Indonesia Bakal Produksi Emas Sendiri, Totalnya Mencapai 70 Ton per Tahun
Ini menandakan berakhirnya ketergantungan Indonesia pada ekspor konsentrat yang selama ini belum bisa memanen mineral secara maksimal.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso mengatakan bahwa dengan selesainya proyek smelter tembaga dan pabrik pengolahan logam mulia (precious metal refinery) di Manyar, Gresik, Indonesia akan memiliki kapasitas produksi emas sendiri, yang diperkirakan mencapai 50 hingga 70 ton per tahun.
Ini menandakan berakhirnya ketergantungan Indonesia pada ekspor konsentrat yang selama ini belum bisa memanen mineral secara maksimal.
"Alhamdulillah dengan selesainya smelter tembaga dan precious metal refinery yang ada di Manyar Gersik ini InsyaAllah ke depan Indonesia akan punya produksi emas sendiri, kisarannya 50-70 ton," kata Hendi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, di Jakarta, Rabu (4/12).
Kabar baik lainnya datang dari proyek hilirisasi dari sektor alumunium, di mana Inalum kini telah berhasil menciptakan sinergi dengan Aneka Tambang dalam pemanfaatan bauksit untuk pabrik aluminiumnya.
Hendi bercerita, bahwa sebelumnya, Indonesia terpaksa mengekspor bauksit dengan harga yang sangat rendah, di bawah USD 20 per ton. Namun, berkat sinergi yang terjalin, bahan baku tersebut kini dapat diproses menjadi aluminium dengan nilai jual mencapai USD 2.400 per ton.
Ekosistem Industri Terintegrasi
"Karena sudah ada sinergi dengan Aneka Tambang dari Bauksit yang dulunya kalau kita ekspor itu hanya di bawah USD 20. Sekarang dengan sinergi yang terjadi dari bahan yang nilainya di bawah USD 20 ini kita sudah bisa menjual di ujung dengan harga USD 2.400 begitu menjadi aluminium," ujarnya.
Menurutnya, hal ini menciptakan ekosistem industri yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, dimulai dari pengolahan bauksit menjadi alumina, lalu alumina menjadi aluminium.
Tidak hanya di sektor logam, MIND ID juga fokus pada hilirisasi di sektor energi, khususnya batubara. Bukit Asam, salah satu entitas dalam MIND ID, telah membangun PLTU mulut tambang di Tanjung Enim dengan kapasitas 2 x 390 MW. Proyek pembangkit listrik ini diharapkan dapat mendukung pasokan energi domestik sekaligus memperkuat peran Bukit Asam dalam sektor kelistrikan Indonesia.