yang dipersiapkan khusus untuk kegiatan pertanian sebagai pemenuh kebutuhan manusia.

Gunung sebagai Guru Nu Agung

Masyarakat Sunda menjadikan gunung sebagai tempat pembelajaran untuk berkehidupan. Mereka menghormati apa yang datang dari sana harus dikembalikan melalui penanaman pemahaman bahwa gunung merupakan guru yang paling besar atau guru nu agung.

Menurut Wessing (2006), gunung memiliki peran sebagai guru spiritual bagi masyarakat Sunda, karena sejak dahulu selalu dijadikan tempat untuk bertahan hidup dan bertatanan sosial. Ini bisa dilihat dari banyaknya penemuan situs megalitikum sampai prasasti dengan pesan kebaikan.

Didukung lewat tulisan Sudaryat (2015), gunung juga dikenal sebagai tempat berakhirnya kehidupan termasuk memulainya kembali. Hal ini semakin menguatkan kedudukan bahwa gunung sebagai Axis Mundi – bahasa Latin, yang berarti poros kehidupan bumi dan manusia.

Sebagai pengingat, terdapat satu tradisi bernama Ngertakeun Bumi Lamba untuk menjaga gunung agar kedudukannya sebagai guru nu agung atau gurunya kehidupan terus melekat di manusia. Di sana akan dilakukan sejumlah prosesi seperti berdoa dan tumpengan, sebagai bentuk syukur atas berkat Tuhan yang diturunkan melalui gunung. (mdk/nrd)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dulu Leluhur Orang Sunda Dikenal sebagai Bangsa Akuatik, Peradaban Dimulai dari Sungai Citarum
Dulu Leluhur Orang Sunda Dikenal sebagai Bangsa Akuatik, Peradaban Dimulai dari Sungai Citarum

Sungai Citarum jadi bukti kalau orang Sunda zaman dulu merupakan bangsa akuatik.

Baca Selengkapnya
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana
Dalamnya Makna Tradisi Hajat Uar, Cara Orang Sumedang Memahami Alam Pasca Bencana

Ini merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.

Baca Selengkapnya
11 Desember: Peringatan Hari Gunung Internasional, Berikut Sejarah dan Tujuannya
11 Desember: Peringatan Hari Gunung Internasional, Berikut Sejarah dan Tujuannya

Hari Gunung Internasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang berbagai tantangan yang dihadapi oleh komunitas gunung di seluruh dunia. .

Baca Selengkapnya
Kenapa Orang Zaman Dulu Suka Bertapa di Gunung?
Kenapa Orang Zaman Dulu Suka Bertapa di Gunung?

Gunung selalu menjadi bagian penting dalam budaya Asia.

Baca Selengkapnya
Tempat Suci Berusia Ribuan Tahun di Kaki Gunung Salak, Tak Jauh dari Bogor
Tempat Suci Berusia Ribuan Tahun di Kaki Gunung Salak, Tak Jauh dari Bogor

Beberapa situs dari era megalitikum ditemukan di sini. Kebudayaan seperti apa yang pernah hidup di sini ribuan tahun lalu?

Baca Selengkapnya
Kekeringan dan Kemiskinan di Jateng Jadi Sorotan Media Asing
Kekeringan dan Kemiskinan di Jateng Jadi Sorotan Media Asing

"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.

Baca Selengkapnya
Mengenal Ngalokat Sirah Cai, Tradisi Menghormati Air Ala Orang Sunda
Mengenal Ngalokat Sirah Cai, Tradisi Menghormati Air Ala Orang Sunda

Tak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.

Baca Selengkapnya
Hidup Nomaden dan Bergantung Pada Alam, Ini Fakta Menarik Suku Sakai dari Pedalaman Riau
Hidup Nomaden dan Bergantung Pada Alam, Ini Fakta Menarik Suku Sakai dari Pedalaman Riau

Salah satu suku di Indonesia yang mendiami hutan pedalaman Riau ini hidup bergantung pada alam dan pola kehidupannya yang masih bepindah-pindah.

Baca Selengkapnya
Menyusuri Kampung Bali di Kalimantan Barat, Tetap Pertahankan Warisan Budaya Leluhur
Menyusuri Kampung Bali di Kalimantan Barat, Tetap Pertahankan Warisan Budaya Leluhur

Di Kalimantan Barat terdapat sebuah perkampungan orang-orang Bali yang konon mengungsi saat meletusnya Gunung Agung tahun 1963.

Baca Selengkapnya
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak

Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.

Baca Selengkapnya
Menilik Keindahan Perkampungan di Lereng Gunung Sindoro, Mayoritas Warga Bekerja Sebagai Pemetik Teh
Menilik Keindahan Perkampungan di Lereng Gunung Sindoro, Mayoritas Warga Bekerja Sebagai Pemetik Teh

Hamparan kebun teh mengelilingi kampung itu dan di ujungnya terlihat jelas Gunung Sindoro yang tinggi menjulang.

Baca Selengkapnya
Potret Para Tokoh Adat Wulanggitang Ritual Minta Maaf untuk Gunung Lewotobi Laki-laki Pascaerupsi
Potret Para Tokoh Adat Wulanggitang Ritual Minta Maaf untuk Gunung Lewotobi Laki-laki Pascaerupsi

Ritual sakral ini disebut "Tuba Ile" atau memberi makan gunung.

Baca Selengkapnya