Kisah Haru Guru yang Tetap Mengajar Saat Pandemi Corona, Tak Semua Siswa Punya HP
Merdeka.com - Sampai saat ini persebaran wabah virus corona masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Hal tersebut membuat pemerintah mengambil beberapa langkah untuk mencegah persebarannya.
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kepada masyarakat adalah untuk berada di rumah sehingga meminimalisir aktivitas luar raungan. Kebijakan tersebut juga berdampak di lingkungan pendidikan yang mengharuskan para murid untuk belajar di rumah dengan metode online.
Namun, dengan metode tersebut tidak semua anak dan guru bisa melakukannya dengan sesuai. Salah satunya adalah guru yang bernama Avan atau Avan Fathurrahma.
-
Bagaimana guru Banyuwangi harus beradaptasi? Guru harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang sesuai dengan jaman generasi sekarang.
-
Bagaimana guru mengatasi kesulitannya? Dalam video, guru laki-laki itu memperlihatkan nama muridnya Revaveroesy Veisaqireina Mulawarman. “Hi guys, nomor 19 bacanya gimana ya?“ katanya dalam video, diunggah akun Twitter @kegblgnunfaedh, pada Selasa (1/8). Saat sang guru kesulitan kesulitan menyebut nama muridnya. Murid-muridnya yang ada di dalam kelas sontak tertawa.
-
Apa yang dilakukan guru ini? Pada 2 November 2023, dalam video tersebut, sang guru musik menggambarkan perbedaan drastis antara murid-muridnya yang dapat bersekolah dengan bahagia dan anak-anak Palestina yang mengalami penderitaan yang tak terbayangkan.Gedung sekolah di Palestina telah dihancurkan, guru-serta teman mereka hilang, bahkan keluarga mereka juga tidak selamat dari serangan.
-
Bagaimana guru ini menyampaikan pesannya? Tri Adinata dengan penuh empati menyampaikan pesannya, bahwa anak-anak Palestina juga berhak mendapatkan pendidikan dan kebahagiaan seperti anak-anak di tempat lain.
-
Kapan seorang guru berdedikasi? Guru rela membakar diri demi menerangi jalan murid-muridnya. Guru mengabdikan hidupnya untuk mencerdaskan anak bangsa. Guru bekerja dengan hati, bukan sekadar profesi.
-
Kenapa seorang guru begitu penting? Guru adalah ujung tombak generasi tunas bangsa. Guru adalah pencetak generasi penerus yang berkualitas. Tanpa guru, sebuah bangsa tidak akan memiliki pemuda berprestasi.
Informasi yang didapatkan dari akun facebook pribadinya, Pak Avan merupakan guru di Sekolah Dasar Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Ia pun menceritakan perjuangannya saat harus tetap mengajar di tengah pandemi corona.
Murid tidak punya sarana untuk belajar di rumah
Facebook - Avan Fathurrahman
Pak Avan rela menyambangi rumah siswanya satu per satu bahkan dengan jarak tempuh yang sangat jauh. Hal itu dilakukan karena keterbatasan teknologi yang dimilikinya dan para siswanya. Setelah kebijakan belajar di rumah tersebut dikeluarkan oleh Mendikbud, Pak Avan kebingungan bagaimana metode belajar online bisa Ia lakukan.
"Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid," tulisnya.
Bahkan beberapa orang tua siswa juga mengusahakan hal ini dengan mencari pinjaman uang guna membeli perangkat telepon pintar. Kemudian hal itu dilarang oleh Pak Avan karena nantinya akan membebani.
"Karena mendengar kabar bahwa rata-rata, anak-anak harus belajar dari HP cerdas. Saya terkejut mendengar penuturannya. Lalu pelan-pelan saya bicara. Saya melarangnya. imbuhnya.
Pak Avan juga mengimbau kepada murid dan wali murid untuk belajar di rumah dengan menggunakan buku-buku pelajaran yang telah di pinjamkan dari pihak sekolah.
"Saya memberikan pemahaman bahwa belajar di rumah, tidak harus lewat HP. Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah," tambah Pak Avan.
Berkeliling ke rumah siswa
Facebook - Avan Fathurrahman
Akhirnya dengan ketulusan hatinya, Pak Avan rela berkeliling ke rumah siswa yang jaraknya tidak saling berdekatan. Proses pembelajaran keliling tersebut dilakukannya tiga kali dalam satu minggu.
"Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari. saya memang harus keliling ke rumah-rumah siswa, setidaknya 3 kali dalam seminggu. Medan yang saya tempuh juga lumayan jauh. Selain jarak antar rumah siswa memang jauh, jalan menuju ke masing-masing rumah siswa bisa dibilang kurang bagus. Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke salah satu rumah siswa," ucapnya.
Para orang tua tak bisa mendampingi anak belajar
Facebook - Avan Fathurrahman
Pak Avan juga sadar, cara yang dilakukan ini juga melanggar kebijakan pemerintah tentang keharusan untuk berdiam diri di rumah. Namun membiarkan para muridnya belajar tanpa pengawasan membuat hati Pak Avan tidak nyaman.
