Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

4 Sebab Runtuhnya Bisnis Raja Kretek Kudus, Salah Satunya karena Perang Dunia II

4 Sebab Runtuhnya Bisnis Raja Kretek Kudus, Salah Satunya karena Perang Dunia II Nitisemito Raja Kretek dari Kudus. ©YouTube/BETA TV

Merdeka.com - Selama periode awal hingga pertengahan abad ke-20 tepatnya pada tahun 1918 hingga 1934, industri rokok kretek Tjap Bal Tiga milik Raja Kretek Kudus, Nitisemito, mencapai puncak kejayaan. Saat itu pabrik rokok miliknya menjadi yang terbesar se-Indonesia.

Produk-produk rokok miliknya tersebar luas ke seluruh penjuru Nusantara bahkan hingga ke negeri Belanda. Bahkan karena besarnya usaha miliknya, Nitisemito sanggup mempekerjakan belasan ribu buruh pabrik dan menyewa sebuah pesawat Fokker F-200 untuk mempromosikan rokok kretek-nya.

Namun mulai tahun 1939, pabrik rokok Tjap Bal Tiga mulai mengalami kemunduran secara perlahan hingga usaha itu bangkrut. Lantas faktor apa saja yang menyebabkan bisnis besar milik Sang Raja Kretek itu akhirnya harus berhenti? Berikut selengkapnya:

Kebingungan Memilih Penerus

nitisemito raja kretek dari kudus

©YouTube/BETA TV

Dalam bukunya yang berjudul “Raja Kretek; M. Nitisemito”, Erlangga Ibrahim dan Syahrizal Budi Putranto menyebut bahwa Nitisemito yang ingin punya anak laki-laki meminta izin pada Nasilah untuk menikah lagi. Istrinya mengizinkannya dan kemudian ia menikah dengan Sawirah. Dari pernikahan itu, Nitisemito dikaruniai anak laki-laki bernama Soemadji. Dialah yang digadang menjadi penerus bisnis rokok Nitisemito.

Namun hanya beberapa saat setelah Soemadji magang, Akhwan Markoem, cucu Nitisemito dari anak pertamanya, Nahari, berhasil menyelesaikan studinya. Nahari pun meminta ayahnya untuk mengangkat Akhwan memimpin perusahaan.

Dilansir dari Brilio.net, pada awalnya Nitisemito ragu atas permintaan itu. Apalagi waktu itu Akhwan belum berumur 20 tahun. Namun permintaan Nahari mendapat dukungan dari Nasilah. Di sisi lain, keputusan Nitisemito untuk memilih Akhwan jadi penerus mendapat peringatan dari sahabatnya. Menurutnya, Akhwan yang merupakan anak hasil didikan Eropa harus magang terlebih dahulu sebelum dijadikan pemimpin agar memiliki pengalaman.

Kesalahan Pemimpin Perusahaan

nitisemito raja kretek dari kudus

©YouTube/BETA TV

Sejak tahun 1936, Akhwan Markoem resmi menjabat sebagai direktur perusahaan. Dilansir dari Brilio.net, hal pertama yang dilakukan Akhwan sebagai pemimpin perusahaan adalah merekrut seorang akuntan dua Belanda, Hj Voren dan Poolman, untuk mengurus keuangan perusahaan. Kebijakan itulah yang membuat keadaan jadi semakin rumit. Apalagi sejak awal pemerintah Belanda telah mengincar Nitisemito yang dicurigai mendanai perjuangan tokoh-tokoh pergerakan nasional.

Maka dicarilah cara untuk menjebloskan Nitisemito dan perusahaannya ke ranah hukum. Uang yang tak terlacak dijadikan dalih bahwa Nitisemito tak membayar pajak yang menyebabkan pemerintah Belanda dirugikan hingga jutaan gulden.

Karena inilah kemudian rumah dan mobil Nitisemito disita. Akhwan yang mengetahui semua ini langsung menuduh M. Karmain, pemimpin perusahaan sebelumnya, sebagai pelaku. M. Karmain kemudian dijebloskan ke Penjara Sukamiskin. Namun enam bulan kemudian Karmain dibebaskan karena tidak ada bukti bahwa ia bersalah.

Pecahnya Perang Dunia II

di perang dunia i

©2017 Courtesy Library of Congress/Handout via REUTERS

Edy Supratno, pemerhati sejarah Kudus menjelaskan bahwa faktor lain yang menyebabkan hancurnya bisnis rokok kretek milik Nitisemito adalah pecahnya Perang Dunia II. Dia menjelaskan, saat Jepang masuk ke Indonesia, mereka merampas semua aset kekayaan pribumi, tak terkecuali perusahaan milik Raja Kretek itu. Akibat dari perampasan ini, sebanyak 15.000 buruh pabrik Tjap Bal Tiga dirumahkan.

Dalam buku berjudul “Rokok Kretek: Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara”, Amen Budiman menulis bahwa pada tahun 1944-1945, pemerintah Jepang sebenarnya telah memerintahkan Nitisemito untuk membuka pabriknya kembali. Namun usaha itu tetap mengalami kemacetan. Kondisi itulah yang tetap tak berubah hingga Sang Raja Kretek meninggal dunia pada tahun 1953.

