Pria Bantul Manfaatkan Lahan Bekas Galian Batu Bata untuk Ternak Nila, Punya Potensi Besar
Ternak nila dewasa ini punya potensi besar sebagai sumber cuan.
Ternak nila dewasa ini punya potensi besar sebagai sumber cuan.
Pria Bantul Manfaatkan Lahan Bekas Galian Batu Bata untuk Ternak Nila, Punya Potensi Besar
Agus Triono menyadari bahwa di sekitar rumahnya banyak lahan yang dulu digunakan warga untuk mencetak batu bata. Bekas lahan itu biasanya tidak bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Tercetus idenya untuk menyulap lahan bekas itu menjadi kolam untuk ternak ikan.
-
Kenapa Ahmad memilih budidaya ikan nila? Pandemi melimbungkan usaha ayam petelur milik Ahmad. Ia kemudian berinisiatif mencoba budi daya ikan nila di kolam bundar. Alasannya, karena budi daya nila jauh lebih murah dibandingkan dengan ayam petelur.
-
Dimana lokasi budi daya ikan nila bioflok milik Sapta? Sapta Juniadi yang juga warga Desa Bojong, Kecamatan Mungkid.
-
Mengapa ikan nila bau tanah? Mikroorganisme tersebut berkembang di lingkungan tempat ikan dibesarkan, sehingga senyawa geosmin dapat terakumulasi dalam tubuh ikan. Akibatnya, saat ikan diolah, bau tanah yang khas pun muncul.
-
Mengapa budi daya ikan nila sistem bioflok di Magelang sukses? 'Dari budi daya ini saya berharap bisa membentuk suatu sistem korporat dari hulu ke hilir. Saat itu kondisi pandemi menuntut kita untuk melakukan beragam kreativitas. Salah satu inovasi adalah dengan membuka resto dan catering, untuk menampung hasil panen dari ikan-ikan di sini,' kata Sapta dikutip dari YouTube DNTrust.
-
Apa manfaat Pohon Nibung untuk bangunan? Pada bagian batang dan daunnya terkenal memiliki daya tahan yang lama dan tidak mudah lapuk meski terendam air.
-
Apa hasil pertanian utama Kota Batu? Penduduk Kota Batu sebagian besar bekerja sebagai petani. Adapun hasil pertanian utama dari Kota Batu adalah buah, bunga dan sayur-mayur.
“Waktu awal-awal kami memanfaatkan lahan ini, ikan-ikan kami campur. Ada bawal, ada nila, ada lele, dan beberapa jenis yang lain. Lalu setelah melihat potensi yang cukup besar, kami memutuskan untuk budidaya nila,” ujar Agus dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Dalam merintis budidaya nila, Agus menghadapi banyak kendala. Salah satunya soal kematian ikan. Bahkan kematian ikan waktu itu mencapai 50 persen. Selain itu kendala berikutnya soal pakan ikan.
“Dulu saat masih konvensional kasih makan lumut, daun-daunan, dan itu ternyata tidak begitu banyak efeknya. Makanya kasih coba yang lebih modern dikit seperti pakan pabrikan. Dari pabrikan hasilnya cukup bagus, tapi harganya lumayan,”
Kata Agus terkait kendala yang ia hadapi saat memberi makan ikan ternaknya.
Agus mengatakan ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam beternak ikan nila. Pertama adalah kualitas air, kedua adalah kualitas benih, ketiga adalah pakan, dan yang keempat adalah bagaimana cara merawatnya.
“Dalam merawat ikan harus ada rasa suka, apalagi yang dirawat ini makhluk hidup. Kedekatan antara hewan dengan yang memelihara itu akan sangat berpengaruh,” kata Agus.
Agus mengatakan, ia biasanya menebar benih ikan yang sekilonya berisi 50-70 ekor. Dalam waktu dua bulan, hasilnya sudah bisa dipanen. Sementara untuk pemasarannya, ikan nila banyak dicari orang.
“Prospek ke depan untuk nila merah ini saya sangat yakin dan sangat optimis ini akan sangat besar. Bahkan bisa jadi ini akan bersaing dengan lele,” ujarnya.
Ia mengatakan, bila dibandingkan dengan padi dengan ukuran lahan yang sama, maka hasil dari nila akan jauh lebih banyak. Selain itu, usaha budidaya nila juga bisa dibuat sampingan.
“Harapannya di tempat ini, nanti anak-anak muda yang akan berperan. Mereka bisa ikut memasarkan. Bahkan tidak hanya jual fresh-nya saja, mereka juga bisa menjual dalam bentuk makanan olahan. Mereka juga bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas,” kata Agus.