Melihat Kemeriahan Kirab Budaya Toa Pe Kong di Tegal, Diikuti Oleh 70 Kelenteng di Indonesia
Kirab budaya ini menjadi hiburan murah meriah warga dengan sejumlah atraksi.
Kirab budaya ini menjadi hiburan murah meriah warga dengan sejumlah atraksi.
Melihat Kemeriahan Kirab Budaya Toa Pe Kong di Tegal, Diikuti Oleh 70 Kelenteng di Indonesia
Budaya Tionghoa telah tersebar di berbagai kota di Indonesia. Salah satunya di Kota Tegal. Di sana warga Tionghoa rutin menggelar Kirab Budaya Toa Pe Kong.
Kirab budaya itu dilakukan dari Kelenteng Tek Ha Kiong hingga mengelilingi jalan protocol Kota Tegal. Kirab budaya ini menjadi hiburan warga dengan sejumlah atraksi.
Ribuan warga tegal antusias melihat kirab budaya itu. Apalagi pagelaran itu diikuti oleh 70 kelenteng dari berbagai daerah di Indonesia.
-
Apa keunikan Kelenteng Hok An Kiong? Salah satu keunikan yang dimiliki Kelenteng Hok An Kiong adalah keberadaan Hio-lo atau tempat menancapkan dupa yang terbesar se-Asia Tenggara.
-
Apa yang dirayakan di Pekan Budaya Tarakan? Pekan Kebudayaan Daerah Kota Tarakan, yang merupakan rangkaian dari kegiatan Pesta Budaya Iraw Tengkayu ke-XII Tahun 2023 telah diselenggarakan selama satu pekan resmi ditutup.
-
Apa yang diarak dalam Kirab Tebu Temanten? Kirab itu diiringi oleh berbagai kesenian tradisional dan pawai prajurit Keraton Yogyakarta. Kirab tebu temanten dimulai dari Gedung Madu Candia, kemudian diarak mengelilingi kompleks pabrik gula.
-
Kenapa Kirab Tebu Temanten diadakan? Selain melestarikan budaya, tradisi ini dimaksudkan untuk memohon keselamatan agar proses giling dan penyulingan berjalan lancar, menyejahterakan seluruh karyawan, dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Proses ini juga bermakna agar proses panen tebu berikutnya menjadi lebih melimpah.
-
Dimana Klenteng Talang berada? Sam Po Toa Lang adalah nama Tionghoa dari klenteng yang ada di Jalan Talang No.2, Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.
-
Apa saja acara yang menampilkan Tari Topeng Kemindu? Dilansir dari Indonesiakaya.com, tari topeng kemindu biasanya dibawakan dalam perhelatan besar Kesultanan dan acara-acara resmi. Perhelatan tersebut antara lain ritual seluang mudik, Festival Erau, penobatan sultan, resepsi pernikahan, dan perayaan kelahiran di keluarga bangsawan.
Kirab ini menjadi sarana silaturahmi umat Konghucu sekaligus memperkenalkan wisata religi di Kota Tegal. Berbagai atraksi menarik seperti ular naga, barongsai, hingga debus turut memeriahkan kirab yang dimulai dari Kelenteng Tek Ha Kiong hingga ke jalan protokol Kota Tegal.
“Di sini saya dua hari dua malam. Saya ke sini dari Jakarta bawa 12 orang,” kata Asnawi, peserta dari Kelenteng Jakarta Utara, dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Kamis (5/7).
Warga yang menyaksikan kirab sangat terkesima melihat berbagai atraksi dari berbagai kelenteng di Indonesia.
“Seru banget sih. Dari yang pertama sampai yang terakhir bagus-bagus semuanya. Ini baru nonton pertama kali,” kata warga Tegal Tia Amirasih.
Sementara itu rohaniwan klenteng, Cheng Ling Wei, menyebut tradisi ini sebagai bentuk kunjungan para dewa untuk memberikan berkah pada umatnya.
Hari ini setelah para dewa dimasukkan ke joli dan diarak keliling kota, para malaikat langit dan dewa bintang yang sejak hari pertama sudah diundang untuk kehadirannya, ini diadakan upacara terakhir untuk menghantar para dewa ke tempatnya masing-masing,” kata Chen Li Wei.
Rangkaian acara kirab diawali dengan pagelaran pusaka kiai naga mulia. Kemudian acara dilanjutkan dengan ritual penyeberangan jembatan tujuh bintang. Puncak acara ini adalah kirab gotong Tao Pe Kong yang diikuti oleh puluhan kelenteng dari berbagai daerah.
Selain Kirab Budaya Toa Pe Kong, di Kota Tegal juga digelar perayaan ulang tahun Dewa Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun di Kelenteng Tek Ha Kiong, Kota Tegal.
Selain diserbu warga lokal keturunan Tionghoa, pengunjung juga dapat melihat prosesi jalannya sembahyang.
Dikutip dari kanal YouTube Liputan6, perayaan itu sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi COVID-19. Ritual penyeberangan jembatan tujuh bintang atau paito merupakan persembahyangan kepada Dewa Rasi Bintang yang dipercaya dapat menolak semua malapetaka.
“Agar semua untuk ke depannya, hidup kita itu lancar. Tidak ada beban di belakang. Biar semua kejelekan hilang,” kata Ketua Yayasan Tri Dharma Tegal Gunawan Lo Han Kwee.
Sebelumnya, tradisi Gotong Toa Pe Kong Tegal sempat dilarang selama delapan tahun. Rohaniawan Kelenteng Tek Hay Ki Kiong Tegal, Chen Li Wei mengatakan bahwa kirab itu telah ada sejak zaman Soekarno.
Namun pada masa Orde Baru, Kirab Gotong Toa Pe Kong sempat dilarang selama delapan tahun. Saat itu pelarangan datang bukan dari pemerintah pusat, namun dari pemerintah Kota Tegal.
Hal ini membuat pengurus kelenteng hanya bisa melakukan sembahyang laut dan patung para dewa dibawa menggunakan mobil.
Larangan itu terjadi pada masa pemerintahan Wali Kota Tegal, Zakir pada tahun 1990-1998. Alasan dari pelarangan itupun tidak jelas. Zakir menyebut larangan itu berasal dari Organisasi Sospol, namun Sospol menyebut bahwa larangan itu berasal dari Wali Kota Zakir. Namun setelah tahun 1998, kirab itu boleh diselenggarakan kembali secara bebas.