Mendapat Gelar dari Raja Charles, Ini Kisah Perjalanan Dua Utusan Kerajaan Banten ke Negeri Inggris
Mereka sempat tinggal selama tiga setengah bulan di Istana Windsor, Inggris.
Mereka sempat tinggal selama tiga setengah bulan di Istana Windsor, Inggris.
Mendapat Gelar dari Raja Charles, Ini Kisah Perjalanan Dua Utusan Kerajaan Banten ke Negeri Inggris
Kerajaan Banten memasuki masa kejayaan pada saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pada saat itu, Kesultanan Banten sudah mengirim utusannya ke berbagai belahan dunia, salah satunya ke Negeri Inggris.
-
Siapa pendiri Kerajaan Banten? Walau sebagai peletak pondasi berdirinya Kerajaan Banten, namun Sunan Gunung Jati diketahui tak pernah menjadi raja di sana hingga wafatnya.
-
Siapa pemimpin Inggris saat menjajah Batavia? Di tengah karut marut itu, pemimpin tertinggi Inggris Sir Thomas Stamford Bingley Raffles, meminta Belanda untuk menyerahkan negara jajahannya Indonesia, agar tidak jatuh ke pasukan Prancis.
-
Ke mana Raja Charles III pergi dengan kereta kencana? Raja Charles III dan Ratu Camilla pergi menggunakan kereta kencana berlapis emas menuju ke Istana Buckingham, London.
-
Kapan Belanda pertama kali datang ke Banten? Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
-
Kapan Kerajaan Banten didirikan? Setelah wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat berhasil dikuasai Demak, Sultan Trenggono lantas menjadikan Syarif Hidayatullah untuk mendirikan kerajaan bercorak Islam di tanah Banten pada 1527.
-
Siapa yang memegang pemerintahan Banten saat VOC berkuasa? Saat itu pemerintahan Banten dipegang oleh Sultan Abu Nashar Abdul Qahar atau Sayyidi Syeikh Maulana Mansyuruddin R.A.
Pada waktu itu, tepatnya pada tahun 1682, dua utusan Kerajaan Banten, Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana, menjadi tamu Raja Charles II.
Dilansir dari website Nu.or.id, mereka sempat tinggal selama tiga setengah bulan di Istana Windsor, Inggris.
Dikutip dari Kemdikbud.go.id, dalam kunjungannya, kedua duta besar itu diiringi rombongan berjumlah 31 orang dengan membawa persembahan berupa 200 karung lada, perhiasan permata, dan intan, serta emas berukir burung merak.
John Evelyn, dalam catatannya berjudul The Diary Of John Evelyn, menuliskan waktu itu duta besar dari Banten diundang ke tempat kediaman resmi Lord George Berkeley.
Saat itu di London sedang berlangsung penerimaan tamu kehormatan Duta Besar Rusia, Maroko, dan India.
Salah satu dari dua duta besar itu merupakan duta besar utama, sedangkan duta yang kedua dikirim untuk menjadi pengganti jika duta besar pertama meninggal dunia di tengah pelayaran.
Sebelum berlayar ke Inggris, keduanya disebut pernah pergi ke Mekah.
Dalam tulisan John Evelyn, diceritakan bahwa pelayaran dari Banten menuju Inggris ditempuh selama lima bulan melewati Tanjung Harapan, Afrika Selatan.
Pada masa itu, pelayaran jarak jauh tersebut terhitung sulit dan berbahaya. Namun kapal yang ditumpangi utusan Banten tersebut dapat tiba dengan selamat tanpa hambatan berarti.
Rombongan Kesultanan Banten berangkat pada tanggal 10 November 1681 dengan menggunakan kapal dagang East India Company yang bernama New London. Mereka tiba di London pada tanggal 27 April 1682.
Dalam perjalanan tersebut, seorang anggota rombongan yang menjadi juru masak meninggal dunia. Dia dimakamkan di tempat pemakaman Saint James Park, berseberangan dengan Hyde Park.
Pada 5 Juli 1682, kedua duta besar Kerajaan Banten dan rombongannya meminta izin untuk kembali ke Bantne. Mereka diberi gelar Sir oleh Raja Charles II lengkap dengan pedang kehormatannya.
Rombongan ini menumpang kapal Kemphorne dan berangkat dari Pelabuhan Chatham pada 23 Agustus 1682. Mereka tiba kembali di Banten pada 20 Januari 1683.