Menengok Kondisi Terkini Pulau G Hasil Reklamasi Teluk Jakarta
Merdeka.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menetapkan Pulau G hasil reklamasi Teluk Jakarta sebagai zona ambang yang diarahkan untuk kawasan permukiman. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 31 Tahun 2022 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Wilayah Perencanaan DKI Jakarta.
"Kawasan Reklamasi Pulau G sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diarahkan untuk kawasan pemukiman," bunyi Pasal 192 Pergub tersebut.
Merdeka.com mencoba menengok kondisi terkini Pulau G pada Rabu (28/9). Untuk mengakses Pulau G, merdeka.com berangkat dari Tebet, Jakarta Selatan pada pukul 08.05 WIB dan tiba di Pelabuhan Perikanan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara sekitar pukul 09.05 WIB.
-
Apa yang Samsul harapkan untuk Jakarta? Di usia Jakarta yang akan menyentuh angka 497 tahun, Samsul berharap ke depannya agar Jakarta dapat memperbanyak taman dan memperbaiki taman-taman yang sudah ada. Menurutnya, taman adalah fasilitas umum yang seharusnya bisa dinikmati oleh para warga sekitar untuk beraktivitas.
-
Apa yang didirikan Sanjaya di tengah Pulau Jawa bagian selatan? Menurut Prasasti Canggal, Sanjaya mendirikan kedatuan baru di tengah Pulau Jawa bagian selatan.
-
Siapa yang terlibat dalam gentrifikasi? Ada dua pihak yang terlibat dalam proses gentrifikasi. Pihak pertama adalah pihak yang melakukan gentrifikasi (gentrifier) dan pihak yang kedua adalah pihak yang tergentrifikasi (gentrified people).
-
Siapa yang mengalaminya di Indonesia? Riskesdas 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
-
Apa yang terjadi di Pesisir Selatan? Sebanyak 23 orang korban banjir dan lonsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
Supaya bisa melihat ke dalam Pulau G, diperlukan untuk menyewa perahu milik nelayan sekitar. Merdeka.com berhasil menyewa kapal kecil milik Sunanta. Perahu tersebut hanya muat untuk 6-8 orang.
Sekitar pukul 09.50 WIB, merdeka.com berangkat dari wilayah parkir milik nelayan kecil. Hanya dibutuhkan waktu 10 menit untuk sampai ke Pulau G, kami berhasil sampai pada pukul 10.00 WIB.
Dalam perjalanan, Sunanta bercerita bahwa pulau tersebut telah kosong selama 6 tahun sejak dibangun. Ia tidak pernah melihat proyek pengerjaan apapun di sana.
"Kosong, enggak ada proyek-proyek tetapi ada yang jaga," kata Sunanta.
Ia juga mengaku belum mengetahui akan ada pembangunan pemukiman di sana. Sesampainya di Pulau G, terlihat banyak sampah yang berserakan seperti plastik, botol kemasan air minum, kayu, hingga sepatu. Selain itu, beberapa wilayah terlihat ditumbuhi rumput.
Tidak hanya itu, pasir urukan terlihat terkikis. Berdasarkan pantauan merdeka.com, dengan luas Pulau G yang tampak lebih kecil dari sebelumnya, kawasan ini tidak mungkin untuk dijadikan pemukiman.
Tak lama kemudian, kami diteriaki dari jauh oleh dua orang yang menaiki perahu karet.
"Turun! Turun! Turun! Enggak boleh naik, enggak boleh. Dari media mana?" kata salah satu orang tersebut.
Merdeka.com juga diminta untuk menghapus foto-foto yang telah diambil.
"Hapus fotonya! Tadi saya lihat sudah foto. Tolong dihapus fotonya," kata salah satu yang lain sambil merekam merdeka.com.
Ternyata, kedua orang tersebut merupakan penjaga Pulau G. "Tugas saya itu untuk menghalau orang-orang yang naik ke darat, foto-foto pun tidak boleh. Kalau seandainya ada yang mau foto-foto, izin dulu ke kantor," kata orang tersebut.
Setelah berkeliling, merdeka.com bertemu dengan salah satu warga bernama Samsudin Sanjaya. Samsudin mengungkapkan, reklamasi Pulau G membuat polemik perpecahan bagi warga Muara Angke.
"Pembangunan Pulau G ini banyak juga menjadi polemik di sekitaran warga saya ya. Di sekitaran Muara Angke lah. Umumnya itu banyak polemik. Warga Muara Angke sempat terpecah gara-gara ada yang pro, ada yang kontra sama pembangunan Pulau G tersebut," jelas ketua RT 08 RW 20 tersebut.
Samsudin juga bercerita, salah satu warganya yang merupakan nelayan pencari ikan mengeluh akan pembangunan di Pulau G. Warga tersebut berkata, rute melaut menjadi lebih jauh sehingga dibutuhkan lebih banyak bahan bakar minyak (BBM).
