Kisah Konglomerat Perkebunan Teh Belanda Asal Boyolali, Jadi Musuh Bebuyutan Pangeran Diponegoro
Jejak kekayaannya kini lenyap tak bersisa.
Jejak kekayaannya kini lenyap tak bersisa.
Di sebelah utara pusat kota Boyolali, terdapat sebuah pemakaman tua Belanda atau biasa disebut kerkhof. Di sana terdapat makam seorang konglomerat Belanda yang terkenal pada masanya.
Konglomerat itu bernama Johannes Augustinus Dezentje. Ia merupakan seorang penguasa perkebunan teh kaya raya namun juga kontroversial pada masanya.
Johannes Augustinus Dezentje lahir pada tahun 1797 Masehi. Dia adalah putra dari seorang pengawal berkebangsaan Eropa untuk raja dari Kasunanan Surakarta bernama August Jan Caspar.
Mengutip Boyolali.go.id, walaupun memiliki darah Eropa, sosok yang akrab dipanggil Tinus itu memiliki gaya hidup seperti bangsawan Jawa.
Rumahnya dibangun dalam gaya seperti rumah bangsawan Keraton Surakarta atau Bupati Jawa.
Bahkan rumahnya juga dilengkapi kebun binatang dan dikelilingi tembok tebal seperti benteng beserta bastion dan gardu pengawasnya.
kata Surojo, salah satu pemerhati sejarah Boyolali.
Sejak kecil, Tinus besar di kalangan keluarga kaya raya. Saat itu keluarga Dezentje merupakan keluarga pemilik perkebunan yang sangat disegani di wilayah Surakarta raya. Tanahnya mencakup hampir separuh luas wilayah Kabupaten Boyolali sekarang.
Pemerhati budaya dari Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro, mengatakan saat Perang Jawa (1825-1830) meletus, kondisi sosial politik ekonomi yang terjadi mengancam bisnis perkebunan milik Tinus. Ia rela mengeluarkan biaya untuk mempekerjakan 1.500 serdadu asing yang kemudian dikenal dengan nama Detasemen Dezentje.
Atas permintaan Jenderal De Kock, Dezentje memengaruhi Sri Susuhunan (Raja Keraton Surakarta) untuk tetap bersikap netral terhadap Perang Jawa. Untuk jasanya ini, Kerajaan Belanda memberikannya penghargaan Orde de Nederlandse Leeuw.
kata BRM Kusumo Putro, mengutip dari Boyolali.go.id.
Tinus meninggal pada 7 November 1839 dalam usia 42 tahun. Ia mewariskan lahan perkebunan seluas 1.275 hektar pada keluarga penerusnya. Selain itu, ia juga meninggalkan sebuah rumah mewah di Boyolali. Namun kini jejak-jejak kekayaannya lenyap tak bersisa.
Anak konglomerat dikata mirip saat beri ucapan selamat ke Kasad Maruli. Simak ulasan berikut ini.
Baca SelengkapnyaPratama Arhan berasal dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Rumahnya di kampung halaman begitu sederhana.
Baca SelengkapnyaSederet pengusaha hingga konglomerat yang masuk dalam barisan tim pemenangan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaKetua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menjelaskan, pengumumkan itu akan pada Kamis pekan depan (9/11).
Baca SelengkapnyaKonglomerat Indonesia peluk hangat 'bayi' cantiknya yang kini sudah tumbuh dewasa.
Baca SelengkapnyaLewat konsolidasi ini diharapkan membawa kebaikan berupa kemenangan untuk pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud Md.
Baca SelengkapnyaMomen Konglomerat Indonesia suapi makan sang Ibu tercinta sebelum bekerja.
Baca SelengkapnyaSetiap pasangan kontestan tentunya memiliki 'orang-orang kaya' yang setidaknya dapat mengakomodir kebutuhan masa kampanye.
Baca SelengkapnyaJaksa KPK meyakini jual beli rumah itu untuk menutupi pemberian suap kepada Rafael Alun.
Baca Selengkapnya