Demo Tolak UU Omnibus Law di Jogja Berakhir Rusuh, Ini 4 Fakta Terbarunya
Merdeka.com - Pada Kamis (8/10) siang, aksi unjuk rasa menolak omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja oleh berbagai elemen buruh, mahasiswa, serta pelajar di depan Gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, berlangsung ricuh.
Aksi yang dimulai sekitar pukul 11.00 WIB itu awalnya berlangsung damai dengan orasi secara bergantian berisi tuntutan penolakan UU Cipta Kerja.
Namun saat gelombang massa semakin bertambah, kerusuhan tak bisa terhindarkan. Sejumlah lemparan batu dan botol air minum beterbangan di depan Gedung DPRD DIY yang berlokasi di Jalan Malioboro itu. Pelemparan batu melebar di sekitar area gedung DPRD DIY hingga mengenai sejumlah bangunan.
-
Dimana demo buruh berlangsung? Elemen buruh melakukan rasa di daerah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
-
Mengapa demo buruh dilakukan? Elemen buruh melakukan rasa di daerah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
-
Kapan demo buruh terjadi? Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Latif Usman menerangkan, pada 14.31 Wib, polisi mendapat laporan massa buruh berdemontrasi di jalan arteri tepatnya sekitar exit tol Cikarang.
-
Apa tuntutan utama aksi demo? Reza Rahadian ikut turun ke jalan dan berorasi di depan gedung DPR RI untuk menolak RUU Pilkada dan mendukung putusan Mahkamah Konstitusi.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
Polisi yang membuat barikade tak mampu menahan gelombang massa sehingga menggerakkan mobil water canon. Selain itu, polisi juga menembakkan gas air mata ke arah massa aksi. Berikut selengkapnya:
Telah Mempersilakan Masuk
©2020 Merdeka.com
Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengaku menyayangkan aksi yang berujung ricuh. Baginya, penyampaian aspirasi seperti itu justru menodai kemurnian perjuangan para buruh. Sejak awal, ia mengaku telah mempersilakan para peserta aksi memasuki gedung DPRD DIY secara baik-baik.
"Dari awal kami sampaikan silakan masuk gedung DPRD dan kami temui baik baik jangan berbuat kerusuhan. Inilah yang sangat disayangkan. Semoga tidak terjadi kembali aksi yang tidak tertib. Kepada pihak-pihak yang menghendaki kerusuhan kami minta segera menghentikannya," kata Huda dikutip dari ANTARA pada Kamis (8/10).
Lakukan Konvoi
©2020 Merdeka.com/Purnomo Edi
Sebelum menuju ke Gedung DPRD DIY, para demonstran berkumpul dulu di beberapa titik yang ditentukan. Salah satu titik kumpul ada di Bundaran UGM. Dari sana mereka kemudian melakukan konvoi jalan kaki menuju Gedung DPRD.
Sesampainya di Gedung DPRD, aksi unjuk rasa pada awalnya berjalan damai. Namun kericuhan tak bisa terelakkan saat massa dihalau petugas untuk masuk ke Gedung DPRD.
Berjalan Ricuh
©YouTube/Jogja TV
Dilansir dari YouTube TvOneNews, aksi unjuk rasa itu berakhir ricuh. Kerusuhan di dalam Gedung DPRD itu menyebabkan sejumlah fasilitas di sana rusak. Namun kericuhan sempat mereda setelah ada negosiasi antara massa dengan pihak DPRD. Namun sesaat kemudian kericuhan kembali meletus.
Diduga, kericuhan kedua terjadi karena adanya dua gelombang yang datang ke Gedung DPRD DIY. Gelombang pertama yang datang adalah para buruh. Lalu gelombang kedua terdiri dari massa dan mahasiswa. Selain merusak fasilitas di dalam gedung, kerusakan meluber ke sejumlah pertokoan yang ada di sekitar gedung.
Restoran Legian Terbakar
©2020 Merdeka.com
Salah satu pertokoan yang rusak dari demo itu adalah Restoran Legian yang berada di selatan Kompleks Gedung DPRD DIY. Dilansir dari Liputan6.com, kebakaran itu terjadi pukul 15.45 WIB saat aksi yang dinamakan “Jogja Memanggil” itu sudah tidak kondusif.
Diduga kuat, restoran itu terbakar karena menjadi sasaran amuk massa. Beruntung, api cepat dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran sehingga tak merembet ke bangunan lainnya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demo ini menuntut DPR agar tidak mengesahkan RUU Pilkada.
Baca SelengkapnyaKehadiran mereka disambut sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di sekitar gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaMereka coba kembali mendekati gedung DPRD sambil melempar botol, kayu dan batu.
Baca SelengkapnyaReaksi polisi kabur diskak advokat karena debat keras soal halangi bantuan hukum untuk para demonstran yang ditangkap.
Baca SelengkapnyaPengunjuk rasa dari berbagai kelompok elemen masyarakat mengepung Gedung DPR untuk menolak pengesahan revisi UU Pilkada.
Baca SelengkapnyaPolisi dan mahasiswa saling halau. Mahasiswa yang mundur ke depan kampung Universitas Diponegoro menghalau polisi kembali ke Gedung DPRD Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaDi sisi kanan, massa membakar ban bekas dan melemparkan botol-botol ke arah barikade petugas yang berada di dalam kawasan Gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaDalam aksinya mereka meminta pemerintah mencabut Omnibus Law Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja beserta PP Turunannya.
Baca SelengkapnyaTotal sebanyak empat pagar DPR jebol oleh demonstran yang menolak pengesahan RUU Pilkada.
Baca SelengkapnyaSituasi telrihat masih kondusif. Massa buruh hanya duduk sambil mendengarkan orasi politik dari mobil pikap komando.
Baca SelengkapnyaMeski revisi UU Pilkada dibatalkan, ribuan mahasiswa di Surabaya tetap berunjuk rasa mengawal putusan MK hingga ditetapkan sebagai PKPU.
Baca SelengkapnyaAksi bertajuk "Jogja Memanggil" ini membawa sejumlah tuntutan di antaranya penolakan pada revisi RUU Pilkada.
Baca Selengkapnya