"Saya sadar ini melanggar imbauan pemerintah agar tetap bekerja dari rumah. Tapi mau gimana lagi? Membiarkan siswa belajar sendiri di rumah tanpa saya pantau, jelas saya kurang sreg. Bukan tidak percaya pada orang tua mereka. Tapi saya tahu, bahwa sekarang mereka sibuk. Ini masa panen padi," jelasnya.
Apa lagi, para wali murid tidak selalu bisa mendampingi anak-anaknya belajar. Wali murid tersebut harus bekerja di ladang atau memanen pagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Setiap hari orang tua siswa itu harus bekerja ke sawah. Ikut gotong-royong panen padi dari tetangga yang satu ke tetangga yang lain. Kebiasaan ini mereka bilang "otosan". Jadi anak-anak harus belajar sendiri. Malam, mereka ke langgar. Maka sayalah yang harus hadir untuk mendampingi mereka begiliran meski sebentar," ungkapnya.
Tak semua siswa punya TV
Facebook - Avan Fathurrahman
Tugas yang diemban oleh Pak Avan sedikit ringan dengan adanya edukasi di salah satu saluran televisi nasional yang menyediakan saluran pembelajaran di rumah. Walaupun ada metode seperti itu Pak Avan juga masih merasa miris dengan keadaan keluarga muridnya yang tidak mempunyai televisi dirumahnya.
"Saat TVRI menyediakan tayangan edukasi untuk siswa, saya sedikit lega. Kemudian dengan penuh semangat, saya menjelaskan pada siswa dan orang tuanya untuk mengikuti pelajaran di TVRI itu. Ini akan membantu, pikir saya. Tapi, lagi-lagi saya harus menelan ludah. 3 dari 5 siswa saya tidak punya Televisi di rumahnya," terangnya.
Belum menjadi guru yang baik
Facebook - Avan Fathurrahman
Karena tindakannya ini Pak Avan malah justru memandang dirinya bukanlah guru yang baik. Apa lagi menurutunya saat ini dirinya melanggar beberapa kebijakan pemerintah.
Pak Avan pun ingin semuanya bisa berjalan dengan baik dan tidak ada kesenjangan dalam menerima pendidikan atau pelajaran.
"Saya harus melanggar imbauan pemerintah. Jadi jelas, saya belum menjadi guru yang baik. Tidak memberikan contoh yang baik bagi siswa karena melanggar imbauan pemerintah. Saya bukan tidak takut corona. Takut juga. Tapi gimana lagi?" ungkap Pak Avan.
Respon Warganet
Facebook - Avan Fathurrahman
Terlihat dari unggahannya di akun facebook pribadinya pada Kamis (16/4) tersebut, Pak Avan mendapatkan respon dari ribuan warganet. Unggahan tersebut sudah ada 5 ribu komentar dukungan bagi Pak Avan dan 10 ribu kali dibagikan.
"Sehat terus pejuang pendidikan, tidak ada yang bisa membalas hanya Allah yang mampu. Terima kasih banyak pak guru semoga menjadi contoh untuk yang lainnya :')," komentar salah satu warganet yang bernama Ressy Anggraeni. (mdk/dem)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjuangan guru yang mengajar di sekolah terpencil ini viral di tiktok, berangkat lewati jalan berlumpur hingga muara.
Baca SelengkapnyaGuru dan murid sekolah di Palembang harus kembali menjalani pembelajaran jarak jauh gara-gara kabut asap karhutla yang tak kunjung teratasi.
Baca SelengkapnyaKasus ini bermula dari salah satu pelajar yang belum sembuh total dari cacar air masuk sekolah
Baca SelengkapnyaNorma masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan.
Baca SelengkapnyaPerjalanan ke tempat bertugasnya itu harus ditempuh dengan penuh perjuangan.
Baca SelengkapnyaGuru yang dulunya penuh wibawa di ruang kelas kini harus berjuang mengais rezeki di tengah keramaian terminal.
Baca SelengkapnyaBahkan, para guru ini harus menggunakan perahu untuk menuju ke tempat sekolah tersebut.
Baca SelengkapnyaDi tengah momen itu, tiba-tiba ada seorang siswa yang justru menghampiri gurunya sambil berkata "orang tua saya tidak ada Bu,".
Baca SelengkapnyaNasib para tenaga pendidik di sebuah SMK di Ende berikut ini pun menuai rasa keprihatinan.
Baca SelengkapnyaSeorang guru sekaligus wali kelas di SMA Negeri Simpang Semambang Sumatera Selatan melakukan hal berbeda saat momen pembagian rapor.
Baca SelengkapnyaHendra berhasil mendobrak stigma bahwa guru penyandang disabilitas hanya bisa mengajar anak dengan kebutuhan khusus.
Baca Selengkapnya