4 Sebab Runtuhnya Bisnis Raja Kretek Kudus, Salah Satunya karena Perang Dunia II
Merdeka.com - Selama periode awal hingga pertengahan abad ke-20 tepatnya pada tahun 1918 hingga 1934, industri rokok kretek Tjap Bal Tiga milik Raja Kretek Kudus, Nitisemito, mencapai puncak kejayaan. Saat itu pabrik rokok miliknya menjadi yang terbesar se-Indonesia.
Produk-produk rokok miliknya tersebar luas ke seluruh penjuru Nusantara bahkan hingga ke negeri Belanda. Bahkan karena besarnya usaha miliknya, Nitisemito sanggup mempekerjakan belasan ribu buruh pabrik dan menyewa sebuah pesawat Fokker F-200 untuk mempromosikan rokok kretek-nya.
Namun mulai tahun 1939, pabrik rokok Tjap Bal Tiga mulai mengalami kemunduran secara perlahan hingga usaha itu bangkrut. Lantas faktor apa saja yang menyebabkan bisnis besar milik Sang Raja Kretek itu akhirnya harus berhenti? Berikut selengkapnya:
-
Bagaimana cukai rokok mempengaruhi industri? 'Ini kelihatannya sudah mulai jenuh. Ini kelihatan bahwa mungkin cukai ini akan menjadi pengendali dari industri hasil tembakau,' ujar Benny, Jakarta, Rabu (29/5).
-
Apa penyebab turunnya cukai rokok? Adapun penurunan penerimaan negara ini disebabkan oleh penurunan produksi sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM) atau rokok putih, membuat pemesanan pita cukai lebih rendah.
-
Bagaimana Kemendag mendukung industri rokok? Mendag menambahkan, Kemendag akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait agar pasokan tembakau dan cengkih dapat memenuhi kebutuhan industri rokok dengan mengutamakan hasil petani dalam negeri.
-
Siapa Crazy Rich Tulungagung yang sukses berbisnis rokok? Salah seorang crazy rich kelahiran Tulungagung ini punya kisah hidup yang inspiratif. Kesuksesannya menjadi pebisnis rokok tidak datang tiba-tiba. Ia pernah menjadi pembantu saat usianya masih belia.
-
Siapa yang memiliki Pabrik Cerutu Rizona saat ini? Kini pabrik itu dimiliki dari Pak Mulyadi, generasi ketiga dari pendiri pabrik itu, Hoo Tjong An.
-
Mengapa tembakau di Jawa Tengah berkembang pesat? Kondisi itu membuat pertanian tembakau di Jateng berkembang secara signifikan. Setiap daerah di Jateng bahkan punya karakteristik tembakau yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Kebingungan Memilih Penerus
©YouTube/BETA TV
Dalam bukunya yang berjudul “Raja Kretek; M. Nitisemito”, Erlangga Ibrahim dan Syahrizal Budi Putranto menyebut bahwa Nitisemito yang ingin punya anak laki-laki meminta izin pada Nasilah untuk menikah lagi. Istrinya mengizinkannya dan kemudian ia menikah dengan Sawirah. Dari pernikahan itu, Nitisemito dikaruniai anak laki-laki bernama Soemadji. Dialah yang digadang menjadi penerus bisnis rokok Nitisemito.
Namun hanya beberapa saat setelah Soemadji magang, Akhwan Markoem, cucu Nitisemito dari anak pertamanya, Nahari, berhasil menyelesaikan studinya. Nahari pun meminta ayahnya untuk mengangkat Akhwan memimpin perusahaan.
Dilansir dari Brilio.net, pada awalnya Nitisemito ragu atas permintaan itu. Apalagi waktu itu Akhwan belum berumur 20 tahun. Namun permintaan Nahari mendapat dukungan dari Nasilah. Di sisi lain, keputusan Nitisemito untuk memilih Akhwan jadi penerus mendapat peringatan dari sahabatnya. Menurutnya, Akhwan yang merupakan anak hasil didikan Eropa harus magang terlebih dahulu sebelum dijadikan pemimpin agar memiliki pengalaman.
Kesalahan Pemimpin Perusahaan
©YouTube/BETA TV
Sejak tahun 1936, Akhwan Markoem resmi menjabat sebagai direktur perusahaan. Dilansir dari Brilio.net, hal pertama yang dilakukan Akhwan sebagai pemimpin perusahaan adalah merekrut seorang akuntan dua Belanda, Hj Voren dan Poolman, untuk mengurus keuangan perusahaan. Kebijakan itulah yang membuat keadaan jadi semakin rumit. Apalagi sejak awal pemerintah Belanda telah mengincar Nitisemito yang dicurigai mendanai perjuangan tokoh-tokoh pergerakan nasional.
