5 Kesaksian Warga saat Tragedi Kanjuruhan, dari Penonton hingga Penjaga Warung
Merdeka.com - Tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang menjadi duka mendalam bagi bangsa. Dalam peristiwa itu, banyak korban yang meninggal mengenaskan. Korban meninggal karena sulit bernapas, luka terinjak-injak, hingga patah tulang.
Beberapa orang saksi mata bercerita tentang suasana mencekam di Kanjuruhan. Keadaan itu tak hanya terjadi di dalam stadion saja, tapi di luar stadion juga terjadi kerusuhan. Aparat menembakkan gas air mata di dalam stadion dan di luar stasion, massa saling lempar benda ke arah aparat.
Akibatnya, mereka yang tak ikut-ikutan rusuh ikut jadi korban. Tak sedikit dari mereka yang meninggal adalah perempuan dan balita.Berikut ini kesaksian beberapa warga tentang Tragedi Kanjuruhan:
-
Kenapa suporter meninggal di Stadion Kanjuruhan? Banyaknya korban jiwa disebabkan penggunaan gas air mata oleh polisi dan diperparah pintu stadion terkunci sehingga terjadi penumpukan massa di satu lokasi.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Apa yang terjadi di kuburan massal? Menurut Pak Darmadi, di makam yang berada tepat di bawah sutet tegangan tinggi itu terdapat puluhan jasad korban anggota PKI.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Di mana kerusuhan terjadi? Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
Kericuhan di Dalam Stadion
©2022 REUTERS/Stringer
Suasana saat Tragedi Kanjuruhan diceritakan seorang suporter Arema FC bernama Rezki Wahyu dalam akun Twitter-nya @RezqiWahyu. Ia bercerita, tragedi itu bermula saat peluit panjang dibunyikan wasit. Saat itu, para pelatih dan pemain Arema tampak memberikan gestur minta maaf ke suporter.
Namun saat itu, seorang suporter nekat turun dari tribun lalu mendekati pemain asing Arema FC, Sergio Silva dan Adilson Maringa. Ia tampak memberikan motivasi dan kritik. Namun ada oknum Arema lagi yang ikut masuk dan meluapkan kekecewaan pada pemain Arema.
Masuknya oknum-oknum tersebut membuat makin banyak orang yang memaksakan diri masuk ke dalam lapangan. Lemparan barang dari arah tribun semakin tak terkendali. Karena situasinya makin sulit, pihak aparat melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur suporter.
Namun mereka melakukan sikap yang sangat keras pada suporter. Mereka memukul suporter dengan tongkat dan tameng. Ada pula dari mereka yang dikeroyok. Hingga akhirnya aparat menembakkan gas air mata.
Gas Air Mata Mengepung Suporter
©2022 REUTERS/Stringer
Rezki menulis, puluhan gas air mata ditembakkan ke arah suporter. Setiap sudut lapangan dipenuhi gas air mata. Situasi ini membuat suporter panik di atas tribun dan mencari pintu keluar.
Di saat itu pintu keluar sudah penuh sesak oleh penonton yang ingin melarikan diri. Saat itu, banyak ibu-ibu, wanita, orang tua, dan anak kecil yang terlihat sesak tak berdaya.
“Mereka juga terlihat sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet,” kata Rezki, seperti dikutip dari Liputan6.com.
Kesaksian Penjaga Warung
©2022 REUTERS TV
Rehan, penjaga warung di depan Stadion Kanjuruhan, mengatakan bahwa pada pukul 11 malam, suporter yang tidak terlibat kericuhan datang ke warungnya. Kebanyakan mereka adalah wanita dan anak-anak.
Namun saat terjadi pembakaran mobil di depan stadion, kondisi warungnya jadi tak kondusif. Usai pembakaran itu, para aparat menembakkan gas air mata di depan warung itu. Hal ini membuat para pengunjung langsung berhamburan.
Terhitung tiga kali aparat menembakkan gas air mata ke depan warungnya. Ia mengaku ngeri melihat tangisan perempuan dan anak-anak.
“Sempat saya tanyakan ke polisi pagi tadi (3/10). Katanya kemungkinan itu salah tembak kalau sampai masuk warung. Tapi ya masak salah tembak sampai tiga kali,” kata Rehan dikutip dari ANTARA.
Kesaksian Pemain Asing Arema FC
©2022 REUTERS TV
Sementara itu, pemain asing Arema FC, Abel Camara, bersaksi pada media Portugal, Misfutebol, mengatakan saat para pemain Arema mendekati tribun dan meminta maaf, para suporter justru mencoba menyerbu lapangan. Melihat itu, para pemain langsung menuju ke ruang ganti.
