Batu Bara Rendah Kalori Bisa Bermanfaat untuk Pertanian, Ini Hasil Penelitian UGM
Teknologi ekstraksi asam humat dikembangkan UGM bekerja sama dengan PT Bukit Asam.
Teknologi ekstraksi asam humat dikembangkan UGM bekerja sama dengan PT Bukit Asam
Batu Bara Rendah Kalori Bisa Bermanfaat untuk Pertanian, Ini Hasil Penelitian UGM
Indonesia merupakan negara dengan ekspor batu bara yang cukup besar. Namun cadangan batu bara yang dimiliki didominasi oleh batu bara peringkat rendah sehingga nilai harga jualnya rendah bahkan tidak laku di pasaran.
-
Bagaimana bahan bakar ramah lingkungan ini mengurangi emisi? Dengan kandungan sulfur dibatasi maksimum sebesar 0,5 persen, bahan bakar kapal itu bisa digunakan pada mesin diesel kapal dengan putaran rendah dan mengurangi emisi gas buang dari pembakaran mesin kapal.
-
Bagaimana gas bumi bisa jadi energi bersih? Gas bumi juga dapat dikategorikan sebagai energi bersih jika dalam prosesnya menerapkan teknologi carbon capture and storage (CCS), yaitu teknologi menangkap CO2 dan menginjeksikannya kembali ke perut bumi.
-
Apa yang ditemukan di pertambangan batu bara? Penambang menemukan kapal Romawi kuno di pertambangan batu bara terbuka yang luas di Kostolac, Serbia.
-
Bagaimana cara peneliti mengetahui fungsi batu penggiling? Tim peneliti juga menemukan batu penggiling berukuran 26 cm x 34 cm. Batu tersebut memiliki bagian atas yang licin dan cekung, para ahli meyakini bahwa batu tersebut terutama digunakan untuk menggiling biji-bijian menjadi tepung.
-
Kenapa bahan bakar ini diklaim ramah lingkungan? Melalui pemanfaatan air laut ini, diharapkan akan menjadi sumbangsih dalam perwujudan energi bersih dan terjangkau di Indonesia.
-
Bagaimana para peneliti membuktikan penggunaan perkakas baja? Untuk membuktikan stelae ini dikerjakan dengan menggunakan perkakas baja, para peneliti menganalisis sebilah pahat besi yang ditemukan di Rocha do Vigio, Portugal, yang juga berasal dari Zaman Perunggu Akhir.
Kondisi ini membuat banyak produsen batu bara melakukan peningkatan nilai kalori batu bara dengan upgrading browning coal, namun memakan biaya yang cukup besar sehingga secara ekonomi dianggap tidak efisien.
Peneliti dari Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Ferian Anggara, mengatakan bahwa batu bara dengan nilai kalori rendah dapat memiliki nilai tambah dengan perlakuan proses grinding, oksidasi, dan ekstraksi sehingga bisa menghasilkan produk asam humat.
Produk asam humat ini memiliki manfaat di bidang pertanian karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dalam menyerap unsur hara, resistensi air, dan meningkatkan kapasitas pertukaran kation.
“Asam humat itu bisa dipakai bersama dengan pupuk untuk meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap pupuk. Sebab asam humat dapat memperbaiki kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan bisa diserap tanaman dengan lebih baik. Jadi asam humat itu bisa memperbaiki media tanam, sangat penting untuk pertanian,”
kata Ferian dikutip dari Liputan6.com.
Ferian mengatakan riset teknologi ekstraksi asam humat dari batu bara itu menjalin kerja sama dengan PT Bukit Asam yang diketahui memiliki IUP Peranap di mana terdapat produksi batu bara dengan nilai kalori yang rendah.
“Mereka kesulitan untuk menjual produk batu baranya. Salah satu hal yang kami ajukan adalah dengan memanfaatkan batu bara peranap tersebut menggunakan ekstraksi asam humat ini,” kata Ferian.
Ia melanjutkan, dari hasil penelitannya setiap ekstraksi satu ton batu bara peranap mampu menghasilkan 50 persen asam humat (500 kilogram). Padahal awalnya tim dari Ferian Anggara hanya menargetkan hasil ekstraksi asam humat sebesar 20 persen setiap satu ton batu bara peranap dan nilai kalori batu barapun meningkat sebesar 20 persen setelah dilakukan ekstraksi.
“Jadi hasil akhir dari ekstraksi asam humat ini ada dua, bisa menghasilkan asam humat yang bisa kita jual dan sisanya batu bara dengan peningkatan nilai jumlah kalori yang signifikan,” ujar Ferian.
Ia menjelaskan teknologi ekstraksi asam humat itu sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah batu bara yang diatur dalam UU Nomor 3 Tahun 2020. Kerja sama pengembangan teknologi ekstraksi asam humat yang dilakukan UGM dan Bukit Asam adalah percepatan hilirisasi produk asam humat agar dapat diproduksi secara massal.
“Tahun depan pada 2024 kami akan membuat prototipe dengan skala produksi asam humat 60 ton per tahun dari batu bara peranap di wilayah Riau Tengah,” pungkas Ferian.