Kisah Nenek Meriyem Hidup Sebatang Kara, Digendong untuk Ambil BLT
Merdeka.com - Kondisi perekonomian masyarakat berangsur membaik seiring dengan menurunnya penyebaran COVID-19. Walau begitu, hidup masyarakat kembali dilanda kesulitan seiring dengan naiknya harga BBM. Kenaikan harga BBM ini diikuti dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok.
Kesulitan hidup juga dirasakan Nenek Meriyem (77). Dengan hidup yang sebatang kara, dia juga mengalami kesulitan hidup di masa-masa kenaikan harga BBM ini. Bahkan untuk menerima BLT dari pemerintah, ia harus digendong karena tak lagi mampu berjalan.
Berikut kisah selengkapnya:
-
Siapa yang merasakan beban berat? Shanty menyatakan bahwa ia merasakan beban berat selama masa Pendidikan Karakter dan Disiplin (PPKD) karena tidak menerima kabar dari Fabian.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Apa yang membuat almarhumah tertekan? 'Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga. Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhumah mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu,' sambungnya.
-
Apa yang membuat hidup itu sulit? 'Hidup itu keras, jadi jangan terlalu keras kepala. Lebih baik lunakkan hati dan plastikkan leher!'
-
Kenapa wanita itu mengalami kondisi seperti itu? Wanita yang berasal dari Provinsi Henan itu diketahui telah ditegur oleh atasannya sebulan sebelumnya, yang mengakibatkan ia mengalami perasaan tidak bahagia yang berkepanjangan.
-
Siapa yang rentan badan sakit? Kondisi seperti arthritis reumatoid, lupus, atau bahkan radang tenggorokan bisa menyebabkan perasaan seperti ini.
Hidup Sebatang Kara
©YouTube/Liputan6
Nenek Meriyem tinggal di Desa Banyuurip, Purworejo. Demi bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nenek Meriyem ikut dalam pengambilan dana BLT dari pemerintah. Namun karena sudah tak mampu lagi berjalan, ia harus digendong untuk menerima BLT yang dipusatkan di balai desa.
Selain tak mampu berjalan dengan baik, penglihatan Nenek Meriyem tak lagi bagus. Hal ini membuat ia harus dituntun dalam berjalan. Ia pun diantar oleh pihak kepolisian dari rumahnya menuju balai desa sejauh tiga kilometer.
“Saya dapat Rp500 ribu. Untuk keperluan sehari-hari,” kata Nenek Meriyem dengan terbata-bata.
Penerimaan BLT di Purworejo
©YouTube/Liputan6
Bantuan sebesar Rp500 ribu sangat berarti bagi Nenek Meriyem, terutama dalam mencukupi hidup sehari-hari. Pembagian BLT dan sembako di seluruh Kabupaten Purworejo diberikan pada 67.714 penerima bantuan yang tersebar di 16 kecamatan. BLT kali ini rinciannya adalah Rp300 ribu berupa uang tunai dan Rp200 ribu berupa bantuan sembako.
“Kami selaku Polsek Banyuurip senantiasa membantu bagi warga yang tidak bisa atau beralangan karena sesuatu,” kata Bripka Prastyono, Banbinkhamtibmas Polres Purworejo, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Kamis (22/9). (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut kisah nenek hampir 100 tahun pungut beras yang jatuh di penggilingan untuk makan.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaTinggal sendiri di rumah kontrakan, Nenek Nursi kesehariannya hanya berjualan sayur. Uangnya bahkan sempat diambil orang.
Baca SelengkapnyaWalau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaDi usia yang sudah sangat renta dengan segala keterbatasan fisiknya, ia harus tetap mengais rezeki.
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaKisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaDagangannya kerap tak laku. Hal ini membuatnya terpaksa harus melewati masa sulitnya di masa tua.
Baca SelengkapnyaUntuk mengobati rasa lapar, setiap hari sang kakek makan nasi dengan dicampur air.
Baca Selengkapnya