Sejak saat itu, suasana jadi mencekam. Ia melihat dengan mata dan kepalanya sendiri mayat tergeletak di ruang ganti Arema FC.
“Kami melihat orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki tujuh sampai delapan orang tewas di ruang ganti,” kata Abel dikutip dari Bola.com.
Penyebab Kericuhan
©2022 AFP
Aremania Korwil Bantur The Black Lion, Slamet Sanjoko, mengatakan bahwa selama pertandingan suasana berjalan kondusif. Namun usai pertandingan, dua orang suporter ingin berfoto dengan salah seorang pemain Arema FC. Mereka memaksa untuk diperbolehkan masuk ke area lapangan. Petugas tak punya pilihan untuk memperbolehkan mereka masuk.
Adanya dua suporter yang berhasil masuk lapangan membuat suporter lain ingin ikut masuk. Slamet mengaku harus bersusah payah untuk menghalau rekan-rekannya sesama Aremania Korwil Bantur ikut masuk ke lapangan.
“Dua anak itu, ternyata mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan. Pemicunya ada di situ,” kata Slamet dikutip dari ANTARA.
Melihat situasi memburuk, Slamet bersama rekan-rekan segera mengemasi bendera yang mereka bawa. Mereka segera mencari jalan keluar hingga bisa keluar gerbang tiga menit kemudian. Sejak saat itu, ia tak tahu lagi seperti apa kondisi di dalam stadion.
Suasana Minggu Pagi di Kanjuruhan
©2022 AFP
Minggu pagi (2/10), beberapa saat setelah Tragedi Kanjuruhan, suasana di depan stadion sepi. Biasanya kalau hari Minggu, suasana di depan stadion selalu ramai aktivitas warga yang menikmati akhir pekan. Justru yang tersisa pagi itu adalah kaca botol, batu ban bekas, dan juga sisa pembakaran kayu dan mobil yang berserakan, sisa-sisa kerusuhan Tragedi Kanjuruhan yang terjadi malam sebelumnya.
Beranjak siang, para warga yang penasaran mulai berdatangan. Ada Ika, seorang guru TK yang salah seorang wali murid di sekolahnya menjadi korban meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan.
Lalu ada pula Ahmad, seorang remaja yang juga menyaksikan pertandingan Arema versus Persebaya dari tribun VIP. Ahmad mengaku tidak bisa menerima kekalahan Arema atas Persebaya, apalagi ia ingin agar Arema juara. Namun ia menyesal atas kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan.
“Menurut saya itu tidak penting, karena merugikan negara kita Indonesia,” kata Ahmad dikutip dari YouTube Liputan6 pada Minggu (3/10). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaKekerasan dalam sepak bola masih jadi PR berat bagi Indonesia. Sejak tahun 1994 hingga 1 Oktober 2022, sebanyak 230 nyawa melayang karena sepak bola.
Baca SelengkapnyaStadion sepak bola Jakarta International Stadium (JIS) kembali menjadi sorotan publik karena ternyata tidak memenuhi standar FIFA .
Baca SelengkapnyaSetahun lalu, 1 Oktober 2022 peristiwa berdarah yang menewaskan ratusan orang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Hingga kini, korban belum dapat keadilan.
Baca SelengkapnyaMenjadi jurnalis perempuan yang meliput sepak bola bak dua mata pisau berlawanan. Pada satu sisi bisa memperoleh kemudahan, tapi bisa juga jadi korban kekerasan
Baca SelengkapnyaBentrokan antara suporter dan aparat keamanan terjadi, memaksa polisi untuk menggunakan gas air mata guna menghindari eskalasi lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaPolisi menjelaskan peristiwa pembakaran rumput di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaPSSI menggelar nonton bareng Semifinal Piala Asia 2024 antara Indonesia vs Uzbekistan di GBK.
Baca SelengkapnyaPutu Kholis menegaskan keberpihakannya kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaMiftahudin Ramli (53) alias Midun menggelar aksi solidaritas dengan bersepeda dari Kota Batu ke ke Jakarta. Dia membawa keranda di sepanjang perjalanannya.
Baca SelengkapnyaAda 73 keluarga korban yang menuntut restitusi. Permohonan itu sendiri diajukan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Baca SelengkapnyaProses evakuasi masih terus dilakukan. Laporan awal, penumpang selamat semua namun mengalami luka-luka.
Baca Selengkapnya