Kisah Sukses Pria Magelang Olah Kotoran Kambing Jadi Pupuk, Hasilkan Banyak Uang
Merdeka.com - Setelah lulus kuliah, Aziz Budi bingung mau kerja apa. Setelah berpikir panjang, pria asal Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Magelang berniat untuk membuka usaha sendiri yang kiranya bisa membantu petani di tempatnya.
Pada akhirnya Aziz melihat peluang pada pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk. Sebelumnya, para petani di desa tempat Aziz tinggal menggunakan pupuk kimia dalam bertani. Namun seiring waktu, harga pupuk kimia naik sehingga harga produksi petani pun ikut naik. Dengan mengolah kotoran kambing jadi pupuk, ia berharap bisa membantu mengurangi biaya produksi petani.
Dalam perjalanannya, Aziz mengakui dia bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan dari sektor pertanian. Oleh karena itu sebelum memulai usaha, ia harus belajar dulu bagaimana cara melakukan pengolahan itu.
-
Bagaimana proses pengolahan kotoran sapi jadi pupuk? Berdasarkan pantauan, pupuk-pupuk ini mulanya dikumpulkan dan difermentasi selama dua bulan. Selama itu, tiap hari para pegawai melakukan penyiraman pupuk menggunakan cairan prebiotik dan tetes tebu (molasses) untuk meningkatkan kandungan mineralnya.
-
Kenapa Bripka Lutfi beternak kambing? Selain untuk menambah penghasilan keluarga, Bripka Lutfi juga membuka usaha peternakan tersebut untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
-
Siapa yang mengolah limbah jadi pupuk? Setiap hari para petugas di rumah potong hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Cilegon, Banten sibuk mengumpulkan kotoran sapi.
-
Di mana Zaky menempuh pendidikan? Berikut adalah momen Zaky bersama teman-temannya di Akmil, dimana ia memiliki cukup banyak teman.
-
Bagaimana mengolah limbah organik jadi pupuk? Menjadi pupuk kompos dengan cara mencampurkan limbah organik basah dengan tanah dan menambahkan mikroorganisme pengurai.
-
Bagaimana cara membuat pupuk organik dari limbah rumen? Proses pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan cara mencampur rumen seekor kambing dengan satu liter tetes tebu, serta 10-20 liter air bekas cucian beras. Sementara rumen dari seekor sapi dicampur dengan lima liter tetes tebu dan 20 liter air bekas cucian beras. Selanjutnya campuran ini didiamkan selama 25 hari dalam wadah tertutup.
Lalu bagaimana kisah sukses Aziz mengelola kotoran kambing jadi pupuk? Berikut selengkapnya:
Belajar dari YouTube
©YouTube/Cap Capung
Pada awalnya, Aziz melihat tata cara pengolahan itu melalui YouTube. Setelah itu, ia memulai belajar dari teman-temannya dan juga bertanya dengan dinas pertanian. Dari sana Aziz banyak belajar bagaimana cara mengolah pupuk yang benar.
Setelah dirasa cukup ilmu, Aziz mulai membeli bahan-bahan untuk modal awal, di antaranya mesin giling, dan juga bahan baku berupa kotoran kambing.
“Untuk bahan baku kotoran kambing ini saya tanya-tanya ke Purworejo untuk nyari-nyari kambing etawa, kebetulan yang saya olah ini dari kotoran etawa,” kata Aziz dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Alasan Memilih Kotoran Kambing
©YouTube/Cap Capung
Bagi Aziz, kotoran kambing lebih baik dibandingkan dari kotoran-kotoran lain untuk diolah sebagai pupuk. Namun dari semua kotoran kambing, Aziz memilih kotoran kambing etawa. Menurutnya kambing etawa kotorannya cenderung lebih besar, sementara untuk kotoran kambing lain masih menggumpal-gumpal. “Kalau bahan untuk proses itu seratus persen saya dari kotoran kambing, terus saya tambahkan dolomit, kapur itu, terus saya kasih cairan untuk pengurainya,” kata Aziz.
Kendala yang Dihadapi
©YouTube/Cap Capung
Dalam pengolahan pupuk organik itu, Aziz menghadapi berbagai kendala. Salah satunya adalah pengolahan pupuk itu cenderung sulit saat musim hujan karena pada musim itu kondisi kotoran cenderung basah. Selain itu, transportasi untuk mengirim pupuk ke luar daerah cenderung sulit. Apalagi belakangan ini banyak konsumen yang tertarik pupuk olahan itu berasal dari luar daerah. “Kalau harga yang khusus wilayah Magelang Rp35 ribu per karung, terus yang kecil Rp15 ribu per karung. Kalau mau kirim ke luar Magelang kita juga butuh ongkir. Nanti harganya dinaikkan, tapi sudah free ongkir,” kata Aziz dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Produksi Capai Ribuan Karung
©YouTube/Cap Capung
Aziz mengatakan, dalam sebulan, usaha produksi pupuknya bisa mencapai ribuan karung. Harapannya ke depan produksi pupuknya bisa meningkat hingga 1.500-2.000 karung.Ia pun membuka kesempatan bagi para petani lain untuk membangun kerja sama. Baginya, usaha pupuk dari kotoran kambing ini memiliki prospek yang bagus ke depannya. “Kadang-kadang ada orang yang mengatakan kalau kotoran kambing ini menjijikkan, tapi bagi kami untuk jangka panjangnya itu prospek,” kata Aziz dikutip dari kanal YouTube Cap Capung. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap bulan, dia menyisihkan gaji yang ia dapat untuk membeli seekor sapi. Hal itu terus dia lakukan hingga usia 18 tahun.
Baca Selengkapnya"Konsisten dan tekun. Dengan ini, sekecil apapun karya kita, kalau kita menghargai itu, tidak menutup kemungkinan karya itu akan jadi besar," ucap Agus.
Baca SelengkapnyaSetelah lulus SMA, Aji Saputra bingung mau melakukan apa. Akhirnya ia belajar pertanian dengan petani di desanya, kemudian memulai usaha pengolahan pupuk.
Baca SelengkapnyaKarena dikelola dengan baik, bisnis tersebut terus berkembang hingga sekarang.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, Alwi cukup khawatir dengan kondisi peternakan domba dan kambing di Indonesia yang sebagian pemainnya adalah kalangan orang tua.
Baca SelengkapnyaWalau dia tak tamat menempuh pendidikan di bangku SD, nyatanya kini ia berhasil menjadi seorang bos dengan punya banyak karyawan.
Baca SelengkapnyaHasil evaluasi satu tahun merintis budidaya ternak lele, nyatanya Amin belum puas.
Baca SelengkapnyaAgus merupakan petani asal Desa Jambu, Kediri, Jawa Timur. Dulunya di Desa Jambu, Agus dan keluarga merupakan orang yang kurang mampu secara finansial.
Baca SelengkapnyaSebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur.
Baca SelengkapnyaJika biasanya peternakan ayam identik dengan bau tak sedap, hal ini tidak terjadi pada peternakan ayam milik Agus.
Baca SelengkapnyaSuprianto nekat mencari modal usaha dengan cara jadi buruh migran. Ia lalu pulang untuk membangun bisnis sendiri dan kini jadi tokoh pertanian penting di desa.
Baca SelengkapnyaSosok pengusaha sukses ini dulunya sempat hidup serba susah, pernah bekerja sebagai kernet angkot sampai sang ibunda dihina oleh tetangganya sendiri.
Baca Selengkapnya