Aset-Aset Peninggalan Nitisemito

omah kembar

©YouTube/BETA TV

Selepas meninggalnya Nitisemito, para keturunan Nitisemito menjalani kehidupan masing-masing. Gambaran bahwa mereka merupakan keturunan Raja Kretek pun tak terlihat. Beberapa aset peninggalan Nitisemito kabarnya juga telah dijual, di antaranya satu dari dua Rumah Kembar yang konon sudah berganti kepemilikan.

Sementara itu pabrik rokok seluas 6 hektare yang dulunya sanggup menampung belasan ribu karyawan kini telah hilang tak bersisa. Hal itu pula yang terjadi pada aset-aset lain milik Nitisemito seperti gedung bioskop, studio radio, dan juga Villa Nitisemo yang berada di Salatiga. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Rokok Kretek Indonesia, Awalnya untuk Obat Sesak Napas
Sejarah Rokok Kretek Indonesia, Awalnya untuk Obat Sesak Napas

Pemerintah Belanda gencar memperkenalkan tanaman tembakau untuk dijadikan sebagai rokok.

Baca Selengkapnya
Sejarah Pabrik Cerutu Taru Martani di Jogja, Sudah Berusia Lebih dari 100 Tahun
Sejarah Pabrik Cerutu Taru Martani di Jogja, Sudah Berusia Lebih dari 100 Tahun

Pada masa jayanya, jumlah karyawan di perusahaan ini mencapai 2.000 orang

Baca Selengkapnya
Jadi Lokasi Syuting Film Gadis Kretek, Ini Fakta Menarik Museum Kretek Kudus
Jadi Lokasi Syuting Film Gadis Kretek, Ini Fakta Menarik Museum Kretek Kudus

Museum itu menyimpan berbagai koleksi benda-benda pembuatan rokok kretek dari tradisional hingga modern.

Baca Selengkapnya
Produksi Industri Rokok Terus Mengalami Penurunan, Pengusaha Ungkap Penyebabnya
Produksi Industri Rokok Terus Mengalami Penurunan, Pengusaha Ungkap Penyebabnya

Kondisi penurunan produksi ini juga berdampak terhadap realisasi penerimaan negara dari CHT.

Baca Selengkapnya
Jungkir Balik Pabrik Gula Madukismo, Monumen Bangsawan yang Pernah Mati Suri dan Dibangkitkan Kembali oleh Soeharto
Jungkir Balik Pabrik Gula Madukismo, Monumen Bangsawan yang Pernah Mati Suri dan Dibangkitkan Kembali oleh Soeharto

Pabrik gula Madukismo adalah pabrik yang sudah berdiri puluhan tahun, sempat mengalami kerugian besar dan dibangkitkan kembali oleh Soeharto.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Pabrik Cerutu Rizona di Temanggung, Sudah Berdiri sejak 1908
Mengunjungi Pabrik Cerutu Rizona di Temanggung, Sudah Berdiri sejak 1908

Pada era Hindia Belanda, pabrik ini menjadi andalan pemerintah waktu itu untuk menyuplai kebutuhan tembakau dunia.

Baca Selengkapnya
Ini Dampaknya Jika Cukai Rokok Terus Naik
Ini Dampaknya Jika Cukai Rokok Terus Naik

Penurunan produksi industri rokok diakibatkan kenaikan cukai eksesif pada periode 2023–2024.

Baca Selengkapnya
Kini Banyak PHK, Ternyata Industri Tekstil di Solo Ini Pernah Pasok Seragam Militer 30 Negara
Kini Banyak PHK, Ternyata Industri Tekstil di Solo Ini Pernah Pasok Seragam Militer 30 Negara

Industri tekstil Tanah Air pernah berjaya. Bahkan perusahaan Indonesia sempat menyuplai seragam militer untuk 30 negara.

Baca Selengkapnya
Jatuh Bangun Produsen Jamu Terbesar di Indonesia, Pernah Punya Utang Ratusan Miliar
Jatuh Bangun Produsen Jamu Terbesar di Indonesia, Pernah Punya Utang Ratusan Miliar

Sang cucu ini yang sampai saat ini meneruskan usahanya sekaligus menjabat Direktur Utama Sido Muncul.

Baca Selengkapnya
Pernah Jadi Pembantu saat Kecil, Makam Crazy Rich Tulungagung Dikelilingi 2.999 Arca
Pernah Jadi Pembantu saat Kecil, Makam Crazy Rich Tulungagung Dikelilingi 2.999 Arca

Makam crazy rich Tulungagung ini dikelilingi 2.999 arca. Intip potret megahnya

Baca Selengkapnya
Isi Tuntutan Buruh Rokok Jatim kepada Pemerintah
Isi Tuntutan Buruh Rokok Jatim kepada Pemerintah

Salah satu yang dikhawatirkan yakni kenaikan cukai 2025

Baca Selengkapnya
Masih Beroperasi sampai Sekarang, Inilah Pabrik Cerutu Tertua di Indonesia yang Didirikan oleh Orang Belanda
Masih Beroperasi sampai Sekarang, Inilah Pabrik Cerutu Tertua di Indonesia yang Didirikan oleh Orang Belanda

Pabrik cerutu tertua di Indonesia didirikan oleh Belanda pada tahun 1918 di Yogyakarta dan sampai sekarang masih berdiri melayani pasar lokal dan internasional.

Baca Selengkapnya