Tak Ingin Musik Calung Ditinggalkan, Seniman Bandung Ini Pilih Manggung Sukarela
Merdeka.com - Senyum ramah Kang Epot merekah saat menunjukkan sebuah alat musik bernama Calung di kediamannya, kawasan Ujungberung, Kota Bandung, Jawa Barat. Ia begitu piawai mengatur nada pentatonik di perangkat bambu itu untuk dijadikan lantunan merdu. Namun sayang, kesenian asli Sunda itu kini perlahan tiarap.
Puluhan tahun lamanya, Kang Epot menjadi penampil (seniman) Calung kesohor di kota kembang. Sejak medio 2000 silam, sebanyak 9 album telah mampu dihasilkan dan memperkaya khazanah musik Pop Sunda di tanah air.
Belakangan ia sambat, lantaran seni musik tatar Parahyangan ini tergerus zaman dan dikhawatirkan hilang.
-
Siapa yang memainkan Gendang Pampat? Tak hanya oleh bapak-bapak, Gendang Pampat juga dimainkan oleh kelompok ibu-ibu.
-
Bagaimana cara Gendang Pampat dimainkan? Tak hanya oleh bapak-bapak, Gendang Pampat juga dimainkan oleh kelompok ibu-ibu. Pada saat musik gendang dibunyikan, para warga yang mendiami rumah panjang keluar dari kamar-kamarnya untuk menari bersama. Bahkan para ibu-ibu berdandan dan mengenakan pakaian tradisional sambil menari.
-
Dimana Gendang Pampat dimainkan? Di Rumah Panjang Ngaung Keruh, Desa Labian, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat misalnya.
-
Bagaimana cara memainkan Keteng-keteng agar menghasilkan nada yang lembut dan harmonis? Sebagai sebuah alat musik yang dipukul menggunakan stik, cara memainkannya pun tak boleh sembarangan. Mengayunkan stik harus menggunakan pergelangan tangan atau jari dan bukan menggunakan lengan bertenaga.Saat diayunkan menggunakan pergelangan tangan atau jari, nada yang keluar akan lebih lembut dan harmonis sehingga temponya tidak lari.'Pegang stiknya itu menggunakan telapak tangan yang diapit jari, lalu menggunakan pergelangan tangan yang dilenturkan,' katanya.
-
Bagaimana cara memainkan Calung? Cara memainkannya pun berbeda, yakni calung dipukul sedangkan angklung digoyangkan.
-
Angklung Caruk apa? Angklung Caruk dimainkan dua grup angklung yang saling berhadapan. Pelaksanaannya, masing-masing grup angklung bergantian membawakan lagu berbahasa using dan tarian.
“Dengan pergeseran teknologi, pasti ada sisi yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Contohnya seni calung yang dirugikan, karena pergeseran teknologi yang semakin berkembang menyebabkan kesenian calung hanya dapat dinikmati oleh kalangan yang kurang menguasai teknologi,” terangnya, resah, dikutip dari laman Humas Pemkot Bandung, Selasa (14/2).
Pilih Manggung Sukarela
©2023 Dokumentasi Humas Pemkot Bandung/Merdeka.com
Bersama lima belas anggota lain, Kang Epot terus memperjuangkan musik Calung agar tetap hidup. Ia kemudian tampil di banyak acara seperti khitanan, pernikahan hingga acara ke-Sundaan di gedung pemerintahan kota setempat.
Demi keberadaannya tetap berjalan, Kang Epot juga rela tidak mematok tarif khusus saat mentas. Menurutnya ini akan mengangkat peluang musik Calung Sunda agar bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas.
“Kita tetap bertahan. Karena memang niat kita untuk merawat, bukan bisnis. Sehingga, kita sifatnya suka rela,” terangnya.
Dulu Tampil di Radio sampai Televisi
©2023 Dokumentasi Humas Pemkot Bandung/Merdeka.com
Keberadaan musik tradisional memang kerap terancam dengan menjamurnya musik kontemporer yang lebih bisa diterima oleh kalangan muda. Namun begitu bukan berarti kesenian Calung tidak merasakan momen yang sama.
Dulunya, Kang Epot bersama grup Calungnya kerap tampil di media-media populer saat itu, macam radio sampai televisi. Namun saat ini, pementasannya tidak seaktif dulu saat awal-awal pendiriannya.
Dengan semangat, Kang Epot meniti harapan agar musik buhun (warisan nenek moyang) ini bisa terus bertahan, dengan terus melakukan pentas. Ia menginginkan agar anak cucunya bisa mengenal seni musik Calung sebagai identitas budaya Sunda.
Tak lupa, Kang Epot membubuhi nomor kontaknya agar bisa menghubungi jika tertarik mengundangnya pentas di nomor WhatsApp 0822-1644-1590. (mdk/nrd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Calung ternyata punya sejarah yang menarik untuk mengobati rasa kesepian para petani Sunda
Baca SelengkapnyaDi sini, pengunjung bisa mengetahui seluk beluk angklung.
Baca SelengkapnyaSisi komedi dari tunil atau wayang gejlig ini dimulai saat pemainnya menghentakkan kaki ke tanah.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini di usianya yang senja, ia masih gigih untuk mengasah kemampuannya melengkingkan suara dalam melantunkan beluk.
Baca SelengkapnyaAlat musik dari bambu ini unik, dan berbeda dari Angklung.
Baca SelengkapnyaAlat musik Serdam awalnya kurang diminati karena suaranya dianggap mengganggu masyarakat.
Baca SelengkapnyaPermainan alat musik tradisional itu dilakukan untuk mengisi waktu kebersamaan mereka di rumah panjang.
Baca SelengkapnyaProvinsi Aceh memiliki ragam jenis alat musik tradisional, salah satunya Bangsi Alas yang tumbuh dan berkembang di Lembah Alas, Aceh Tenggara.
Baca SelengkapnyaDidi Sahruwijaya jadi maestro kendang asal Kabupaten Kuningan yang kesohor.
Baca SelengkapnyaGrup ini mencoba menyuarakan keadilan sosial melalui instrumen tradisional dari karinding, calung dan angklung.
Baca SelengkapnyaKeteng-keteng ini terbilang ini, karena memunculkan suara beragam mulai dari kendang, gong bahkan drum yang di zaman itu belum ada.
Baca SelengkapnyaEmpet-empetan biasa dimainkan anak-anak para petani di tatar Sunda.
Baca Selengkapnya