Jadi Momentum Inggris Angkat Kaki dari Nusantara, Begini Isi Traktat London, Perjanjian Kerajaan Britania Raya dan Belanda
Kekuasaan Inggris di Nusantara tidak berlangsung lama setelah lahirnya sebuah perjanjian dengan Belanda.
sejarah![Jadi Momentum Inggris Angkat Kaki dari Nusantara, Begini Isi Traktat London, Perjanjian Kerajaan Britania Raya dan Belanda](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsOg/2024/6/24/1719215243784-p3bfa.jpeg)
Kekuasaan Inggris di Nusantara tidak berlangsung lama setelah lahirnya sebuah perjanjian dengan Belanda.
![<b>Jadi Momentum Inggris Angkat Kaki dari Nusantara, Begini Isi Traktat London, Perjanjian Kerajaan Britania Raya dan Belanda</b>](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/6/24/1719215126191-mf41m.jpeg)
Jadi Momentum Inggris Angkat Kaki dari Nusantara, Begini Isi Traktat London, Perjanjian Kerajaan Britania Raya dan Belanda
Pulau Sumatera sempat didatangi oleh pedagang Inggris di bawah payung East India Companya (EIC). Tahun 1811, Sir Thomas Stamford Raffles yang telah dilantik menjadi Gubernur Inggris di Bengkulu perlu adanya ekspansi agar bisa menguasai wilayah Asia Tenggara termasuk Nusantara.
Raffles yang tiba di Tamasek (Singapura) pada tanggal 29 Januari 1819 telah menemukan sebuah perkampungan kecil di muara Sungai Singapura. Perkampungan ini di bawah kekuasaan Belanda dan Raffles tahu jika sang penguasa atau Tengku Abdul Rahman menjadi sultan berkat saudaranya.
-
Apa yang ditemukan oleh Museum Sejarah Alam London baru-baru ini? Baru-baru ini, Museum Sejarah Alam London mengungkapkan temuan fosil yang diakui sebagai jamur penyebab penyakit tertua di dunia.
-
Kapan rombongan utusan Kerajaan Banten tiba di London? Rombongan Kesultanan Banten berangkat pada tanggal 10 November 1681 dengan menggunakan kapal dagang East India Company yang bernama New London. Mereka tiba di London pada tanggal 27 April 1682.
-
Siapa yang menceritakan tentang masa penjajahan Belanda di Kampung Gantungan Sirah? Wardiman, salah seorang warga Kampung Gantungan Sirah, mengatakan bahwa kini nama kampung itu sudah diganti dengan nama “Gunung Sari”. Ia mengatakan, saat masih bernama “Gantungan Sirah”, di kampung itu sering terjadi warga yang bunuh diri dengan cara gantung diri. Wardiman bercerita, waktu zaman penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi. Mereka melakukan eksekusi terhadap para warga dengan digantung kepalanya.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Belanda? Biji tanaman ini ditemukan di dalam tulang hewan di pemukiman Romawi yang disebut Houten-Castellum di Belanda.
-
Apa yang ditemukan di kuil Romawi kuno di London? Para arkeolog diliputi kegembiraan sekaligus bingung ketika menemukan sebuah kaleng yang berisi salep kuno berusia 2.000 tahun.
-
Prestasi apa yang diraih London di Bangkok? Beberapa waktu yang lalu, London mewakili sekolahnya dalam sebuah kompetisi di Bangkok, Thailand. Wulan mengabadikan momen berharga saat putrinya mengikuti 'the tournaments of the Champions at YALE USA'. Wulan Guritno hadir bersama untuk mendukung putrinya. Yang menggembirakan, London berhasil memenangkan beberapa medali.
Dari sini mulai muncul masalah yang mengakibatkan pihak Inggris dan Belanda berseteru. Pihak Belanda menganggap jika Inggris telah mencampuri urusan tentang daerah kekuasannya dan meminta Inggris untuk angkat kaki dari Singapura.
Kemudian muncul-lah Peristiwa Singapura yang menjadi puncak perselisihan antar keduanya. Untuk menghindari konflik tersebut, maka dibuatlah sebuah perjanjian yang bernama Traktat London atau Perjanjian London.
Tukar-menukar Wilayah
Agar konflik Belanda-Inggris ini bisa segera berakhir, dibuatlah sebuah perjanjian yang berlangsung di London pada tanggal 17 Maret 1824. Tujuan dari perjanjian ini untuk menyudahi konflik karena perjanjian pada tahun 1814.
Melansir dari berbagai sumber, pada perjanjian tahun 1824 kedua belah pihak diizinkan untuk saling tukar menukar wilayah meliputi India, Sri Lanka, Selat Malaka, hingga Nusantara termasuk Pulau Sumatera.
Inggris pun menyerahkan pabriknya di Bengkulu dan seluruh aset kepemilikannya yang berada di Pulau Sumatera kepada Belanda. Lebih dari itu, Inggris juga dilarang untuk mendirikan kantor di Sumatera atau membuat perjanjiannya dengan penguasa.
Kemudian, pihak Inggris juga menarik oposisi dari Pulau Biliton serta tidak mendirikan kantor di Pulau Karimun, atau pulau Batam, Bintan, Lingga, atau pulau lainnya yang berada di sisi Selatan dari Selat Singapura.
- Disambut Meriah, Ini Momen Kepulangan Pebulu Tangkis Indonesia yang Juara di All England 2024
- BBM Indonesia Selama Ini Tenyata Bergantung ke Singapura, Padahal Tak Punya Ladangan Migas
- Mengenal Ambachtsschool, Sekolah Pertukangan Pertama untuk Masyarakat Indo-Eropa di Hindia Belanda
- Melihat Meriam Menes Pandeglang, Peninggalan Belanda untuk Mencegah Penjajahan Inggris di Jawa
- Cek Langsung ke Lapangan, Polisi Pastikan Tol Cimanggis-Cibitung Aman Buat Pemudik
- Tips Aman dan Nyaman dalam Perjalanan Arus Balik Mudik 2024
Terbagi Dua Pengaruh
Dengan adanya Traktat London, hal ini mengakibatkan beberapa wilayah jajahannya memiliki dua pengaruh kekuasaan. Status Singapura, Malaka, dan kawasan Utara menjadi hak milik Inggris yang dikukuhkan.
Sementara itu, sisi Selatan berada di bawah pengaruh Belanda dan pada tahun 1826 Singapura bersama dengan Pulau Penang dan Malaka digabungkan di bawah satu pemerintahan yang bernama Negeri-Negeri Selat.
Melansir dari kanal Liputan6.com, serah terima dari kepemilikan dan bangunan yang didirikan terjadi pada tanggal 1 Maret 1825. Hal ini di luar dari jumlah yang harus dibayarkan oleh Belanda sebesar 100.000 poundsterling sebelum akhir tahun 1825.
Perjanjian ini disahkan pada tanggal 30 April 1824 oleh Britania dan tanggal 2 Juni 1824 oleh pihak Belanda.