Maka dicarilah cara untuk menjebloskan Nitisemito dan perusahaannya ke ranah hukum. Uang yang tak terlacak dijadikan dalih bahwa Nitisemito tak membayar pajak yang menyebabkan pemerintah Belanda dirugikan hingga jutaan gulden.
Karena inilah kemudian rumah dan mobil Nitisemito disita. Akhwan yang mengetahui semua ini langsung menuduh M. Karmain, pemimpin perusahaan sebelumnya, sebagai pelaku. M. Karmain kemudian dijebloskan ke Penjara Sukamiskin. Namun enam bulan kemudian Karmain dibebaskan karena tidak ada bukti bahwa ia bersalah.
Pecahnya Perang Dunia II
©2017 Courtesy Library of Congress/Handout via REUTERS
Edy Supratno, pemerhati sejarah Kudus menjelaskan bahwa faktor lain yang menyebabkan hancurnya bisnis rokok kretek milik Nitisemito adalah pecahnya Perang Dunia II. Dia menjelaskan, saat Jepang masuk ke Indonesia, mereka merampas semua aset kekayaan pribumi, tak terkecuali perusahaan milik Raja Kretek itu. Akibat dari perampasan ini, sebanyak 15.000 buruh pabrik Tjap Bal Tiga dirumahkan.
Dalam buku berjudul “Rokok Kretek: Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara”, Amen Budiman menulis bahwa pada tahun 1944-1945, pemerintah Jepang sebenarnya telah memerintahkan Nitisemito untuk membuka pabriknya kembali. Namun usaha itu tetap mengalami kemacetan. Kondisi itulah yang tetap tak berubah hingga Sang Raja Kretek meninggal dunia pada tahun 1953.
Aset-Aset Peninggalan Nitisemito
©YouTube/BETA TV
Selepas meninggalnya Nitisemito, para keturunan Nitisemito menjalani kehidupan masing-masing. Gambaran bahwa mereka merupakan keturunan Raja Kretek pun tak terlihat. Beberapa aset peninggalan Nitisemito kabarnya juga telah dijual, di antaranya satu dari dua Rumah Kembar yang konon sudah berganti kepemilikan.
Sementara itu pabrik rokok seluas 6 hektare yang dulunya sanggup menampung belasan ribu karyawan kini telah hilang tak bersisa. Hal itu pula yang terjadi pada aset-aset lain milik Nitisemito seperti gedung bioskop, studio radio, dan juga Villa Nitisemo yang berada di Salatiga. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah Belanda gencar memperkenalkan tanaman tembakau untuk dijadikan sebagai rokok.
Baca SelengkapnyaPada masa jayanya, jumlah karyawan di perusahaan ini mencapai 2.000 orang
Baca SelengkapnyaMuseum itu menyimpan berbagai koleksi benda-benda pembuatan rokok kretek dari tradisional hingga modern.
Baca SelengkapnyaKondisi penurunan produksi ini juga berdampak terhadap realisasi penerimaan negara dari CHT.
Baca SelengkapnyaPabrik gula Madukismo adalah pabrik yang sudah berdiri puluhan tahun, sempat mengalami kerugian besar dan dibangkitkan kembali oleh Soeharto.
Baca SelengkapnyaPada era Hindia Belanda, pabrik ini menjadi andalan pemerintah waktu itu untuk menyuplai kebutuhan tembakau dunia.
Baca SelengkapnyaPenurunan produksi industri rokok diakibatkan kenaikan cukai eksesif pada periode 2023–2024.
Baca SelengkapnyaIndustri tekstil Tanah Air pernah berjaya. Bahkan perusahaan Indonesia sempat menyuplai seragam militer untuk 30 negara.
Baca SelengkapnyaSang cucu ini yang sampai saat ini meneruskan usahanya sekaligus menjabat Direktur Utama Sido Muncul.
Baca SelengkapnyaMakam crazy rich Tulungagung ini dikelilingi 2.999 arca. Intip potret megahnya
Baca SelengkapnyaSalah satu yang dikhawatirkan yakni kenaikan cukai 2025
Baca SelengkapnyaPabrik cerutu tertua di Indonesia didirikan oleh Belanda pada tahun 1918 di Yogyakarta dan sampai sekarang masih berdiri melayani pasar lokal dan internasional.
Baca Selengkapnya