"Tapi warga saya kebetulan ada yang nelayan pencari ikan ya. Sempat ngeluh lah dengan adanya reklamasi. Yang dikeluhinnya itu antara lain jarak pencarian ikannya itu jadi lebih jauh karena ada akses jalan yang ditutup, yang harusnya hanya beberapa ratus meter, dengan adanya reklamasi, mereka lebih jauh mencarinya. Kalau lebih jauh mencarinya kan berarti bahan bakarnya nambah lagi. Ikannya belum tentu dapat lebih banyak, karena dia kan nelayan harian. Tebar jaring sekarang, entar sore ambil, jual di lelang. Nelayan saya tuh namanya Khairul, Khairul Anwar, panggilnya Ilung," kata Samsudin.
Selain itu, Samsudin menyatakan bahwa warga menolak adanya pembangunan Pulau G karena akan direlokasi.
"Pernah waktu itu ada isu yang beredar di masyarakat bahwa apabila nanti kalo reklamasi Pulau G itu berjalan lancar, warga Muara Angke nanti ada yang direlokasi ke Kepulauan Seribu. Mungkin salah satu isu itu yang didenger sama masyarakat, makanya masyarakat kompak. Karena jujur aja, Muara Angke ini tempat relokasi warganya dari zaman dulu udah dipindah-pindahin terus," cerita Samsudin.
Ia juga menegaskan, warga lebih berfokus akan kekhawatiran direlokasi dibandingkan kurangnya pendapatan karena rute melaut semakin jauh.
"Senang waktu itu (tidak jadi ada pembangunan di masa Anies). Kalau untuk masalah nyari ikannya mah sudah terlanjur, sudah ada kegiatan pengurukan. Jadi minimal itu, senangnya itu isu itu terbantahkan, jadi kita Alhamdulillah masih menetap lagi di Muara Angke, enggak ada lagi isu-isu mau dipindahin lagi, gitu," kata Samsudin.
Tidak hanya itu, Samsudin mengaku bahwa ia mendengar isu pembangunan di Pulau G akan berlanjut setelah Anies tidak menjabat lagi sebagai gubernur.
"Ada dengar kalau Anies enggak lagi (jadi gubernur), akan dibangun (lagi). Warga saya ini di RW 20 ada beberapa yang jadi security di sana. Sempat ada pengurangan, pengurangan karyawan yang jaga di Pulau G. Terus belum lama ini juga katanya dari beberapa teman, ada yang mau dicari buat security, entah security Pulau G atau security buat yang di luar ya,
Di lain sisi, Sunanta mengatakan, ia tidak apa-apa bila ada pembangunan di Pulau G asalkan nelayan kecil sepertinya diperbolehkan singgah agar kapalnya aman.
"Kalau saya sih, kalau nelayan, kalau dibangun (boleh) dibuat perlindungan kapal. Kadang-kadang kalau sudah jadi, nelayan kecil disuruh pindah, engga boleh masuk," kata Sunanta.
Sama seperti Sunanta, Samsudin berharap pembangunan yang akan terjadi bisa merangkul rakyat
"Intinya gini, apapun kebijakan pemerintah, sebagai warga negara, khususnya warga DKI Jakarta, kita manut. Cuman tolong, jangan bersebelahan aja, gitu. Kalau seandainya kita sampai diusir, relokasi lagi, ya percuma dibangun di sini kalo kitanya enggak nempatin," katanya. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Usulan tersebut diajukan oleh Bupati Kepulauan Seribu Junaedi kepada Heru Budi Hartono.
Baca SelengkapnyaRK percaya, selama reklamai tidak merusak lingkungan, maka hal itu menjadi sesuatu yang baik seperti dicontohkan negara maju lainnya.
Baca SelengkapnyaSigit mengimbau dalam menyelesaikan masalah ini pihaknya juga akan mendorong adanya musyawarah. Sehingga kejadian bentrokan, seperti hari ini bisa dicegah.
Baca SelengkapnyaMahfud mengatakan warga Rempang sudah sepakat untuk direlokasi sebelum peristiwa bentrokan
Baca SelengkapnyaMeskipun berdekatan langsung, kawasan elite PIK 2 dan desa-desa di sekitarnya dipisahkan dengan tembok beton yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaMereka menolak keras penggusuran Pulau Rempang. Mereka juga menuntut pemerintah agar menghentikan praktik perampasan tanah terhadap warga Pulau Rempang.
Baca SelengkapnyaProyek reklamasi di teluk Jakarta berdampak pada banyak hal, salah satunya membuat hidup nelayan Muara Angke semakin susah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaBentrokan kembali terjadi antara warga Rempang, Kepulauan Riau, dengan PT Makmur Elok Graha (MEG).
Baca SelengkapnyaMasyarakat sekitar Penajam Paser Utara memang tidak menunjukan penolakannya terhadap IKN Nusantara.
Baca SelengkapnyaWarga memanfaatkan jalan pipa. Jalan tersebut tidak terhubung dengan jalan utama PIK 2.
Baca SelengkapnyaMenggunakan kapal tradisional, Calon Gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil menyambangi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (10/11).
Baca SelengkapnyaMahfud menyebut, kesalahan yang dilakukan oleh KLHK adalah mengeluarkan izin penggunaan tanah kepada pihak yang tidak berhak.
Baca Selengkapnya