Memulai saat Titik Terendah, Mantan Guru Honorer di Tasikmalaya Ini Sukses Bisnis Furnitur hingga Punya 68 Karyawan
Mantan guru honorer itu memulai usahanyan benar-benar dari bawah, bahkan tanpa modal.
Mantan guru honorer itu memulai usahanya benar-benar dari bawah, bahkan tanpa modal.
Memulai saat Titik Terendah, Mantan Guru Honorer di Tasikmalaya Ini Sukses Bisnis Furnitur hingga Punya 68 Karyawan
Mantan guru honorer di Tasikmalaya, Jawa Barat berhasil bangkit dari titik terendah di dalam hidup. Ia sukses mengembangkan bisnis furnitur yang telah dirintis dari nol. Saat ini sudah ada 68 karyawan yang ia pekerjakan di beberapa divisi.
Usaha yang dijalankan oleh Mela Dwi Amelia (33) itu lambat laun mengalami kenaikan penjualan dengan latar belakang konsumen yang beragam, termasuk artis.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
-
Apa yang dikatakan tentang orang sukses? Orang sukses mampu melihat dan mengambil pelajaran dari kesalahan yang dibuatnya, sekaligus mau memperbaiki dan berani mencoba lagi dengan cara yang berbeda.
-
Bagaimana Pramono Anung meningkatkan pendapatan guru honorer? Guru honorer yang selama ini hanya Rp2 juta, kami berikan UMP yaitu Rp5 juta,' janji Pram.
-
Bagaimana guru bisa menjadi miliarder? Dia menuliskan, menjadi guru yang kaya bukan berarti harus mempunyai pendapatan yang besar.
-
Dimana guru honorer mendapat gaji terendah? Ada pula gaji guru honorer mendapatkan gaji di bawah Rp1 juta per bulan. Perbedaan gaji tersebut tergantung lokasi mengajar.
Kisah Mela dianggap menginspirasi lantaran ia mampu mengatur penjualan produk furniturnya hingga ratusan unit bahkan sampai keluar pulau.
“Zame Furniture sendiri adalah brand furnitur yang menjual berbagai produk mulai dari sofa, lemari, kamar set, kitchen set, semacam interior gitu,” kata dia, mengutip YouTube Naik Kelas.
Bermula dari Guru Honorer yang Tak Dibayar
Dikisahkan, usaha furnitur ini ia bangun benar-benar dari bawah.
Saat itu ia mengajar di sebuah sekolah, namun karena sekolah tersebut belum membutuhkan guru tambahan akhirnya ia mengajar tanpa dibayar.
Di sini Mela mulai down, namun selalu diberi semangat oleh orang tua agar bisa mengajar sebaik mungkin.
Sempat Berjualan Namun Harus Berhenti di Tengah Jalan
Kondisi yang belum stabil secara ekonomi itu mendorong Mela untuk mencoba mencari pemasukan tambahan. Ia lantas berjualan kerupuk yang diberi bumbu dan dijual di koperasi sekolah.
Ternyata usaha kerupuk yang ia goreng selepas mengajar hingga tengah malam itu laku keras. Bahkan ia mampu menjual sekitar 200 sampai 250 bungkus. Namun tiba-tiba pihak sekolah melarangnya berjualan.
“Jadi pas udah nyaman jualan itu tiba-tiba sekolah nggak ngebolehin aku jualan, cuman aku masih ingat aja kata-kata dari pihak sekolah sampai sekarang itu katanya ‘kamu kalau misal pengen uang yang banyak, kamu kerja ke luar, cari perusahaan yang gajinya gede. Kalau saya bilang udah ya udah’ begitu sampai aku nangis waktu itu,” terangnya
Momen Titik Terendah dalam Hidup
Tidak lama dari situ, Mela yang sudah menikah lantas mengandung. Sebelumnya saat awal-awal menikah, sang suami juga memutuskan berhenti bekerja.
Ia menyebut jika di masa-masa ini adalah yang terberat dalam hidup, karena tidak bisa melanjutkan cita-citanya mengajar di sekolah termasuk kondisi ekonominya yang belum stabil.
“Sebenarnya kalau dibilang titik terendah, kalau orang lain mau menikah punya pekerjaan, justru suami aku resign, jadi nggak ada kerjaan. Tapi di sini kita coba perjuangkan bersama-sama,” terangnya.
Mencoba Memanfaatkan Peluang Tanpa Modal
Walau sedang dalam kondisi yang kurang stabil, Mela bersama suami terus saling menguatkan hingga menemukan peluang.
Di sana, ia kemudian memutuskan ikut merantau bersama suami di Tasikmalaya dan melihat potensi usaha mebel.
Momen ini segera ia manfaatkan untuk membuat beberapa produk furnitur awal walau tanpa modal.
“Awalnya kan iseng bikin status di media sosial, gambar furnitur yang nyomot dari internet. Terus saya tawarkan dengan model custom, tapi ternyata ada yang tertarik. Padahal saya memulai ini tanpa modal,” katanya.
DP Konsumen Jadi Modal Awal
Yang menarik, Mela justru mendapatkan modal dari konsumen pertama yang tertarik dan meminta dibuatkan sofa.
Setelah dikirim, uang tersebut ia putar untuk membuat produk dan hasilnya disukai konsumen.
“Jadi tanpa modal, uangnya ini dari DP konsumen yang saya putarkan lagi,” terang dia.
Produk yang dijual Mela
Berjuang Bersama Suami
Setelah beberapa bulan memulai, ia mencoba menawarkan produk lainnya dan mendapatkan pembeli baru. Di tengah kondisi hamil besar, Mela tetap terjun langsung termasuk saat mengantarkan ke konsumen.
Ia sampai harus menyewa mobil dari tetangga demi usahanya bisa berkembang. Sampai akhirnya brand peralatan rumah tangga berbahan kayu miliknya resmi mengudara.
“Waktu itu aku mulai ngebalesin chat, suami di bagian produksi dan ada satu karyawan yang membuat sofanya. Dulu bahkan saya sama suami yang ngantar produknya, itu pas saya lagi hamil besar, ketika barangnya sampai saya minta tolong ke konsumennya buat bantu nurunin barang, sampai begitu waktu memulai usaha ini karena terbatas tenaga,” kata Mela.
Punya 68 Karyawan
Saat ini usaha milik Mela sudah berkembang dan mampu mempekerjakan hingga 68 karyawan.
Mulanya ia hanya mampu menjual satu barang dalam sebulan, kini furniturnya bisa terjual sampai 200 hingga 250 unit per bulan.
“Harganya adayang Rp700 ribu sampai jutaan per unit, tergantung jenisnya. Alhamdulillah dari sekarang sudah bisa terjual 200 sampai 250 unit furnitur ke luar Tasikmalaya juga luar pulau,” tambahnya.