Mengenal Joglo Pencu, Rumah Adat Kudus yang Unik dan Penuh Makna Simbolik
Merdeka.com - Joglo Pencu merupakan rumah adat dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Salah satu ciri khas dari rumah adat ini adalah atapnya yang disebut “pencu”.
Selain ciri khas berupa atapnya, Joglo Pencu merupakan perpaduan dari gaya arsitektur budaya Jawa, Persia, Cina, dan Eropa. Model rumah ini diperkirakan mulai dibangun pada tahun 1500-an menggunakan bahan kayu jati asli.
Tak hanya itu, di dalam rumah adat itu, terdapat berbagai ukiran sulur-suluran, mahkota, dan sejumlah relief binatang dan tumbuhan yang indah dipandang.
-
Bagaimana bentuk rumah joglo? Rumah joglo ini memiliki corak arsitektur tradisional Jawa. Ada empat saka guru yang kokoh menopang atapnya. Meskipun usianya sudah lebih dari dua abad, namun keanggunan dan keindahannya tak berkurang sama sekali.
-
Kapan rumah joglo dibangun? Rumah joglo di Dusun Tanjung, Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman ini didirikan sekitar tahun 1800-1900 yakni masa kolonial Belanda.
-
Kapan rumah joglo itu dibangun? Menurut Suwardi, kini rumah itu sudah berusia 250 tahun.
-
Apa keunikan rumah joglo? Bentuk tumpangsari joglo masih terawat. Struktur usuk yang berbentuk paniyung, mengerucut ke satu titik, memberikan karakteristik khas pada rumah joglo ini.
-
Apa ciri khas rumah jadul modern ala Jawa? Atap limasan atau atap bergaya Jawa memberikan sentuhan budaya yang khas. Dinding putih dengan fondasi berbatu mempertahankan penampilan klasik, sementara jendela geser besar di bagian depan rumah menambahkan gaya modern. Menggunakan kusen jendela dari kayu akan menyatukan keseluruhan desain dengan harmonis.
-
Apa bentuk atap rumah joglo? Rumah adat khas Jawa Tengah ini, yang biasanya dibangun dengan kayu jati, memiliki keunikan pada atapnya yang berbentuk tajug, atau seperti piramida yang mengerucut.
“Misalnya saja daun pisang. Jadi makna relief ini adalah pendahulu kita mengharapkan manusia itu harus berguna seperti pohon pisang, yang tidak mati sebelum berbuah,” kata Sugito, Perangkat Desa Langgar Dalem yang juga menjadi salah satu pengelola Joglo Pencu.
Berikut selengkapnya:
Berbeda dengan Rumah Adat Lain
©YouTube/BNPB DIY
Sejarah rumah adat Joglo Pencu tak bisa lepas dari sejarah seni ukir di sana yaitu sejak masuknya seorang imigran asal Cina bernama The Ling Sing yang masuk ke Jawa di abad ke-15. Di Kudus, dia menekuni kariernya sebagai ahli seni ukir. Karena memiliki ciri khas, seni ukir yang dikembangkan The Ling Sing kemudian dikenal sebagai seni ukir sungging yang terkenal halus dan indah.
“Rumah adat ini rata-rata merupakan warisan dari ayah atau ibu atau kakek bahkan buyut, karena sekarang tidak membuat lagi rumah adat yang semegah ini. Sehingga bisa dihuni oleh anggota keluarga yang jumlahnya relatif besar dari pada rumah penduduk lain yang bukan termasuk rumah adat Kudus,” kata Drs. Sutiyono, M.Pd, Kepala Saksi Sejarah dan Kepurbakalaan Kabupaten Kudus dikutip dari YouTube BPNB DIY.
Penuh Makna Filosofis
©YouTube/BNPB DIY
Suyanto, kepala Museum Kretek Kudus mengatakan, rumah adat Joglo Pencu memiliki makna filosofisnya sendiri. Sebagai contoh ruang keluarga yang ditopang oleh empat buah saka guru atau tiang penyangga.
Dilansir dari Wikipedia, keempat tiang tersebut adalah simbol yang memberi petunjuk bagi penghuni rumah agar mampu menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan empat sifat manusia yaitu amarah, lawwamah, shofiyah, dan mutmainnah.
Lalu ada pula bagian ruang tamu yang memiliki satu tiang tunggal yang menyimbolkan keesaan Allah SWT. Ada juga atap genteng yang terdapat genteng kerpus yang berlubang-lubang sebagai bentuk cara hidup yang menerima atau terbuka.
Mulai Dilupakan
©YouTube/BNPB DIY
Seiring waktu, keberadaan rumah adat Joglo Pencu mulai dilupakan. Apalagi, sumber literasi mengenai keberadaan rumah adat ini juga tidak memadahi. Hal inilah yang membuat tidak ada sumber acuan atau referensi dalam pengenalan budaya lokal tersebut.
Selain itu, juga telah banyak Joglo Pencu yang berubah bentuk karena rusak atau mengikuti model dan material baru. Para pengrajin bangunan pun mematok harga yang sangat mahal untuk pembangunan rumah adat dengan model seperti Joglo Pencu, sehingga tak banyak masyarakat yang berminat untuk membuatnya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.
Baca SelengkapnyaDesain arsitektur rumah khas Jawa tidak dibentuk secara sembarangan namun memiliki sejumlah nilai filosofis di baliknya.
Baca SelengkapnyaRumah Rungko menjadi salah satu warisan budaya tak benda di Tanah Aceh.
Baca SelengkapnyaDi masa kini, bahkan masyarakatnya masih seringkali menggunakan pakaian adat hingga melestarikan sejumlah kebiasaan kuno.
Baca SelengkapnyaMasih ada sebuah desa yang dijuluki sebagai 'Kampung Majapahit' lantaran memiliki corak bangunan yang begitu khas.
Baca SelengkapnyaKini rumah ini menjadi sebuah museum yang bisa dikunjungi wisatawan secara gratis
Baca SelengkapnyaRumah joglo sering kali dianggap sebagai simbol tradisi yang identik dengan nuansa kuno dan cocok untuk orang-orang yang sudah berusia lanjut.
Baca SelengkapnyaRumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi 700 tahun silam yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Baca SelengkapnyaBegini sejarah Masjid Ats Tsauroh Serang yang bergaya pendopo kuno
Baca SelengkapnyaMasjid Jami Assuruur memiliki daya tampung yang besar. Saat penuh, 1.500 sampai 2.000 jemaah bisa melaksanakan salat di sini.
Baca SelengkapnyaNama Kujang berasal dari Kudihyang, atau asal katanya Kudi dan Hyang dalam bahasa Sunda kuno artinya sakti dan memiliki kekuatan tertentu.
Baca SelengkapnyaBerikut ini foto-foto rumah Anies Baswedan yang banyak dibahas lagi di media sosial.
Baca Selengkapnya