Mengenal "Gugur Gunung", Budaya Gotong Royong Masyarakat Desa yang Hampir Punah
Merdeka.com - Dalam mengerjakan sebuah proyek, biasanya masyarakat desa melakukannya secara gotong royong. Namun seiring kemajuan zaman, budaya itu semakin jarang ditemui bahkan nyaris punah.
Di beberapa tempat, budaya gotong royong itu masih dipertahankan walau butuh perjuangan. Salah satunya adalah masyarakat Dusun Sendang, Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Pati, Jawa Tengah.
Di sana, budaya gotong royong itu dikenal dengan istilah “gugur gunung”. Budaya ini dipraktikkan saat membangun fasilitas umum milik warga seperti tempat ibadah, jalan penghubung, bahkan dipraktikkan pula saat membangun atau merenovasi rumah milik salah satu warga desa.
-
Bagaimana gotong royong dipraktikkan? Gotong royong juga tercermin dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia melalui adat-istiadat seperti gotong royong dalam perayaan keagamaan atau dalam membantu sesama dalam hal-hal yang mendesak.
-
Apa arti dari gotong royong? Gotong royong adalah konsep semangat kebersamaan dan kerja sama dalam masyarakat Indonesia.
-
Siapa yang terlibat dalam gotong royong? Konsep gotong royong mencerminkan semangat kebersamaan dan saling membantu antaranggota masyarakat dalam menyelesaikan berbagai tugas atau masalah bersama-sama.
-
Mengapa warga membuat genteng? Sebenarnya warga di sana punya mata pencaharian sebagai petani. Namun saat Sahabat Al Arif mengunjungi desa itu tak ada warga yang bertani.
-
Apa yang dibuat di desa pengrajin genteng? Di desa itu, banyak warga yang berprofesi sebagai perajin genteng, bahkan saat usianya telah lanjut
-
Siapa yang membuat genteng di desa? Pak Sulis, salah satu pengrajin genteng di sana, tengah membuat tanah merah seperti adonan kue.
Walaupun menguras tenaga, dalam menjalankan tradisi “gugur gunung” ini masyarakat desa yang terlibat tak mendapat upah sepeserpun. Budaya ini dilakukan semata karena sukarela dan kepedulian sebagai sesama warga desa.
Lantas seperti apa tantangan yang dihadapi warga Dusun Sendang dalam mempertahankan tradisi ini? Berikut selengkapnya:
Warisan Semangat Gotong Royong
©YouTube/LIPI
Mbah Guru Sumardi, tokoh masyarakat Dusun Sendang mengatakan, budaya gugur gunung merupakan peninggalan semangat yang diwariskan sejak zaman dulu. Pada tahun 1960-an, warga Sendang melakukan budaya gugur gunung untuk membangun jalan yang menghubungkan desa mereka dengan tempat-tempat lain di sekitarnya.
Tak ada bantuan dari pemerintah, bahkan mereka rela iuran untuk pembangunan jalan itu. Keberadaan jalan itu masih dirasakan hingga sekarang. Hal itulah yang menjadi faktor kenapa mereka ingin tetap melestarikan tradisi itu.
“Dulu jalan di sini masih berupa tanah berlumpur. Tapi dengan semangat masyarakat di sini demi kelancaran ekonomi, akhirnya dilaksanakan gotong royong membangun jalan tembus yang hasilnya seperti saat ini. Untuk pembangunan jalan tembus ini tidak ada bantuan dari pemerintah. Dana diperoleh dari iuran masyarakat sendiri,” kata Mbah Guru Sumardi, mengutip dari kanal YouTube LIPI.
Bersifat Sukarela
©YouTube/LIPI
Di Dusun Sendang, tradisi gugur gunung diterapkan dalam banyak hal seperti saat panen padi, pembangunan rumah penduduk, pembangunan fasilitas umum, maupun yang lainnya. Dalam praktiknya, masyarakat yang terlibat dalam setiap proyek pembangunan itu tidak diberi upah.
Keterlibatannya bersifat sukarela. Sebagai gantinya, mereka biasanya mendapat makan, minum, persediaan rokok di sela-sela istirahat saat melakukan aktivitas gugur gunung.
“Masyarakat di sini melakukan budaya gotong royong dalam berbagai bidang termasuk agama dan kemasyarakatan. Mungkin budaya ini sudah diwariskan dari nenek moyang, sampai sekarang pun masih dilestarikan. Misalnya saja membangun masjid yang sebesar ini, ini tidak ada sepeserpun dari luar selain dari kegotong-royongan bersama masyarakat Sendang. Jadi waktu itu saat hutan itu masih ada, para warga ada yang membawa kayu dari dalam hutan, dan dari segi makan dan lain-lain pun tercukupi dari masyarakat,” kata Haji Sunaryo, Tokoh Agama Dukuh Sendang.
Aturan Tidak Tertulis
©YouTube/LIPI
Di Dukuh Sendang, keterlibatan warga dalam tradisi gugur gunung sudah seperti aturan tidak tertulis. Tak ada sanksi yang pasti bagi mereka yang tak mau terlibat. Tapi beberapa warga mengatakan kalau hal itu harus dimaklumi.
Sarijan, salah satu warga Sendang mengatakan bahwa biasanya warga yang tidak mau terlibat dalam tradisi tersebut akan dipanggil oleh Ketua RT setempat atau dibahas dalam sebuah forum. Sebenarnya sudah ada pembahasan tentang sanksi bagi mereka yang tidak terlibat dalam tradisi ini, hanya saja penerapannya belum diberlakukan. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tidak hanya orang Jawa yang memiliki budaya Nyambat, melainkan warga Betawi juga melakukan hal ini sejak lama.
Baca SelengkapnyaGotong royong telah mnejadi budaya yang kental di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaTradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug benar-benar unik
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME atas berkah dan karunianya dalam bentuk melimpahnya hasil panen.
Baca SelengkapnyaTradisi ini unik, karena banyak warga yang menjadi petani dadakan
Baca SelengkapnyaRitual 'Tito Bado Odong Gahu' bertujuan mengusir segala hal negatif akibat erupsi besar Gunung Lewotobi Laki-laki yang dampaknya semakin terasa ke masyarakat.
Baca SelengkapnyaKelompok emak-emak ini kemudian menyebarkan inspirasi, lantaran mampu bekerja setara dengan laki-laki.
Baca SelengkapnyaTerlihat rumah-rumah di Kampung Popok cukup sederhana dengan nuansa Jawa.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Sijunjung di Sumatera Barat mengemas prinsip gotong royong menjadi sebuah tradisi yang disebut Batobo.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan beberapa pria yang rela bekerja di bawah tanah membuat pawon demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawua, Kabupaten Subang Jawa Barat, bahu membahu membersihkan jalan raya dengan cara mengepel.
Baca Selengkapnya